Melalui pupuh Wirangrong, Serat Wulangreh, Sri Pakubuwana IV banyak menampilkan pitutur berupa “wewaler” (larangan) terhadap kita semua.
Salah satunya merupakan empat cacat besar yang sungguh jelek dan harus kita jauhi (ana cacad agung malih; anglangkungi saking awon; apan sakawan iku kehipun).
Yaitu: Wong madati (pecandu opium), Wong ngabotohan (berjudi), Wong durjana (penjahat, maling) dan wong ati sudagar awon (mempunyai hati seumpama pedagang yang tidak baik) seumpama sanggup di lihat pada bait ke 10 dan 11 pada gambar di bawah dan bait ke 12-22 di bawah pada pembahasan selanjutnya
Wulangreh, Wirangrong bait ke 10-11 |
Intinya orang madat itu pemalas, tidak mau kerja, rusak jasmani dan rohaninya, kemudian matinya pun sengsara, jadi tontonan orang banyak, tetapi tidak ada yang kapok. Oleh lantaran itu jauhilah sikap madat ini. Ceriteranya terdapat pada pupuh Wirangrong bait ke 18 sd 21 di bawah dan penjelasannya sanggup dibaca pada posting Serat Wulangreh: Jangan madat.
2. WONG NGABOTOHAN
Seorang yang suka “ngabotohan” (berjudi), apakah dengan cara main kartu, sabung ayam, judi buntut dan lain-lain, biasanya malas melakukan pekerjaan (sabarang pakaryan emoh), suka berkelahi atau “sulaya” (parapadu). Kalau modalnya habis (pawitan enting), beliau mencari jalan yang simpel yakni dengan mengambil milik orang lain (tan wurung nggegampang; ya marang darbeking sanak). Demikian disebutkan pada bait ke 15.
Wulangreh, Wirangrong, bait ke 18-21 |
Wulangreh, Wirangrong, bait ke 15-17 |
Seorang yang suka “ngabotohan” (berjudi), apakah dengan cara main kartu, sabung ayam, judi buntut dan lain-lain, biasanya malas melakukan pekerjaan (sabarang pakaryan emoh), suka berkelahi atau “sulaya” (parapadu). Kalau modalnya habis (pawitan enting), beliau mencari jalan yang simpel yakni dengan mengambil milik orang lain (tan wurung nggegampang; ya marang darbeking sanak). Demikian disebutkan pada bait ke 15.
Selanjutnya bait ke 16 menyebutkan: Bahkan warisan nenek moyang (wasiyating kaki) akan beliau jual. Kalau menang ia amat angkuh, seumpama bupati, simpel memberi tanpa perkiraan (weweh tan ngarah-arah).
Terakhir pada bait ke 17 disebutkan: Bila butuh maka beliau akan mencuri (kabutuh pisan memaling). Kelakuannya ditengarai kian jelek, lantaran (apan) tidak ada baiknya (penedipun). Oleh lantaran itu kita semua supaya menjauhi kebiasaan berjudi.
3. WONG DURJANA
3. WONG DURJANA
Wulangreh, Wirangrong, bait ke 14 |
Pengertian lazim cecunguk menurut Poerwadarminta, 1939 merupakan "wong ala" (maling). Dalam bait ke 14 pupuh Wirangrong disebutkan: Demikian pula orang durjana, tidak ada hal lain yang beliau fikirkan siang maupun malam kecuali menjumlah milik orang lain. Watak cecunguk ini tergolong adab tidak baik. Lengkapnya bait ke 14 sanggup dilihat pada gambar di samping.
4. WONG ATI SUDAGAR AWON
Wulangreh, Wirangrong, bait ke 11-13 |
“Sudagar” (saudagar) merupakan pedagang. Sudah barang pasti yang namanya pedagang ya mencari keuntungan. Ada saudagar yang baik, ada pula yang jelek. Orang yang mempunyai hati seumpama "sudagar awon" digambarkan pada bait ke 11 sd 13 pada gambar di samping.
Penjelasannya selaku berikut:
11. Karena suka kekayaan (mapan suka sugih) maka ia mempunyai adab siang malam menghitung laba (ing rina lan wengi mung bathine den etang), tidak mau ada yang kurang (alumuh lamun kuranga).
12. Misalnya punya duit tujuh karung (iku umpamane ugi, duwe dhuwit pitung bagor) hatinya tetap tidak puas (mapan nora marem ing tyasipun). Demikian pula kehilangan duit satu dhuwit menyesalnya empat tahun seumpama kehilangan duit sepuluh ribu (saleksa).
13. Orang seumpama ini, tidak acuh (tamboh) dengan semua masalah. Hanya terhadap orang yang tiba menjinjing sesuatu (anggegawa) atau menggadaikan sesuatu (gegadhen), serta-merta (tumranggal) parasnya menjadi berseri-seri (ulate teka sumringah)
PENUTUP
PENUTUP
Menutup klarifikasi ihwal “cacad agung” yang “sakawan iku kehipun”, Sri Pakubuwana IV pada bait ke 22 di samping menekankan bahwa Itu semua tidak baik. Jangan ada yang berani mengerjakan empat hal tersebut. Semuanya supaya mengingat, jangan ada yang berani melanggar; Siapa yang melanggar tidak akan selamat. (IwMM)
0 Komentar untuk "Empat Cacat Besar Menurut Serat Wulangreh: Madat, Ngabotohan, Berandal Dan Ati Sudagar Awon"