Kisah ini ialah suatu pesan yang mengajarkan kepada kita bahwa tak selamanya pengertian kita sama dengan pengertian org lain.
"Tolg tunjukkan SIM nya!" Kata polantas.
Dengan wajah kesal si pengemudi berkata,
"Maaf pak, aku tau salah menerobos lampu merah, tapi tolong pak jangan ditilang, aku buru-buru alasannya ialah anak aku ultah"
Sambil cemas, si pengemudi yg berjulukan Ari itu menatapi wajah polisi tersebut, yang ternyata ialah teman SMA-nya,
"Lho . . . kamu kan si Tono? kita temen Sekolah Menengan Atas dulu?" Sambut Ari dengan nada lega.
Tapi Tono si Polisi tersbut hanya senyum sambil tetap bersikukuh meminta SIM si Ari. Dengan wajah kecewa Ari pun menunjukkan SIM nya kemudian pribadi masuk kedalam mobilnya dan menutup beling pintunya rapat-rapat.
sementara itu, Tono menulis sesuatu dikertas tilangnya. Beberapa dikala kemudian, Tono mengetuk beling pintu kendaraan beroda empat Ari.
Sambil memandangi wajah Tono penuh kecewa, Ari pun membuka beling pintu mobilnya hanya sedikit aja.
Maksud hanya cukup untuk selipkan kertas tilang aja. Tono pun menunjukkan kertas lewat beling yg terbuka hanya sekitar 2 cm itu, kemudian pergi tanpa kata.
Sambil menggerutu, kesal, Ari membuka kertas tersbut, tapi . . .
"Hei...apa ini? Kenapa SIM aku dikembalikan? Dan ini kertas apa?" Gumam Ari dalam hati
Segera Ari membuka kertas pinjaman Tono tersebut dan ternyata Tono tidak menilangnya, tapi justru menulis surat yang isinya:
"Hai Ari, kamu tau kagak, dulu aku punya anak satu-satunyanya yg meninggal ditabrak oleh Penerobos Lampu Merah. Pengemudinya dieksekusi 3 bulan.
Setelah bebas ia sanggup berkumpul dan memeluk anaknya lagi.
Sementara aku . . . Saya tidak sanggup melihat apalagi memeluk anak aku lagi.
Beribu kali aku mencoba untuk maafkan Pengemudi itu tapi tidak bisa. Maafkan aku Ari, kamu hati-hatilah dijalan, titip salam buat keluargamu dan selamat ulang tahun buat anakmu"
Langsung Ari pun keluar dari mobilnya hendak menjumpai Tono, tapi Tono sudah tidak ada di Posnya.
Sepanjang jalan mengemudi, perasaan hati Ari tak tentu, berharap kesalahannya sanggup termaafkan.
Kisahnya
Priiiiit.........!! Prittttt.....!!!"Tolg tunjukkan SIM nya!" Kata polantas.
Dengan wajah kesal si pengemudi berkata,
"Maaf pak, aku tau salah menerobos lampu merah, tapi tolong pak jangan ditilang, aku buru-buru alasannya ialah anak aku ultah"
Sambil cemas, si pengemudi yg berjulukan Ari itu menatapi wajah polisi tersebut, yang ternyata ialah teman SMA-nya,
"Lho . . . kamu kan si Tono? kita temen Sekolah Menengan Atas dulu?" Sambut Ari dengan nada lega.
Tapi Tono si Polisi tersbut hanya senyum sambil tetap bersikukuh meminta SIM si Ari. Dengan wajah kecewa Ari pun menunjukkan SIM nya kemudian pribadi masuk kedalam mobilnya dan menutup beling pintunya rapat-rapat.
sementara itu, Tono menulis sesuatu dikertas tilangnya. Beberapa dikala kemudian, Tono mengetuk beling pintu kendaraan beroda empat Ari.
Sambil memandangi wajah Tono penuh kecewa, Ari pun membuka beling pintu mobilnya hanya sedikit aja.
Maksud hanya cukup untuk selipkan kertas tilang aja. Tono pun menunjukkan kertas lewat beling yg terbuka hanya sekitar 2 cm itu, kemudian pergi tanpa kata.
Sambil menggerutu, kesal, Ari membuka kertas tersbut, tapi . . .
"Hei...apa ini? Kenapa SIM aku dikembalikan? Dan ini kertas apa?" Gumam Ari dalam hati
Segera Ari membuka kertas pinjaman Tono tersebut dan ternyata Tono tidak menilangnya, tapi justru menulis surat yang isinya:
"Hai Ari, kamu tau kagak, dulu aku punya anak satu-satunyanya yg meninggal ditabrak oleh Penerobos Lampu Merah. Pengemudinya dieksekusi 3 bulan.
Setelah bebas ia sanggup berkumpul dan memeluk anaknya lagi.
Sementara aku . . . Saya tidak sanggup melihat apalagi memeluk anak aku lagi.
Beribu kali aku mencoba untuk maafkan Pengemudi itu tapi tidak bisa. Maafkan aku Ari, kamu hati-hatilah dijalan, titip salam buat keluargamu dan selamat ulang tahun buat anakmu"
Langsung Ari pun keluar dari mobilnya hendak menjumpai Tono, tapi Tono sudah tidak ada di Posnya.
Sepanjang jalan mengemudi, perasaan hati Ari tak tentu, berharap kesalahannya sanggup termaafkan.
0 Komentar untuk "Kisah Polisi Yang Menilang Sahabat Smanya"