Sifat “Temen” sudah diterangkan pada goresan pena Wasiyat dalem KGPAA Mangkukegara III:Temen, Mantep, Gelem, Nglakoni, Aja Kagetan, Aja Gumunan. Dalam goresan pena ini, "Siapa menjalankan dengan sungguh-sungguh akan sungguh-sungguh memperoleh. Jangan menilai tidak mungkin apa yang kamu lakukan". Demikian kurang-lebih terjemahan judul di atas, salah satu judul goresan pena dalam Gagasan Prakara Tindaking Ngaoerip, R Kartawibawa, Balai Pustaka, 1921.
Banyak orang melakukan pekerjaan setengah hati, menyaksikan beban yang tinggi. Kalau sudah seumpama ini memiliki arti kegagalan sudah di depan pintu. Bagaimana R Kartawibawa mengulasnya, saya terjemahkan di bawah ini. Mohon diperhatikian bahwa goresan pena ini dibentuk tahun 1921, sehingga contoh-contohnya mungkin sudah terlalu kuno.
Andaikan betul bahwa dunia ini milik manusia, mengapa insan tidak dapat memetik manfaatnya. Sesuatu kalau memang dikehendaki betul-betul, dan kita menetapkan tindakan yang semestinya dilakukan, niscaya akan berhasil. Sesuatu yang tidak mungkinsebenarnya tidak ada.
Kata-kata “tidak mungkin” merupakan ucapan orang dulu-dulu kalau menerangkan kegamangan untuk menjalankan sesuatu pada masa itu. Orang kini dilarang berkata “tidak mungkin” atas sesuatu yang beliau ingin capai. Mengatakan “tidak mungkin” merupakan gejala orang “menyerah kalah, yang menyampaikan piciknya nalar. Siapa yang suka dibilang picik nalarnya, kecil hatinya atau lemah tekadnya? Kalau tidak suka, ya jangan menggugah kata “tidak mungkin”.
Kata-kata “tidak mungkin” merupakan ucapan orang dulu-dulu kalau menerangkan kegamangan untuk menjalankan sesuatu pada masa itu. Orang kini dilarang berkata “tidak mungkin” atas sesuatu yang beliau ingin capai. Mengatakan “tidak mungkin” merupakan gejala orang “menyerah kalah, yang menyampaikan piciknya nalar. Siapa yang suka dibilang picik nalarnya, kecil hatinya atau lemah tekadnya? Kalau tidak suka, ya jangan menggugah kata “tidak mungkin”.
Kalau orang dahulu tidak mampu, apa orang kini juga mesti tidak mampu? Kalau menyampaikan demikian, memiliki arti kan merendahkan diri sendiri. Cobalah lihat: telepon, telegram, kereta api, kapal laut, kapal terbang, sepeda, kamera. Semua itu sekian tahun yang kemudian dianggap barang tidak mungkin.
Manusia sekarang telah mampu terbang ke angkasa, bahkan bisa menyimpan suara. Hal-hal yang orang dahulu membayangkan saja tidak pernah. Yang namanya roda saja dahulu tidak terpikirkan. Walau demikian semua kini ada, malah menjadi benda harian yang dimiliki semua orang
Pada masa itu kita menyampaikan “mustahil” bisa menyaksikan "makhluk halus" (lelembut) yang memunculkan penyakit pes atau kholera, atau mengenali apa saja yang ada di dalam setetes air. Hal itu lantaran kita tak mempunyai alat dan ilmunya. Tetapi para jago yang punya niat sungguh-sungguh dan sungguh-sungguh tekun, pada hasilnya mendapatkan basil penyebab pes dan kolera, yang ternyata bukan lelembut.
Orang yang ingin sembuh dari sakit namun tidak sungguh-sungguh berobat, malah jadi usang sakitnya, lantaran upayanya kurang “temen”. Oleh lantaran itu kalau kita punya kehendak yang baik, jangan mundur cuma dengan kegagalan satu dua kali. Ulangilah lagi.
Itulah yang ditulis oleh R Kartawibawa 81 tahun yang lalu. Ingat Archimedes dengan aturan Archimedes ihwal berat jenis? Ketika itu ia diminta Hiero dari Syracuse untuk mengenali kemurnian mahkotanya. kala itu ia curiga jangan-jangan emasnya dikorupsi si cerdik emas dan diaduk logam lain. Tidak secepat itu Archimedes mendapatkan solusinya. Sampai hasilnya di saat ia berendam dan menyadari bahwa air di bath tube nya meluap. Sekarang ia tidak cuma bisa mengukur berat namun juga volume. Dan kemurnian emas pun beliau temukan. Lari-lari ia berteriak “eureka”. Jadi: sapa sing temen, “Eureka” (IwMM)
0 Komentar untuk "Sapa Temen Nemu Temen. Aja Nganggep Mokale Ganthamu"