Wasiyat ini saya baca di web Yayasan Sastra Lestari, Surakarta, dengan alamat www.sastra.org. Empat yang pertama dari wasiyat dalem tersebut, yakni Temen, Mantep, gelem dan Nglakoni, masing-masing ditinjau dari dua aspek: Lahir dan batin. Aslinya dalam bahasa Jawa, bukan tembang, dan saya terjemahkan selaku berikut:
1. TEMEN
Dari faktor lahir mempunyai arti dalam menjalankan sesuatu mesti sungguh-sungguh, tidak menggampangkan atau sembrana. Baik diawasi maupun tidak, tetap melakukan pekerjaan dengan rajin. Tujuannya cuma satu, bisa menetapi keharusan yang ditugaskan, sehingga bisa diandalkan untuk hal-hal yang penting terlebih yang remeh-remeh. Dari faktor batin “temen” yakni tidak curang terhadap sesama, ucapannya “prasaja” tidak lamis, sehingga ia disebut suci lahir dan batin.
Dalam bahasa yang sederhana, temen adalah: melakukan sesuatu dengan rajin dan serius, namun tidak ada kaitan dengan mutu hasil kerja
Tulisan terkait: Sapa temen nemu temen aja nganggep mokal ganthamu
Dalam bahasa yang sederhana, temen adalah: melakukan sesuatu dengan rajin dan serius, namun tidak ada kaitan dengan mutu hasil kerja
Tulisan terkait: Sapa temen nemu temen aja nganggep mokal ganthamu
2. MANTEP
Dari faktor lahir mempunyai arti semua yang telah kita sanggupi mesti bisa selesai. Tidak boleh berkeluh-kesah, semua dijalankan dengan tidak sembrana, tidak membanding-bandingkan, tidak iri dengan yang lain. Sehingga ia disebut selaku orang yang setia pada janji. Adapun dari faktor batin, “Mantep” yakni apa yang telah diharapkan mesti terlaksana, apa yang dicita-citakan mesti tercapai, tidak boleh patah semangat, dilarang bosan, sehingga tidak disebut selaku orang yang bosanan, mencla-mencle kelakuannya
Tulisan terkait: "Syarat punya “karep” mesti “ulat madhep ati mantep”
3. GELEM
Dari faktor lahir, “gelem” (Sanggup, Purun) mempunyai arti tidak akan malas, tidak takut namun juga tidak kehilangan kewaspadaan. Semua kiprah yang berat dan gawat akan dilaksanakan dengan baik sehingga disebut orang yang sentausa dalam melaksanakan tugas. Adapun dari faktor “batin” berat maupun ringan yang dicicipi hati dilarang mengeluh atau nelangsa. Tujuannya satu, bisa melaksanakan hingga final dengan baik, sehingga ia disebut orang yang sentausa tekadnya.
Tulisan terkait: "Guna, Kaya dan Purun"
4. NGLAKONI
Dari faktor lahir, “nglakoni” sebagai kelanjutan dari “gelem” maka dalam melaksanakan pekerjaan (nglakoni) mesti empan papan (melihat suasana dan kondisi), sabar dan telaten namun tidak mandeg, bisa menyeleksi dan menegaskan mana yang wajib mana yang bukan, tidak campur aduk dalam pelaksanaan. Sedangkan dari faktor “batin” maka berat atau ringan yang dicicipi hati mesti dilaksanakan, dengan persepsi luas dan tanpa pamrih sehingga hati legawa dalam melaksanakan tugas. Tidak “urup-urupan (hangat-hangat tahi ayam), apa yang diperintahkan mesti bisa menyelesaikan. Hidup akan menjadi tidak pernah merasa sengsara.
Catatan: Nglakoni disini mempunyai arti "melaksanakan pekerjaan" bukan pemahaman lainnya dari nglakoni, yakni "tirakat".
Catatan: Nglakoni disini mempunyai arti "melaksanakan pekerjaan" bukan pemahaman lainnya dari nglakoni, yakni "tirakat".
5. AJA KAGETAN
Bukan terkejut lantaran mendengar kerasnya bunyi (misalnya halilintar), namun kagetnya hati. Supaya kita tidak kagetan, mesti meyakini bahwa nasib seseorang telah diputuskan sesuai tindakan masing-masing. Yakin bahwa dunia ini ada dalam kekuasaan pengadilan mistik yang langgeng. Sehingga hati menjadi sabar.
6. AJA GUMUNAN
Supaya bisa demikian, kita mesti meyakini bahwa insan bahu-membahu telah kebanjiran kasih sayang Allah yang tanpa batas. Apa yang kita inginkan, apabila kita bersungguh-sungguh niscaya sanggup kita capai dan membuahkan kebahagiaan sesuai dengan amalan masing-masing. Dengan demikian kita tidak akan iri dan dengki terhadap sesama terhadap keberuntungan apapun yang terjadi pada mereka. Kita percaya bahwa seluruhnya yakni kehendak Allah atas sifat “temen” dari mereka yang dikaruniai kebahagiaan.
KESIMPULAN
Modal dasar kita dalam melaksanakan kiprah yakni sifat “Temen” (sungguh-sungguh, serius, rajin, jujur). Bila kita “Gelem” (sanggup melakukan, berkomitmen) tentunya hati mesti “mantep”. Komitmen (gelem) pastinya mesti ditindaklanjuti dengan “Nglakoni” yakni tindakan kita, tindakan kita dalam menyelesaikan tugas. Selanjutnya dalam perjalanan kita melaksanakan tugas, akan banyak hal-hal yang terjadi, tergolong hal-hal yang kita anggap aneh, ajaib, tidak masuk akal, luar biasa, dan lain-lain. Oleh lantaran itu “aja kagetan” dan “aja gumunan” (IwMM)
0 Komentar untuk "Wasiyat Dalem Kgpaa Mangkunegara Iii: Temen, Mantep, Gelem, Nglakoni, Aja Kagetan, Aja Gumunan"