Perbuatan Dan Sikap Yang Menjadi Makanan Bathara Kala

Pada tiga goresan pena sebelum yang ini, MAKANAN (MANGSA) BATHARA KALA: SUKERTA DAN JULUNG (3) dan dua goresan pena sebelumnya, sudah dibahas perihal A. Janma Sukerta menurut jumlsh kerabat kandung kita; B. Janma Sukerta menurut keadaan waktu kehamilan dan persalinan; C. Janma Sukerta menurut kelainan badan dan D.  Janma Sukerta menurut momentum yang tidak baik. 

Semua di atas merupakan daftar suguhan Janma Sukerta dari Bathara Guru yang boleh dimakan oleh Bathara Kala. Perlu dikenang kembali bahwa pemahaman lazim Sukerta merupakan orang-orang yang alasannya merupakan sesuatu hal sering mengalami kesialan.

Disamping keempat hal tersebut di atas,  Ki Padmasusastra, Ngabehi Wirapustaka ing Surakarta dalam Serat Bauwarna, 1898, menyebutkan juga ihwal perbuatan dan sikap insan yang juga menjadi kuliner Bathara Kala. Contoh terkenal yang masih banyak dipahami penduduk antara lain:

a. Orang yang merobohkan dandang waktu menanak nasi
b. Mematahkan kerikil pipisan
c. Memecahkan landasan pipisan

Konon ketiga hal di atas merupakan embel-embel suguhan pembatasan makanan Bathara Kala dari ibundanya, Dewi Uma. Logikanya ada: Kalau dandang roboh sekeluarga sanggup tidak makan atau telat makan. Pipisan jaman dahulu menjadi perlengkapan dapur yang kerja nonstop: Mulai dari melumatkan bumbu masak hingga menggiling jamu. Semuanya menyediakan orang kerja yang serampangan, tidak hati-hati.



Satu teladan lagi: Orang yang menghasilkan pagar sebelum rumah didirikan. Sampai kini pun masih kita temui kapling mangkrak yang berpagar. Apa pemiliknya sudah dimakan Bathara Kala ya? 

Masih banyak lagi perbuatan dan sikap yang berisiko menjadi santapan Bathara Kala. Dapat Bapak Ibu baca juga di rangkaian goresan pena ihwal GUGON TUHON. Tidak saya sebut selaku kuliner Bathara Kala namun selaku langkah-langkah ORA ILOK yang di GUGU (diikuti) dengan TUHU (taat). 

Di bawah merupakan beberapa contoh, saya cuma ambil yang terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, alasannya merupakan reasoningnya jelas. Tidak sekedar ORA ILOK, atau lebih menyeramkan lagi: DADI PANGANE BATHARA KALA. Selebihnya sanggup dicari sendiri. Banyak yang nulis kok.


1. SAMPAH

a. Tempat sampah di bersahabat rumah
Sampah (basah) jikalau dibiarkan terlalu usang akan membusuk, menjadi sumber penyakit dan dihadiri binatang pembawa penyakit, misalnya: Lalat dan Kecoak.

b. Membuang sampah di kolong
Jaman dahulu masih banyak kawasan tidur berkolong, yang menjadi kawasan serba guna untuk menyimpan barang-barang tergolong mencampakkan sampah. Artinya kita akan tidur di atas sampah (walaupun esok hari sampah kita sapu dan dikeluarkan).

c. Melempar sampah dari cendela
Jaman kini pun masih banyak dijalankan orang. Halaman di bawah cendela akan menjadi kotor sekali. Bahkan sulit dipercayai kulit pisang hingap di kepala orang yang melalui di bersahabat cendela kawasan kita melempar sampah.


2. MENYAPU

a. Menyapu, sampahnya dibakar
Membakar sampah akan membuat polusi. Baiknya dikubur, sanggup jadi pupuk. Jaman kini dalam kehidupan yang makin padat, memperabukan sampah sungguh-sungguh ora ilok dan layak dimakan Bathara Kala

b. Menyapu, sampahnya diparkir di satu tempat
Percuma menyapu menyerupai ini. Tidak usang sampah akan tercerai berai lagi. 

c. Orang tidak pernah menyapu
Tentunya rumah menjadi sarat debu dan halaman amat kotor. Menjadi sarang penyakit.

d. Menyapu pada malam hari.
Sebenarnya tidak ada salahnya. Yang jadi duduk kasus jaman dahulu lampu belum seterang sekarang. Risikonya masih banyak sampah atau debu yang terlewatkan. Kerja kita sia-sia.

e. Sapu diberdirikan di rumah
Mestinya taruh di belakang rumah. Sapu kan untuk membersihkan barang kotor. Sebersih-bersih sapu, tetap kotor juga


3. MAKAN

a. Makan di kawasan tidur
Tempat tidur tidak untuk makan, kecuali orang sakit yang dilarang turun dari kawasan tidur. Itu pun diberi alas. Remah-remah kuliner sanggup jatuh ke kawasan tidur dan mengotori seprei.

b. Makan sambil tiduran
Mestinya duduk. Orang sakit yang mesti berada di kawasan tidur pun waktu makan posisinya diupayakan duduk.

c. Makan sambil berjalan
Jaman kini banyak orang buru-buru sehingga sambil berlangsung ia makan. Kelihatannya hal ini cuma duduk kasus kepantasan. 

d. Makan malam tanpa penerangan
Hati-hati, duri ikan dan benda-benda kecil yang lain sanggup tertelan. Lauk pun sanggup salah ambil.


4. CUCI TANGAN

a. Selesai makan tidak basuh tangan
Kecuali kita makan pakai sendok, masih boleh dimaafkan. Tetapi mestinya basuh tangan. Bagaimanapun niscaya ada sida kuliner yang masih menempel di tangan. 

b. Habis makan, belum basuh tangan, tangan diusap-usapkan ke pakaian
Biasanya diusapkan ke ujung baju atau ujung kain. Kalau yang satu ini mestinya tidak sanggup dimaafkan. Tangan tetap kotor plus baju jadi kotor pula.

Catatan: Dalam kaitan dengan basuh tangan ini, saya tidak menerima pesan untuk basuh tangan sebelum makan. 


5. MEMBERSIHKAN MUKA

a. Melap tampang dengan kain atau pakaian 
Biasanya ujung baju atau ujung kain panjang. Wajah tidak akan bersih, terlebih jikalau berminyak dan berkeringat. Sementara busana atau kain kita jadi kotor

b. Melap bibir dengan kain atau pakaian
Keterangan sama di atas. Bibir merupakan tepi rongga verbal kawasan kuliner dan minuman masuk. Alih-alih bibir bersih, malah bibit penyakit masuk mulut


6. KUKU

a. Memotong kuku di waktu malam
Ujung jari sanggup terluka, terlebih jikalau lampu tidak terang

b. Mengigit-gigit kuku
Terkait dengan kesehatan. Barang kotor masuk mulut

c. Menggunakan kuku untuk membersihkan gigi
Kuku bukan tusuk gigi. Tidak etis di hadapan orang banyak, juga sanggup memasukkan penyakit’


LIDING DONGENG

Demikianlah beberapa teladan sikap yang jadi kuliner Bathara Kala khususnya yang terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Reasoningnya ada dan terang namun orang dahulu mungkin belum tahu, atau merasa sudah cukup dengan mengatakan: “Aja ...... mengko dadi pangane Bathara Kala”

Seperti sudah disebut di atas, teladan sikap lain terutama yang tidak terkait dengan duduk kasus kesehatan masih banyak. Tetapi ada satu hal yang ingin saya tambahkan, yakni ihwal ternak unggas. Yaitu pesan untuk mengandangkan “sato-iwen” (unggas) jauh dari rumah, yang ternyata hustru menyadi pesan utama pada era ke 21 dalam kaitan dengan pencegahan penularan Flu Burung ke Manusia. Dapat dibaca di lanjutan goresan pena ini, ABAD KE 21: MANGSA BATHARA KALA DAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)


TULISAN TENTANG BATHARA KALA SELENGKAPNYA

5 Perbuatan dan sikap yang menjadi kuliner Bathara Kala   

Related : Perbuatan Dan Sikap Yang Menjadi Makanan Bathara Kala

0 Komentar untuk "Perbuatan Dan Sikap Yang Menjadi Makanan Bathara Kala"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)