Pertamakali saya mendengar “Asta Brata” kira-kira tahun 1990an awal, di saat mengikuti pengarahan Irjen Depkes yang di saat itu dijabat oleh dr. Rusmono pada program Rakerkesda Provinsi Jawa Timur. Saya eselon IV di Provinsi di saat itu, jatah duduk di belakang, tapi uraian pak Irjen begitu yummy didengar dan mudah dicerna.
Asta Brata merupakan delapan (Asta) fatwa utama untuk seorang pemimpin yang diwejangkan oleh Sri Rama terhadap Gunawan Wibisana, sehabis jawaban pertempuran dengan Rahwana. Rahwana tewas dan kerajaan diserahkan Sri Rama terhadap Wibisana, adik bungsu Rahwana yang menolong Rama. Dalam pedalangan Jawa, digelar dalam lampahan Wahyu Makuta Rama pada kala pandawa lima. Asta Brata mengambil sifat-sifat mulia alam semesta yang pantas dipedomani setiap pemimpin: Air (Tirta), Matahari (Surya), Bulan (Candra), Bintang (Kartika), Bumi (Kisma), Angin (Bayu), Api (Agni) dan Lautan (Samodera).
Asta Brata mengajarkan kita untuk memperhatikan sifat-sifat alam semesta yang dalam Serat Rama tidak disebutkan selaku "Asta Brata" melainkan pesan untuk "lawan sira elinga bathara wolu" yaitu delapan yang kuasa yang menguasai delapan unsur alam tersebut: Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, dan Brahma.
Sebelum hingga ke Asta Brata, kita lihat dahulu suasana kerajaan Alengka sehabis tewasnya Rahwana Raja.
GUNAWAN WIBISANA DIANGKAT JADI RAJA ALENGKA
Kalau Rahwana tidak tewas, Gunawan Wibisana tidak akan menjadi raja Alengkadiraja. Kalau bukan Sri Rama yang mengalahkan Rahwana, maka Gunawan Wibisana tidak akan mendapat fatwa Asta Brata. Gunawan Wibisana sendiri tidak pernah mimpi jadi raja. Ia menghamba terhadap Sri Rama alasannya merupakan merasa tidak sesuai dengan sifat angkara murka Rahwana, kakaknya. Barangkali dia juga berpikir bahwa Sri Rama yang terusir dari kedudukannya selaku "crown prince" kerajaan Ayodya (dapat dibaca di goresan pena Sabda Pandita Ratu: Kisah Dasarata dan Santanu) akan mengangkat dirinya sendiri jadi Raja Alengkadiraja.
Terjemahan bebasnya kurang lebih selaku berikut:
Hai Gunawan Wibisana, engkau kini yang menjadi raja Ngalengka, mengambil alih raja yang dihormati (siniwi) raksasa. Pertimbangan Sri Rama merupakan Gunawan Wibisana memiliki keluhuran (prabawa) yang telah dipahami diseantero jagad dan telah menguasai (kertarta) dalam hal kemampuan (guna), kehati-hatian (wiweka) dan cinta kasih.
LIDING DONGENG
Sri Rama mengangkat Gunawan Wibisana pastinya bukan tanpa pertimbangan. Jelas Wibisana akan loyal, tapi tidak hanya itu, keluhuran budi dan kompetensinya telah teruji dan dipahami secara luas. Walau demikian, Sri Rama tetap merasa perlu untuk menyediakan point-point pengarahan. Kita teruskan ke Serat Rama dan Astabrata (2): Pulihna Praja Ngalengka (IwMM).
0 Komentar untuk "Serat Rama Dan Asta Brata (1): Sri Rama Menyerahkan Tahta Alengkadiraja Terhadap Gunawan Wibisana"