Unsur intrinsik novel yaitu unsur yang membangun novel dari dalam novel itu sendiri. Di dalam sebuah novel terdapat unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik, tetapi pada artikel ini kita akan lebih memahami unsur intrinsik novel terlebih dahulu.
Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Seperti halnya sertiap cerita, novel mempunyai unsur-unsur pembentuk sebagai berikut:
a. tema
b. alur atau ploat
c. perwatakan atau penokohan
d. sudut pandang
e. prabayang dan penegangan
f. nada atau suara
g. suasana atau latar
h. fokus
Berikut ini klarifikasi unsur-unsur intrinsik tersebut:
a. Tema
Setiap kisah akan mempunyai tema, yaitu inti yang ingin disampaikan pengarang. Tema merupakan jiwa sudut cerita. Jiwa ini diwujudkan dengan memberinya wadah berupa rangkaian kejadian. Rangkaian suatu insiden disebut alur (plot). Dengan kata lain, yaitu rentetan insiden yang saling berafiliasi untuk mendukung tema yang akan disampaikan. Setiap insiden disampaikan dengan obrolan atau monolog insan dalam cerita, yang mempunyai satu unit titik puncak dan anti klimaks. Untuk kisah yang panjang, titik puncak dan antiklimaks sanggup banyak jumlahnya. Kumpulan beberapa unit insiden sanggup dijadikan satu bab. Tanpa meninggalkan kontinuitas dengan belahan sebelumnya.
b. Plot
Plot merupakan liku-liku suatu peristiwa, diketemukan dalam kaitan satu insiden utama dengan insiden utama lainnya. Dengan kata lain, plot menimbulkan satu insiden punya kekerabatan dengan insiden lain yang bersifat logis. Plot mengikat jalan kisah sehingga mempunyai titik puncak dan antiklimaks dari hubungan-hubungan antarkejadian. Plot akan lebih berkembang kalau insan yang menjadi sentra pengisahan tidak hanya satu orang.
Ada majemuk plot. Coba Anda perhatikan!
1) Berdasarkan urutan waktunya
a. Alur maju atau alur kronologis. Peristiwa-peristiwa yang waktunya sungguh-sungguh berurutan, contohnya setahun yang lalu, setengah tahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang lalu, hari ini.
b. Sorot balik (alur mundur). Peristiwa-peristiwa yang disusun tidak secara lurus (tidak berdasarkan urutan waktu), mislnya: Pak Burhan duduk terdiam di teras rumah, kemudian ia teringat peristiwa-peristiwa masa lampau. Belanda menyerang kampungnya, anak istrinya meninggal alasannya yaitu bom. Kemudian kisah kembali ke masa kini.
b. Sorot balik (alur mundur). Peristiwa-peristiwa yang disusun tidak secara lurus (tidak berdasarkan urutan waktu), mislnya: Pak Burhan duduk terdiam di teras rumah, kemudian ia teringat peristiwa-peristiwa masa lampau. Belanda menyerang kampungnya, anak istrinya meninggal alasannya yaitu bom. Kemudian kisah kembali ke masa kini.
2) Berdasarkan letak puncak peristiwanya, terbagi:
a. Urutan klimaks. Peristiwa dimulai dari hal yang biasa dan semakin menonjol atau makin tegang. Peristiwa yang menjadi puncak kisah mengakhiri cerita.
b. Urutan antiklimaks. Diawali insiden yang paling tegang/ menonjol untuk kemudian mengendor dan kisah berakhir dengan insiden yang biasa saja., Misalnya: Ditengah keheningan malam terdengar teriakan “Gempa! Gempa!” Orang seluruh kampung keluar mendengar teriakan dahsyat itu, ternyata jerit tadi yaitu orang yang sedang mimpi rumahnya diguncang gempa. Orangorang pun kesal namun, geli. Lega, malam kembali pada keheningannya lagi.
b. Urutan antiklimaks. Diawali insiden yang paling tegang/ menonjol untuk kemudian mengendor dan kisah berakhir dengan insiden yang biasa saja., Misalnya: Ditengah keheningan malam terdengar teriakan “Gempa! Gempa!” Orang seluruh kampung keluar mendengar teriakan dahsyat itu, ternyata jerit tadi yaitu orang yang sedang mimpi rumahnya diguncang gempa. Orangorang pun kesal namun, geli. Lega, malam kembali pada keheningannya lagi.
3) Berdasarkan pada rapat-renggangnya kekerabatan insiden satu dengan lainnya, terbagi atas:
a. Alur dramatik atau alur rapat, yaitu alur yang tidak sanggup disisipi oleh insiden lain di luar alur pokok.
b. Alur renggang atau alur panoramik. Kebalikan dari alur rapat, alur ini walaupun di dalam ceritanya mempunyai banyak alur dari masingmasing tokoh, namun pada final kisah sanggup bersatu menjadi satu kesatuan alur, sehingga kisah menjadi lebih bervariasi.
b. Alur renggang atau alur panoramik. Kebalikan dari alur rapat, alur ini walaupun di dalam ceritanya mempunyai banyak alur dari masingmasing tokoh, namun pada final kisah sanggup bersatu menjadi satu kesatuan alur, sehingga kisah menjadi lebih bervariasi.
c. Perwatakan
Perwatakan dalam cerita. Ada tiga cara untuk memperkenalkan moral atau kepribadian si tokoh, yaitu:
1) Pengarang menyebutkannya. Ini yang paling mudah, alasannya yaitu pembaca tinggal menerimanya saja.
2) Pengarang menggambarkannya dalam tingkah laris pelaku: tindakannya, gerak-geriknya, reaksi pelaku terhadap suatu insiden atau orang lain.
3) Pengarang menggambarkannya dalam percakapan atau ucapan pelaku: percakapan pelaku dengan pelaku lain, ucapan pelaku perihal pelaku lain.
d. Titik Pandang
Kekuatan dan daya tarik kisah juga terletak pada titik pandang yang terang dan konsisten. Titik pandang yaitu perspektif dari mana kisah itu dikisahkan. Titik-titik pandang yang utama adalah: serba tahu, orang pertama, dan dihanyutkan pikiran. Dengan titik pandang orang pertama, kisah akan dikisahkan dengan tokoh yang menyebut dirinya dengan kata “aku” atau “saya”. Di sini pengarang bercerita, beliau sebagai tokoh bukan sebagai dalang.
e. Fokus
Fokus kisah merupakan titik/pusat cerita. Pengungkapan yang terang dari suatu cerita, contohnya perjalanan ke Bangka dengan kapal maritim dari Jakarta. Tentang diri saya, perihal rombongan atau perihal perjalanan itu sendiri.
f. Latar atau Suasana
Latar merupakan background kisah yang penyajiannya mestinya belum pernah diketahui pembaca, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan menawarkan suasana baru.
g. Nada
Yang dimaksud nada yaitu penutur, orang yang menceritakan kisah tersebut. Nada bunyi sangatlah mensugesti cara pembaca menafsirkan kisah dengan baik.
0 Komentar untuk "Unsur-Unsur Intrinsik Novel"