Kata Bermacam-Macam (3): “Gandhenging Basa” Dan Makna Filosofinya (B)

Menyambung goresan pena Kata Majemuk (2): “Gandhenging basa” dan makna filosofinya (A) saya ulangi lagi rumusan sederhana untuk menegaskan kata mana yang sebaiknya ditaruh di depan:
 
Bagaimana menata urutan kata beraneka ragam ini, mana yang ditaruh di depan dan mana yang di belakang, sanggup kita gunakan tiga keyword selaku berikut:
 
Pertama: Pesan utama ditaruh di depan. Diutamakan dalam hal apa? Ini yang mesti pakai “rasa” alasannya yaitu ada perayaan atau pesan yang tersembunyi di dalamnya. Mari kita lihat bersama-sama.
 
Kedua:  Yang “lebih” (dalam hal apa saja, berkonotasi nyata maupun negatif) terkait dengan pesan utama kita letakkan di depan
 
Ketiga: Yang “ada” lebih permulaan mendahului yang “ada” belakangan.

K

KAKANG ADHI: Kakak (kakang) lahir lebih dulu dari adik (adhi)
 
KAKI NINI: hingga sama-sama renta renta, pria (kaki-kaki) masih lebih kuasa ketimbang perempuan (nini-nini).
 
KALAH MENANG: Lebih gampang kalah ketimbang menang. Penjelasannya sama dengan “ala-becik”
 
KASAR ALUS: Sama dengan “agal alus”, lebih gampang bernafsu ketimbang halus
 
KATIGA RENDHENG: Bila animo tidaik berkepanjangan, maka animo kemarau (katiga) lebih nikmat ketimbang musinm penghujan (rendheng). Tetapi apabila “ekstrim” maka dua-duanya sama-sama tidak enak.
 
KAWULA GUSTI: Tanpa kawula (rakyat) tidak ada gusti (dalam pemahaman gusti: raja). Baca juga: “Gedhe cilik” pada goresan pena sebelum ini. Mengapa arti harfiah sama (besar dan kecil) namun urutannya terbalik?
 
KASUR GULING: Tidur dengan kasur tanpa guling masih lebih tenteram ketimbang dengan guling tanpa kasur. Makara kasur didahulukan
 
KASUR BANTAL: Penjelasan sama dengan “kasur guling”, dengan suplemen dari faktor kesehatan: Tidur dengan kasur tanpa bantal lebih bermanfaat alasannya yaitu menghasilkan peredaran darah lebih merata (kecuali untuk keadaan sakit tertentu yang justru mesti menggunakan bantal tinggi: tidur setengah duduk)
 
KEBO SAPI: Lebih faedah kerbau (kebo) dalam permasalahan bertani
 
KENDHO KENCENG: (sering disingkat dhoceng): Lebih gampang kendor (kendho) ketimbang kencang (kenceng)
 
KESED SREGEP, KESED PETHEL: Lebih banyak orang pemalas (kesed) ketimbang yang sregep atau pethel (rajin)
 
KETAN KOLAK, KETAN SRIKAYA: lebih bikin kenyang ketan ketimbang kolak atau srikaya
 
KIWA TENGEN: Laku ngiwa (perbuatan tidak baik) lebih gampang ketimbang perbuatan baik (nengen). Catatan: Dalam hal ini kiwa (kiri) punya makna tidak baik dibandingkan tengen (kanan).
 
KLASA BANTAL: Masih lebih tenteram tidur dengan tikar (klasa) saja ketimbang dengan bantal saja (lihat juga “kasur guling” dan “kasur bantal”)
 
KRAMA NGOKO: Lebih baik yang halus (krama) ketimbang yang bernafsu (ngoko)
 
KURANG LUWIH: Kebanyakan insan senantiasa merasa kelemahan ketimbang merasa keistimewaan (luwih)

L

LAKI RABI, LANANG WADON, laki-laki (laki, lanang) lebih kuasa ketimbang perempuan (rabi, wadon)
 
LARA PATI: Lebih dulu sakit (lara) ketimbang mati (pati)
 
LUMAH KUREP: Lebih gampang telentang (lumah) ketimbang telungkup (kurep)

M

MALANG MUJUR: Melintang (malang) lebih menghasilkan repot orang lain ketimbang paralel (mujur). Contoh: Kayu melintang di jalan, orang tidur melintang di dipan.
 
MANDHEG TUMOLEH: Berhenti (mandheg) lebih dulu gres menoleh (tumoleh)
 
MANGAN NGINUM: Setelah simpulan makan (mangan) gres minum
 
MANGAN TURU, MANGAN NENDRA: Setelah simpulan makan (mangan) gres tidur (turu, nendra)
 
MAS INTEN, MAS PICIS RAJABRANA: Secara lazim emas (mas) lebih bermanfaat ketimbang intan (intan) maupun harta benda lainnya (picis rajabrana).
 
MENANG KALAH: Manusia maunya senantiasa menang, alhasil banyak yang kalah. Kenapa tidak dibalik? Manusia banyak yang kalah ketimbang menang? Disini yang dikedepankan yaitu nafsu angkara, dan peringatan: Aja mburu menange dhewe. Makara “menang” ditaruh di depan.

N

NABI WALI: Lebih tinggi Nabi ketimbang Wali
 
NGISOR NDHUWUR: Lebih gampang menyalahkan yang di bawah (ngisor) ketimbang yang di atas (ndhuwur).

P
 
PADHANG PETENG: Lebih dulu terang (padhang) ketimbang gelap (peteng). Lihat “esuk sore, rina wengi”
 
PELEM KUWENI: Lebih mahal pelem (mangga) ketimbang kuweni
 
PUTRA WAYAH: lebih dulu anak (putra) ketimbang wayah (cucu).
 
PETE JENGKOL: Petai (pete)m lebih banyak dikonsumsi ketimbang jengkol
 
PISAH KUMPUL: Lebih gampang pisah ketimbang kumpul

R

RAMA IBU: Lebih berkuasa bapak (rama) ketimbang ibu. Lihat: Bapa biyung
 
RATU PATIH: Raja lebih tinggi kedudukannya dan lebih berkuasa ketimbang patih
 
ROWA RINGKES: Lebih baik luas (rowa) ketimbang sempit (ringkes). Lihat: “amba ciyut
 
RUPAK LONGGAR: Lebih gampang rupak (kekurangan dalam memadai kebutuhan) ketimbang longgar (tercukupi kebutuhannya)

S

SANDHANG PANGAN: Lebih renta busana (sandhang) ketimbang pangan. Dalam hal ini diambil contoh: Bayi diberi popok apalagi dulu gres diberi minum.

SEGA IWAK, SEGA JANGAN, SEGA SAMBEL: Semuanya perlu dan suka, namun apabila mesti menegaskan salah satu, niscaya nasi (sega) didahulukan.
 
SENDHANG PANCURAN: Lebih banyak bermanfaat telaga (sendhang) ketimbang penderasan (pancuran)
 
SENDHOK POROK: Lebih diperlukan sendok ketimbang garpu (porok).
 
SUGIH MISKIN: Semua orang maunya kaya, tidak ada yang akan miskin

T

TUWA ANOM: Penjelasan sama dengan “gedhe cilik” pada goresan pena sebelum ini
 
CANGGAH WARENG: Llebih dulu canggah (anaknya buyut) ketimbang wareng (cucunya buyut)
 
CETHEK JERO: Lebih gampang menyeberangi yang dangkal (cethek) ketimbang yang dalam (jero)
 
CETHIL BLABA: Lebih gampang menjadi pelit (cethil) ketimbang suka memberi (blaba)
 
CILIK GANDHIK – GEDHE GOMBONG: Lebih bermanfaat yang kecil ketapi kencang ototnya (cilik gandhik) ketimbang yang besar namun kendor (gedhe gombong)
 
U

UDAN ANGIN: Lebih bermanfaat hujan ketimbang angin

UYAH ASEM, UYAH TRASI: Lebih bermanfaat garam (uyah) ketimbang asam dan trasi
 

W

WEDANG PANGANAN: Dalam menjamu tamu, maka wedang (minuman) lebih perlu ketimbang makanan kecil (panganan)
 
WEDI WANI: Lebih banyak orang penakut (wedi) ketimbang pemberani (wani)
 
 
PENUTUP
 
Demikianlah daftar “tembung” (kata) dengan gandengannya yang sudah “pinathok” (dipatok) memang seumpama itu dengan makna filosofisnya. Selengkapnya dan aslinya sanggup Bapak Ibu baca pada Serat Warnasari, Tulisan Ki Padmasusastra, Ngabehi Wirapustaka di Surakarta, 1925 di Web Yayasan Karya Lestari, Surakarta. (IwanMM)

Related : Kata Bermacam-Macam (3): “Gandhenging Basa” Dan Makna Filosofinya (B)

0 Komentar untuk "Kata Bermacam-Macam (3): “Gandhenging Basa” Dan Makna Filosofinya (B)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)