Pada goresan pena sebelumnya, MAKANAN (MANGSA) BATHARA KALA: SUKERTA DAN JULUNG (2) telah dibahas perihal B. Janma Sukerta menurut keadaan waktu kehamilan dan persalinan dan C. Janma Sukerta menurut kelainan tubuh.
Perlu dikenang kembali bahwa pemahaman Sukerta yakni orang-orang yang alasannya sesuatu hal sering mengalami kesialan.
Pada goresan pena ini kita teruskan ke D. Janma Sukerta menurut momentum yang tidak baik
Merujuk ke Serat Bauwarna, Ki Padmasusastra, 1898, perihal hal ini sanggup saya sampaikan selaku berikut:
D. JANMA SUKERTA BERDASARKAN SAAT-SAAT YANG TIDAK BAIK
JULUNG
Dari segi “keapesannya” tanpa terkait dengan di saat kelahiran, maka JULUNG sanggup dimasukkan dalam wadhah besar JANMA SUKERTA.
Secara khusus, pemahaman JULUNG menurut Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 adalah: Pinasti bakal nandang kacilakan marga lahire mbeneri wektu sing dianggep ora becik (orang yang ditentukan akan sering celaka alasannya lahirnya bertepatan dengan di saat yang tidak baik).
Ada tiga waktu yang dibilang tidak baik untuk lahirnya bayi, yakni di saat Matahari terbit, Matahari di atas kepala dan Matahari terbenam.
1. MATAHARI TERBIT
a. Julung Kembang
Bayi yang lahir serempak dengan terbitnya Matahari
b. Julung Wangi
Bayi yang lahir serempak dengan terbitnya Matahari (atau menjelang hingga terbitnya Matahari). Dalam horoskop Jawa (pawukon) Julung Wangi yakni wuku yang ke sembilan.
2. MATAHARI DI ATAS KEPALA
Julung Sungsang
Bayi lahir waktu bedug siang. Dalam Bahasa Jawa dibilang juga: Bayi lahir wektu tengange. Catatan: Tengange: Tengah + Ing + We (We = srengenge, matahari)
3. MATAHARI TENGGELAM
a. Julung Pujud
Bayi lahir menjelang dan terbenamnya Matahari. Dalam horoskop Jawa (pawukon) Julung Wangi yakni wuku yang ke limabelas.
b. Julung Sarab
Bayi lahir menjelang terbenamnya Matahari
c. Julung Lumarap
Bayi lahir serempak dengan terbenamnya Matahari
d. Julung Caplok
Bayi lahir menjelang dan di saat Matahari terbenam.
LIDING DONGENG
Saya agak kesusahan mencari reasoning yang pas. Tetapi ada tiga hal yang sanggup saya sampaikan, selaku berikut:
Pertama: Ketiga waktu tersebut terkait dengan di saat sholat Subuh, Lohor dan Maghrib. Ibu, beserta keluarga dan penolong persalinan akan terusik waktu sholatnya.
Kedua: Pada jaman dulu, hutan masih banyak, jarak antar desa masih berjauhan, penolong persalinan juga belum banyak. Mungkin masih banyak hewan buas berkeliaran di saat menjelang matahari terbit atau keluar mencari mangsa di saat matahari terbenam. Dikatakan untuk bayi Julung Kembang akan ketemu hewan buas dan bayi Julung Caplok akan dicaplok macan.
Ketiga: Saat bedug siang yakni waktu untuk istirahat. Saya ingat tukang kebun eyang dulu. Begitu bedug siang, ia berhenti kerja, mengambil “banyu wulu” (air wudhu), berganti pakaian, sholat Lohor, makan siang, minum kopi sambil merokok, kemudian kerja jagi. Istilah sekarang: Ishoma.
Kesimpulan (menurut pertimbangan saya pribadi), bukannya bayi lahir pada waktu yang tidak baik, namun lahir pada waktu yang tidak pas. Tetapi siapa yang sanggup menertibkan di saat kelahiran bayi kecuali melakukan bedah Caesar (Sectio Caesaria).
Dilanjutkan ke PERBUATAN DAN PERILAKU YANG MENJADI MAKANAN BATHARA KALA
TULISAN TENTANG BATHARA KALA SELENGKAPNYA
4 Makanan (Mangsa) Bathara Kala: Sukerta dan Julung (3)
6 Abad ke 21: Makanan Bathara Kala dan Flu Burung
0 Komentar untuk "Makanan (Mangsa) Bathara Kala: Sukerta Dan Julung (3)"