Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai Para Petinggi Dalam Paribasan Jawa (2): Dari Diri Sendiri

hal yang perlu diwaspadai para petinggi dalam paribasan Jawa  HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI PARA PETINGGI DALAM PARIBASAN JAWA (2): DARI DIRI SENDIRI
Banyak hal-hal yang mesti dilaksanakan para pemimpin, sanggup dirujuk ke link mengenai memimpin.
 
Bila pada posting pertama: Hal-hal yang perlu diwaspadai para petinggi dalam paribasan Jawa (1) mengulas tentang hal-hal dari luar, maka dalam goresan pena ini mengulas hal-hal yang berasal dari diri sendiri berdasar paribasan Jawa.
 
Diri sendiri ialah musuh yang paling susah ditaklukkan. Walaupun kita telah mengerti makna Yitna yuwana, lena kena, namun untuk prayitna terhadap diri sendiri kita sering lena.
 
Di bawah yakni teladan paribasan Jawa mengenai musuh-musuh yang bersemayam dalam diri sendiri yang berasal dari diri sendiri pula.
 
 
1. SOMBONG
 
hal yang perlu diwaspadai para petinggi dalam paribasan Jawa  HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI PARA PETINGGI DALAM PARIBASAN JAWA (2): DARI DIRI SENDIRI
Sifat ADIGANG ADIGUNG ADIGUNA (Adigang: menyombongkan kekuatan; adigung: menyombongkan kekuasaan; adiguna: menyombongkan kepandaian).
 
Pada balasannya orang yang adigang adigung adiguna akan celaka sebab perbuatannya sendiri. Hal ini dibahas secara luas dalam karya Sri Pakubuwana IV dalam posting SeratWulangreh: Adigang adigung adiguna, dimana ketiga sifat tersebut diwakili oleh tiga binatang, yakni kijang, gajah dan ular.
 
Sifat angkuh juga digambarkan dalam paribasan ANGGAJAH ELAR. Elar yakni sayap. Gajah menggambarkan sesuatu yang besar. Dengan demikian “nggajah elar” sanggup diterjemahkan selaku seorang yang membesarkan sayapnya, seorang yang sombong, semua serba berlebih-lebihan.
 
 
2. KUASA
 
ASU GEDHE MENANG KERAHE (Kerah: berkelahi, umumnya untuk binatang) yakni paribasan Jawa yang menggambarkan bahwa mempunyai kedudukan mempunyai arti “kuasa”. Pengedhe akan senantiasa menang dalam segala hal (walaupun ia dalam posisi yang gotong royong salah).  Dapat dibaca dalam posting Tiga peribahasa dengan “asu”
 
hal yang perlu diwaspadai para petinggi dalam paribasan Jawa  HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI PARA PETINGGI DALAM PARIBASAN JAWA (2): DARI DIRI SENDIRI
Bahwa petinggi senantiasa menangan juga dibilang dalam paribasan PANDENGAN KARO SRENGENGE. Srengenge asalah matahari dan pandengan yakni bertatapan mata. Tidak ada insan yang tahan bertatapan tampang dengan matahari. Demikian pula insan tidak akan menang melawan orang yang punya kedudukan. Kalau ia berani, maka akan dibilang kok wani-wanine, pandengan karo srengenge.
 
Melawan orang yang lebih besar lengan berkuasa sering dibilang pula selaku TIMUN MUSUH DUREN. Kalau orang yang lebih besar lengan berkuasa itu masih menggunakan orang besar lengan berkuasa yang lain maka nasib orang ini bisa dibilang mirip TIGAN KAAPIT ING SELA (Tigan: telur; Sela: batu). Dikeroyok orang kuat. Pasti bonyoknya.
 
Saking kuasanya maka sering terjadi peraturan yang ia buat dilanggar sendiri. Hal ini digambarkan dalam paribasan GAJAH NGIDAK RAPAH. (Rapah: dedaunan dan ranting yang bertebaran di tanah. Gajah di alam bebas apabila mencari makan dengan mengambil daun-daun dari pepohonan niscaya banyak meninggalkan bekas berupa “rapak” ini).
 
Demikian pula sebab ia kuasa plus tidak tahu aib maka ia bisa saja dalam solusi sebuah permasalahan ia menyandarkan dirinya pada orang kecil. Dalam paribasan Jawa disebut dengan GAJAH ALINGAN SUKET TEKI (Alingan suket teki: Berlindung dibalik rumput teki. Ya apabila semut, namun disini yang berlindung “gajah”).
 
Yang lebih parah apabila ada pertikaian antara dua orang berkuasa, yang jadi korban justru wong cilik. Mirip dengan peribahasa Indonesia, dalam bahasa Jawa dibilang GAJAH TUMBUK KANCIL MATI ING TENGAH
 
 
3.TIDAK ADIL
 
Yang kita kehendaki pastinya pemimpin yang ambeg ADIL paramarta, ternyata ada juga yang tidak adil. Hal ini digambarkan dalam paribasan EMBAN CINDHE EMBAN SILADAN. Yang satu digendong pakai kain cindai (cinde) satunya pakai kreneng (siladan: anyaman bambu yang jarang).
 
Sifat membeda-bedakan ini juga digambarkan dalam paribasan BAU KAPINE. (Bau: bahu; pine: beda; kapine: dibentuk beda), juga dalam paribasan SAJIMPIT SAKOJONG. Ibarat beras, maka yang satu diberi satu jimpit (satu jumputan dengan lima jari) sedangkan satunya lagi dikasih satu kojong (satu kojong: sepenuh dua tangan yang ditangkupkan).
 
 
4. NEPOTISME
 
Urusan memberi kedudukan terhadap kerabat juga diulas dalam paribasan Jawa. Pada posting Ungkapan bahasa Jawa dengan “dhengkul” ditulis tentang NASABI DHENGKUL atau NGIKET-IKET DHENGKUL.

Dengkul yakni pecahan badan kita, diumpamakan selaku keluarga sendiri. Nasabi sama dengan ngiket-iket, artinya memberi ikat kepala. Sementara ikat kepala melambangkan kekuasaan. Pengertiannya telah jelas: memberi kedudukan terhadap keluarga sendiri.
 
Dengkul yang bentuknya membulat, tidak tajam, juga menggambarkan orang yang bodoh. Peribahasa DHENGKUL IKET-IKETAN dengan demikian mempunyai arti orang terbelakang yang diberi kekuasaan. Biasanya sebab ada hubungan sesuatu dengan yang memberi kekuasaan. Salah satunya yakni hubungan keluarga.
 
 
LIDING DONGENG
 
Sifat sombong, kuasa, sifat tidak adil dan nepotisme di atas dimiliki oleh seorang “pangarsa” yang tidak memiliki  keteladanan. Kita merujuk kembali terhadap kata-kata Ki Hajar Dewantara: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
 
Bila di depan (ing ngarsa) kita tidak mampu memamerkan diri kita selaku panutan, maka apabila kita mesti berada ditengah-tengah rakyat (ing madya) apakah dapat menjadi motivator yang menumbuhkan greget atau semangat (mangun karsa)? Dengan demikian untuk hingga terhadap tut wuri handayani (bila berada di belakang memberi kekuatan), rasanya tidak akan kesampaian. Iwan MM

Related : Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai Para Petinggi Dalam Paribasan Jawa (2): Dari Diri Sendiri

0 Komentar untuk "Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai Para Petinggi Dalam Paribasan Jawa (2): Dari Diri Sendiri"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)