Tulisan ini yaitu lanjutan BATHARA KALA YANG DITAKUTI
Kepada Bathara Guru, Bathara Kala minta diberi masakan (tentu saja bukan sayur mayur atau binatang ternak, melainkan manusia).
Bathara Guru pun menyadari, jikalau di bebas-merdekakan dalam mencari makan, insan di Marcapada (dunia) sanggup punah. Maka diberikanlah kewenangan terhadap Bathara Kala untuk memangsa insan tetapi cuma yang menyanggupi patokan tertentu saja.
Tidak semua insan boleh dikonsumsi Bathara Kala. Walau demikian yang menjadi hak makan Bathara Kala ternyata masih banyak juga.
JANMA SUKERTA DAN JULUNG
Manusia yang menjadi masakan Bathara Kala disebut JANMA (manusia) SUKERTA (penyebab kesialan). Pengertian bebasnya: Manusia yang alasannya yaitu sesuatu hal sering mengalami kesialan. Dulu jikalau ada orang yang hidupnya senantiasa apes, sering ditelusuri akar masalahnya: Jangan-jangan tergolong “Janma Sukerta”.
Adapun pemahaman JULUNG menurut Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 adalah: Pinasti bakal nandang kacilakan marga lahire mbeneri wektu sing dianggep ora becik (orang yang ditentukan akan sering celaka alasannya yaitu lahirnya bertepatan dengan dikala yang tidak baik).
Dalam pemahaman luas, JULUNG tergolong dalam katagori SUKERTA. Ada pula yang mengartikan JULUNG yaitu SUKERTA.
Saya coba membuat lebih mudah (mohon maaf jikalau justru menjadi lebih sulit) dengan membagi Janma Sukerta (termasuk Julung) ini menjadi empat bagian, berdasarkan:
A: Jumlah kerabat kandung kita
B: Kondisi waktu kehamilan dan persalinan
C. Kelainan tubuh
D: Saat-saat yang tidak baik
Pembahasannya selaku berikut:
A. JANMA SUKERTA BERDASAR JUMLAH SAUDARA KANDUNG KITA:
Tentunya hal ini gres sanggup dipahami sehabis ibu kandung kita tidak lagi melahirkan anak (Kalau mau sempurna pastinya sehabis menopause). Merujuk ke Serat Bauwarna, Ki Padmasusastra, 1898 sanggup saya sampaikan selaku berikut:
1. ANAK TUNGGAL
Ontang-Anting: Anak satu-satunya, anak tunggal, anak semata wayang (wayang kulit matanya cuma satu).
2. DUA BERSAUDARA
a. Uger-uger Lawang
Ada yang menyebut cuma “Uger-uger” saja tanpa pelengkap kata “lawang”: Dua bersaudara pria semua.
b. Kembang Sepasang
Ada yang menyebut “Sekar Sepasang”: Dua bersaudara wanita semua.
c. Kedhana Kedhini
Dua bersaudara, pria dan perempuan
3. TIGA BERSAUDARA
a. Sendhang kapit pancuran
Tiga bersaudara, yang sulung dan bungsu pria sedang penengahnya perempuan: Laki-laki – Perempuan – Laki-laki.
b. Pancuran kapit sendhang
Tiga bersaudara, yang sulung dan bungsu perempuan, penengahnya laki-laki: Perempuan – Laki-laki – Perempuan
4. EMPAT BERSAUDARA
a. Saramba
Empat bersaudara, pria semua
b. Sarimpi
Empat bersaudara wanita semua
5. LIMA BERSAUDARA
a. Pancala Putra atau Pandawa
Lima bersaudara, pria semua
b. Pancala putri atau Pandawi
Lima bersaudara, wanita semua
c. Padangan
Lima bersaudara, empat pria satu perempuan
d. Pipilan atau Pandawa Ipil-ipil
Lima bersaudara, empat wanita satulaki-laki
LIDING DONGENG
Dapat kita lihat bahwa potensi menjadi Janma Sukerta berdasar jumlah kerabat kandung kita adalah
Bila jumlah kerabat kandung (termasuk diri kita) di bawah enam
Bila jenis kelamin tidak lengkap pria dan perempuan
Bila salah satu jenis kelamin cuma satu
Dapat kita ketahui bahwa pada masa itu derajat kesehatan penduduk masih rendah. Angka ajal masih tinggi, demikian pula kegiatan imunisasi dan Keluarga Berencana belum ada. Jaringan pelayanan kesehatan belum hingga ke Desa.
Dengan demikian sanggup kita maklumi mengapa orang jaman dahulu kebanyakan punya anak banyak. Bukan cuma persepsi bahwa “banyak anak banyak rejeki” melainkan juga ialah upaya: Kalau ada yang mati, masih ada penerus keturunan yang lain, lengkap pria dan perempuan. Kalau seluruhnya mati, akan diterima selaku suratan takdir.
Dilanjutkan ke: MAKANAN (MANGSA) BATHARA KALA: SUKERTA DAN JULUNG (2)
TULISAN TENTANG BATHARA KALA SELENGKAPNYA
2 Makanan (Mangsa) Bathara Kala: Sukerta dan Julung (1)
0 Komentar untuk "Makanan (Mangsa) Bathara Kala: Sukerta Dan Julung (1)"