Pulau Jawa yang agraris (setidak-tidaknya jaman dulu), rakyatnya niscaya bersahabat dengan air. Tanpa air, tanaman pasti merana. Salah satu bukti keakraban dengan air, niscaya banyak ungkapan-ungkapan bahasa Jawa yang menggunakan kata “Banyu”. Dasanama (sinonim) “banyu” cukup banyak, antara lain tirta, warih, jahnawi, ranu, sindu dan her. Yang terkait dengan “banyu” juga banyak, antara lain sungai, danau, maritim dan hujan. Dalam goresan pena pertama ini saya batasi sebutan yang menggunakan kata “banyu” saja selaku berikut:
NAMA TEMPAT
Cukup banyak nama wilayah yang menggunakan kata “banyu”. Setidaknya ada dua Kabupaten berawalan “banyu” yakni Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah dan Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur. Belum lagi nama Kecamatan dan Desa. Kita niscaya kenal nama Banyubiru, Banyudono, Banyuglugur dll.
JENIS-JENIS AIR
Maksudnya bukan air tawar atau air payau tapi air yang dipakai untuk kebutuhan kesehatan atau pengobatan, misalnya:
1. Banyu Gege: Air yang sudah dijemur di matahari pagi, lalu dibacakan doa, dipakai untuk memandikan bayi, biar cepat besar. Dalam dongeng pewayangan maka Gatotkaca eksklusif jadi besar sebab dimandikan dengan “banyu gege ini
2. Banyu Windu: Air yang sudah diinapkan (wayu). Tujuannya untuk dipakai mandi orang sakit biar cepat sembuh
3. Banyu Tangi: Air hambar diaduk air mendidih. Menjadi air hangat adonan yang hambar dengan yang panas. Juga dipakai untuk mandi orang sakit
PARIBASAN
1. Banyu pinerang ora bakal pedhot: Diperang artinya dipotong. Mana ada air sanggup dipotong. Artinya perselisihan diantara kerabat akan cepat rukun kembali.
2. Banyu sinaring: Air disaring. Menggambarkan orang yang amat waspada dalam pergaulan. Tidak simpel yakin pada orang. Harus difilter dulu.
3. Caruk banyu: Artinya sama dengan “nggebyah uyah” besar kecil, baik buruk, semua dianggap sama.
4. Dadia banyu emoh nyawuk: kebencian yang sudah memuncak sehingga tidak mau lagi tegur sapa. Air amat dikehendaki manusia. Disini mirip air, ia tidak mau menciduk.
5. Dikena iwake aja buthek banyune: Tangkap ikannya jangan hingga keruh airnya. Kalau air bening menggambarkan ketenteraman masyarakat, lalu ada penjahat masuk ke lingkungan penduduk tersebut, maka pegawanegeri akan melakukan langkah-langkah yang mirip peribahasa ini. Penjahat tertangkap tanpa menghasilkan penduduk panik. Menangkap tikus tidak perlu memperabukan rumah.
6. Dom sumurup ing banyu: Dom yakni jarum. Akan susah sekali pastinya mencari jarum yang masuk ke air. Paribasan ini yakni citra orang yang menyamar untuk mengenali suasana secara diam-diam. Semacam kepetangan atau spion.
7. Golek banyu bening: Menggambarkan orang yang mencari guru/ilmu yang baik
8. Kabanyurasa upaya: Orang yang kena manisnya “ruba” (pemberian dengan pamrih). Dalam bahasa sekarang: Suap, sogok.
9. Kaya banyu karo lenga: Persaudaraan yang tidak sanggup rukun
11. Mbanyu mili: Ini sesungguhnya sanggup masuk kata kiasan, atau tembung entar. Kalau dikatakan: Suguhane “mbanyu mili” bermakna sajian yang keluar terus tanpa henti. Tamu akan bahagia apabila suguhannya mirip ini. Kalau dibilang mantu “mbanyu mili” berati orang ini tiap tahun punya hajat mantu (tentusaja anaknya mesti banyak. Ada satu lagi: gendhing yang “mbanyu mili” Dikatakan demikian bila si penggambang (gambang: salah satu jenis gamelan Jawa) pukulannya halus, runtut dan tidak berhenti. Sulit mencari penggambang demikian.
12. Ngubak-ubak banyu bening: Air bening diobok-obok pasti jadi keruh. Arti peribahasa ini yakni orang yang menghasilkan kerusuhan sehingga mengusik ketenteraman masyarakat
13. Ora ana banyu mili mandhuwur: Tidak ada air mengalir ke atas. Watak anak biasanya nunggak-semi (mengikuti) sopan santun orang tuanya
14. Ora njaluk banyu: Ungkapan bergairah untuk mati. Dalam pertunjukan pedhalangan apabila ada yang akan perang salah satu (biasanya yang angkara) kurang lebih akan mengatakan: “aku pluntir lehermu klakon ora njaluk banyu maneh”
15. Tunggal banyu: sering dibilang “sedulur tunggal banyu” artinya kerabat seperguruan, ilmunya sama. Misal ketemu orang lalu bicara-bicara ternyata satu alumni. Lalu kita katakan: Makara kita masih tunggal banyu.
16. Wani cur-curan banyu kendhi: Orang berwudhu, mesti pakai air yang suci dan mengalir. Dulu orang berwudhu menggunakan air dalam kendhi. Disamping tidak boros air juga airnya mengalir. Orang yang sudah berwudhu bermakna dalam kondisi suci. Maksud peribahasa ini yakni “berani sumpah”
Demikianlah ungkapan-ungkapan Jawa dengan “Banyu”. Ini gres “banyu”, hal-hal lain yang ada kaitan dengan air sanggup dibaca di “Air dan sebutan Jawa (2) (IwMM)
0 Komentar untuk "Air (Banyu) Dan Ungkapan Jawa (1)"