Tiga belas orang meninggal dunia dan delapan lainnya mengalami luka-luka akhir kecelakaan kereta api yang menabrak sebuah kendaraan beroda empat kolam terbuka.
Kendaraan roda empat yang mengangkut rombongan pengantar calon jamaah haji itu, terseret sejauh 52 meter dari lokasi insiden di perlintasan kereta api tanpa palang pintu yang terletak di bersahabat perbatasan Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya, Selasa (1/10) sekitar pukul 10.22 WIB.
Peristiwa itu bemula ketika kendaraan beroda empat kolam terbuka bernomor polisi T 8658 TI yang dikemudikan H Udin Saprudin (50), warga Desa Ranca Mandaka, kecamatan Pusakanagara, Subang hendak kembali ke Desa Tegalwirangrong kecamatan Kertasemaya bersama rombongan pengantar calon jamaah haji lainnya yang menumpang di dalam kolam kendaraan beroda empat tersebut.
Saat melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu di lokasi tersebut, tiba-tiba kendaraan berhenti mendadak alasannya mesin kendaraan beroda empat tersebut mati di tengah jalur perlintasan kereta api.
Di ketika bersamaan, melaju kereta api Argo Dwipangga dari stasiun Gambir, Jakarta menuju Solo, Jawa Tengah. Penumpang yang duduk di kolam kendaraan beroda empat pun sempat berteriak histeris melihat kereta yang melaju begitu cepat. Namun dalam kondisi tersebut, tidak banyak yang sanggup mereka lakukan. Hingga jadinya kecelakaan pun tidak sanggup terhindarkan.
Mobil kolam terbuka bersama penumpangnya tersereh rangkaian kereta sampai sejauh 52 meter dari lokasi kejadian. Mobil pun ringsek tidak berbentuk, sedangkan para penumpangnya tergeletak di areal pesawahan yang letaknya berada di sisi rel perlintasan kereta api.
Dikatakan Casinih (39), salah seorang korban selamat. Ia yang ketika itu duduk di kolam kendaraan beroda empat bersama penumpang lainnya sempat memperingatkan sopir kalau kereta akan melintas. Namun diduga peringatan itu tidak diindahkan pengemudi. Lampu peringatan sebagai instruksi kereta hendak melintas yang terpasang di perlintasan itu pun diabaikan. Dan kendaraan beroda empat pun tetap melaju melintasi rel kereta api itu.
"Sungguh tidak pernah diduga sebelumnya. Kereta api yang melintas itu melaju dengan cepat dan penumpang tidak sempat menyelamatkan diri," ujarnya usai menjalani investigasi medis alasannya luka yang dialaminya.
Meski Casinih selamat dari kecelakaan itu, namun ia harus kehilangan buah hatinya yang tewas dalam kecelakaan itu. Warga di sekitar lokasi insiden yang mengetahui hal itu, lalu segera memperlihatkan donasi kepada korban dan melaporkan insiden tersebut ke petugas kepolisian. Polisi yang datang di lokasi kejadian, lalu segera mengevakuasi seluruh korban dengan dibantu warga sekitar untuk dievakuasi ke rumah sakit islam Zam-Zam Jatibarang.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan petugas kepolisian, terdapat 13 orang meregang nyawa dalam kecelakaan janjkematian itu. Diantaranya sopir kendaraan beroda empat tersebut, yaitu H Udin Saprudin (50) bersama isteri dan anaknya, yakni Surijem (40), dan Dian (3), ketiganya warga warga Desa Ranca Mandaka, kecamatan Pusakanagara, Subang.
Selain itu, korban meninggal lainnya yaitu Hj Kunirah (48), Riyanti (16), Rohyatin (47), Aminah (47), Sukaesih (38), Ismanto (4), Tanirih (24), Dea Puspita (2), Rustinih (56), dan Aan Anipah (12). Sementara korban luka-luka, yakni Hj Sureti (55), Casmi (50), Ida Musyarofah (25), Tati (29), Wasih (48), Tinah (25), Topan (20), dan Casinih (39). Seluruh korban merupakan warga desa Tegalwirangrong kecamatan Kertasemaya.
Kapolres Indramayu AKBP Wahyu Bintono Hari Bawono yang eksklusif terjun ke lokasi insiden menerangkan, bahwa ketika ini pihaknya masih melaksanakan pendalaman untuk mengetahui penyebab niscaya terjadinya kecelakaan tersebut.
"Saat ini kami masih mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan menganalisa hasil olah daerah insiden untuk mengetahui penyebab niscaya terjadinya kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan beroda empat kolam terbuka yang mengakibatkan korban jiwa tersebut," terangnya.
sumber:
jpnn.com
Kendaraan roda empat yang mengangkut rombongan pengantar calon jamaah haji itu, terseret sejauh 52 meter dari lokasi insiden di perlintasan kereta api tanpa palang pintu yang terletak di bersahabat perbatasan Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya, Selasa (1/10) sekitar pukul 10.22 WIB.
Peristiwa itu bemula ketika kendaraan beroda empat kolam terbuka bernomor polisi T 8658 TI yang dikemudikan H Udin Saprudin (50), warga Desa Ranca Mandaka, kecamatan Pusakanagara, Subang hendak kembali ke Desa Tegalwirangrong kecamatan Kertasemaya bersama rombongan pengantar calon jamaah haji lainnya yang menumpang di dalam kolam kendaraan beroda empat tersebut.
Saat melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu di lokasi tersebut, tiba-tiba kendaraan berhenti mendadak alasannya mesin kendaraan beroda empat tersebut mati di tengah jalur perlintasan kereta api.
Di ketika bersamaan, melaju kereta api Argo Dwipangga dari stasiun Gambir, Jakarta menuju Solo, Jawa Tengah. Penumpang yang duduk di kolam kendaraan beroda empat pun sempat berteriak histeris melihat kereta yang melaju begitu cepat. Namun dalam kondisi tersebut, tidak banyak yang sanggup mereka lakukan. Hingga jadinya kecelakaan pun tidak sanggup terhindarkan.
Mobil kolam terbuka bersama penumpangnya tersereh rangkaian kereta sampai sejauh 52 meter dari lokasi kejadian. Mobil pun ringsek tidak berbentuk, sedangkan para penumpangnya tergeletak di areal pesawahan yang letaknya berada di sisi rel perlintasan kereta api.
Dikatakan Casinih (39), salah seorang korban selamat. Ia yang ketika itu duduk di kolam kendaraan beroda empat bersama penumpang lainnya sempat memperingatkan sopir kalau kereta akan melintas. Namun diduga peringatan itu tidak diindahkan pengemudi. Lampu peringatan sebagai instruksi kereta hendak melintas yang terpasang di perlintasan itu pun diabaikan. Dan kendaraan beroda empat pun tetap melaju melintasi rel kereta api itu.
"Sungguh tidak pernah diduga sebelumnya. Kereta api yang melintas itu melaju dengan cepat dan penumpang tidak sempat menyelamatkan diri," ujarnya usai menjalani investigasi medis alasannya luka yang dialaminya.
Meski Casinih selamat dari kecelakaan itu, namun ia harus kehilangan buah hatinya yang tewas dalam kecelakaan itu. Warga di sekitar lokasi insiden yang mengetahui hal itu, lalu segera memperlihatkan donasi kepada korban dan melaporkan insiden tersebut ke petugas kepolisian. Polisi yang datang di lokasi kejadian, lalu segera mengevakuasi seluruh korban dengan dibantu warga sekitar untuk dievakuasi ke rumah sakit islam Zam-Zam Jatibarang.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan petugas kepolisian, terdapat 13 orang meregang nyawa dalam kecelakaan janjkematian itu. Diantaranya sopir kendaraan beroda empat tersebut, yaitu H Udin Saprudin (50) bersama isteri dan anaknya, yakni Surijem (40), dan Dian (3), ketiganya warga warga Desa Ranca Mandaka, kecamatan Pusakanagara, Subang.
Selain itu, korban meninggal lainnya yaitu Hj Kunirah (48), Riyanti (16), Rohyatin (47), Aminah (47), Sukaesih (38), Ismanto (4), Tanirih (24), Dea Puspita (2), Rustinih (56), dan Aan Anipah (12). Sementara korban luka-luka, yakni Hj Sureti (55), Casmi (50), Ida Musyarofah (25), Tati (29), Wasih (48), Tinah (25), Topan (20), dan Casinih (39). Seluruh korban merupakan warga desa Tegalwirangrong kecamatan Kertasemaya.
Kapolres Indramayu AKBP Wahyu Bintono Hari Bawono yang eksklusif terjun ke lokasi insiden menerangkan, bahwa ketika ini pihaknya masih melaksanakan pendalaman untuk mengetahui penyebab niscaya terjadinya kecelakaan tersebut.
"Saat ini kami masih mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan menganalisa hasil olah daerah insiden untuk mengetahui penyebab niscaya terjadinya kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan beroda empat kolam terbuka yang mengakibatkan korban jiwa tersebut," terangnya.
sumber:
jpnn.com
0 Komentar untuk "Rombongan Pengantar Haji Ketabrak Sepur"