Nguthik-Uthik Harimau Dhedhe

 


 

Macan selaku raja hutan pastinya personifikasi dari pemimpin. “Dhedhe” adalah berjemur, sehingga pemahaman “macan dhedhe” secara harfiah merupakan macan yang sedang bermalas-malasan. Dalam penerapan "macan" sebagai sosok pemimpin, pemahaman dhedhe disini merupakan pimpinan yang sedang bersantai. Tidak mesti santai berjemur di pantai. Bisa saja di ruang kerjanya di saat tidak ada masalah, dapat di saat minum kopi sesudah memberi pengarahan, pokoknya suasana relaks tanpa masalah. Adapun “nguthik-uthik” dapat diartikan mengganggu, atau memberi masalah.

Pernah aku tulis dalam Kutuk marani sunduk, ula marani gitik dan asu marani gebug bahwa hati-hati menghadap pimpinan. Kalau diundang pimpinan memang ceritera lain lagi. Kita mesti siap menghadapi 3D: (1) diDangu artinya ditanya, (2) diDukani artinya dimarahi dan (3) diDhawuhi artinya diberi tugas.

Dalam kaitan dengan “nguthik-uthik macan dede” kita tidak mesti diundang atau menghadap. Yang penting kita sedang bareng pimpinan yang sedang santai atau sedang tidak membahas sebuah masalah. Karena kita yang nguthik-uthik mempunyai arti kita yang mulai.

Ini ceritera jaman dulu. Suatu di saat aku mendampingi pimpinan ke daerah. Selesai sholat lohor, makan siang, ia duduk santai sambil menikmati panorama di luar. Saya membuka pembicaraan: “Bapak, laporan yang kemarin sudah aku kirim ke pusat”. Maksud aku sih pamer jikalau aku rajin.

Laporan yang mana?” Beliau terbangun dari kesantaiannya. Saya telat menyadari bahwa ia justru menjadi terganggu alasannya merupakan omongan saya.

Yang kemarin sudah Bapak periksa, lalu ada sedikit perbaikan. Sudah diperbaiki dan alasannya merupakan Bapak sudah tandatangan pengantarnya maka pagi tadi sebelum berangkat, aku kirim”

Wah jikalau begitu aku yang salah, tandatangan duluan. Kan sudah aku katakan, tunjukkan hasil perbaikan, gres kirim. Saya tandatangan dahulu mudah-mudahan proses penomoran surat lebih cepat”. Beliau kelihatan bersungut-sungut. “Bawa copy laporannya apa tidak?”

Untung aku bawa. Jaman itu walau sudah ada laptop tetapi belum banyak yang punya. Serta-merta aku tunjukkan beliau. Menyesal hati aku bahwa lalu ia menjadi serius mencermati kata demi kata. “Untung sudah bagus,” kata beliau, lalu dilanjutkan: “Lain kali kau jangan keminter. Bagaimana jikalau aku belum pas dengan perbaikan yang dibuat?”

Saya cuma dapat menyampaikan “Mohon maaf Bapak, tidak akan aku ulang”. Dalam hati aku berpikir, jikalau aku tidak bicara hal ini, ia juga tidak akan menanyakan. Saya sudah Nguthik-uthik macan dhedhe. (IwMM)

Related : Nguthik-Uthik Harimau Dhedhe

0 Komentar untuk "Nguthik-Uthik Harimau Dhedhe"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)