Pernah saya baca dan catat (sumbernya lupa) bahwa luas Pulau Jawa adalah 129.600,71 Km2 (12.960.071 Ha). Pada masa ke-16 hingga pertengahan masa ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Sedangkan pada final tahun 1980-an, hutan alam di Jawa cuma tinggal 0,97 juta hektar atau sekitar 7 persen dari luas total Pulau Jawa.
Hutan dalam bahasa Jawa disebut ALAS (tanah luas, tidak digarap manusia, sarat pepohonan besar). Dalam bahasa Jawa Krama Inggil "alas" disebut WANA. Banyak ungkapan bahasa Jawa yang menggunakan kata “alas”. Tentunya ungkapan-ungkapan ini lahir ketika hutan di Pulau Jawa masih luas, setidak-tidaknya sebelum masa ke 18 seumpama disebutkan di atas.
Di bawah yakni beberapa ungkapan Bahasa Jawa yang menggunakan kata ALAS, yang remaja ini telah tidak banyak disebutkan orang lagi, kiranya sanggup dijadikan rujukan.
1. ALAS ROBAN
Letak Alas Roban ada di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Nama Alas Roban telah dipahami sejak masa ke 17 lantaran ialah rute pasukan Sultan Agung dari Mataram (Yogyakarta/Jateng) waktu mengirim ekspedisi menyerang benteng Belanda di Batavia.
Sampai kini pun walau kondisinya tidak semengerikan jaman 300an tahun yang lalu, Alas Roban tetap dipahami selaku hutan yang angker: Baik dari segi hantu yang konon banyak gentayangan di situ, maupun dari segi kejahatan (Rampok, tupai loncat). Beberapa puluh tahun yang kemudian kendaraan beroda empat tidak berani sendirian melalui Alas Roban. Tunggu ada kendaraan beroda empat lain, kemudian konvoi.
Mengapa disebut Alas Roban? Dari segi bahasa ROBAN yakni hutan yang sanggup kemasukan air bahari ketika pasang (Rob).
2. ALAS GRENG
Greng (ri-bebondhotan): onak duri. Sigreng: Besar dan angker. Dengan demikian pemahaman “alas greng” yakni hutan yang luas, padat pohon, terlihat gelap dan angker, sarat dengan onak-duri.
3. ALAS GUNG atau ALAS GUNG LIWANG-LIWUNG
Pengertian “gung liwang-liwung” yakni “besar sekali”. Digunakan untuk menyebutkan hutan yang amat luas dengan pepohonan yang amat besar pula. Kalau sarat onak-duri dan susah dilewati lantaran tebalnya, maka disebut ALAS GRENG.
4. ALAS GLEDHEGAN
Gledheg: bunyi seumpama orang memukau roda kayu, gledheg-gledheg. Alas Gledhegan yakni hutan lebat, sarat pohon besar, kalau ada angin meniup, tedengar bunyi gledheg-gledheg. “Alas Gledhegan” sanggup saja ialah “Alas Gung Liwang-Liwung atau Alas Greng”
5. ALAS GEROTAN
Sama dengan Alas Gledhegan tapi dalam hal ini bunyi kayu yang bergesekan ketika ada tiupan angin berbunyi “gerot-gerot”.
6. ALAS TRATABAN
Trataban: Jantung berdebar-debar. Mengapa jantung berdebar (denyut lebih cepat)? Salah satu sebabnya yakni “rasa takut”. Alas trataban yakni hutan kecil berupa gerumbul-gerumbul. Orang desa (jaman dulu) dalam perjalanan sering melalui “alas trataban” ini. Mereka (terutama kalau sendirian) muncul rasa takut waktu mesti melewatinya. Jangan-jangan ada hewan buas, penjahat, hantu, dll yang membahayakan dan menakutkan. Jaman kini di Pulau Jawa kelihatannya telah tidak ada lagi yang disebut “alas trataban”.
7. ALAS MINANGSRAYA (WINANGSRAYA)
Gambaran hutan yang amat angker: Janma mara mati, sato mara mati (baik insan maupun hewan kalau masuk ke hutan tersebut niscaya mati.
8. ALAS TUTUPAN
Hutan yang dikuasai negara. Tertutup untuk ditebang pohonnya budpekerti diambil hasil hutannya secara liar.
9. ALAS PEJATEN
Hutan yang ditanami pohon jati. Umumnya ALAS PEJATEN juga ialah ALAS TUTUPAN.
10. NGALASAKE NEGARA
Termasuk paribasan Jawa. Negara dianggap hutan. Di hutan tidak ada aturan, kalau ada, maka yang ada yakni aturan rimba. Paribasan ini menggambarkan orang yang berbuat semaunya, tidak mengindahkan aturan negara. Dianggapnya negara ini yakni hutan. Ia lupa bahwa ada kata-kata: Desa mawa cara, negara mawa tata.
11. NUSUP NGAYAM ALAS
Ayam hutan lazimnya bersembunyi di semak-semak dan berlangsung diantara semak-belukar sehingga susah ditangkap. Paribasan ini menggambarkan orang yang menempuh perjalanan masuk hutan menyusup diantara semak-belukar.
12. SETAN ALAS
Kalau yang satu ini adalah: Salah satu “makian” ala Jawa.
LIDING DONGENG
Duabelas ungkapan ini menunjukan bahwa jaman dahulu orang Jawa dekat dengan hutan. Sehingga ada ungkapan perihal jenis hutan, sikap insan yang mbalela, cara insan sembunyi-sembunyi menembus hutan bahkan makian. Dewasa ini barangkali tinggal satu yang paling kerap kita dengar yakni Alas Roban. Mungkin ada satu lagi yang adakala kita dengar: Setan Alas. Ungkapan lain barangkali menyingkir bareng hilangnya hutan (Iwan MM)
0 Komentar untuk "Hutan (Alas) Dalam Ungkapan Jawa"