Serat Rama Dan Asta Brata (3): Memimpin Mesti “Krama Tuhu” Dan “Aja Atinggal Sarat”

Melanjutkan  Serat Rama dan dan Astabrata (2): Pulihna praja Ngalengka, Bait ke 10 pupuh Pangkur diawali dengan kata “ngentekna pituturira”. Sri Rama rupanya ingin merampungkan habis-habisan wejangannya, dalam upaya merencanakan Wibisana memegang tampuk kekuasaan tertinggi di Ngalengka sepeninggal Rahwana.
 
 
TAN KURANG ING WIWEKA, NORANTEK ING KRAMA TUHU
 
Sri Rama rupanya ingin merampungkan habis SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (3): MEMIMPIN HARUS “KRAMA TUHU” DAN “AJA ATINGGAL SARAT”
Disini Gunawan Wibisana yang beken baik hati diingatkan untuk selalu berhati-hati (tan kurang ing wiweka). Sudah jamak bahwa orang kalau diingatkan agar tidak kehilangan kewaspadaan maka ia menjadi “over”, dengan sikap “mudah curiga”. Oleh lantaran itu dilanjutkan dengan kata “norantek ing krama tuhu”. Tetaplah memegang teguh tatakrama. Subasita jangan ditinggalkan. ”Krama tuhu” sanggup disamakan dengan susila anor raga yang sudah saya tulis beberapa bulan yang lalu.
 
Lengkapnya bait ke 10 selaku berikut:

 

AJA ATINGGAL SARAT
Susahnya orang memberi pitutur adalah: Ngomong praktis namun apa ia juga menetapi pituturnya sendiri? Ini yang sering menjadi bumerang bagi pimpinan yang berakal ngomong namun lupa omongannya sendiri. Kalau ia mewakilkan apel pagi jam 07.00 sempurna kemudian ia gres “kledhang-kledhang” tiba sehabis jam 08 pasti hilang kredibilitasnya di mata bawahan. Satu teladan lagi yang banyak dilanggar merupakan pada “era bebas asap rokok” seumpama kini ini maka kita dihentikan untuk merokok di ruangan. Bapak dan Ibu sudah tahu kelanjutannya, jadi tidak saya teruskan.
Pada baris final pupuh Pangkur bait ke 10 di atas yang dilanjutkan ke bait 11 dikatakan: Kalau kita memerintah bawahan untuk berbuat baik agar mereka mau mengikuti, maka “aja atinggal sarat”. Artinya: Syarat yang sudah kita berikan jangan dilanggar sendiri. Itu keharusan orang yang memberi pitutur: Komitmen terhadap ucapannya sendiri. Dapat dibaca pada goresan pena saya mengenai “Sabda Pandita Ratu” yang sanggup di “klik” pada goresan pena “memimpin” pada gambar “pandawa” di sebelah kanan. Adapun bait ke 11 lengkapnya selaku berikut:

 
LIDING DONGENG

Sri Rama rupanya ingin merampungkan habis SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (3): MEMIMPIN HARUS “KRAMA TUHU” DAN “AJA ATINGGAL SARAT”
Kalau kita sudah sanggup menetapi apa yang kita ucapkan maka tidak susah mengatur anak buah. Akan praktis bagi kita untuk membiasakan anak buah biar bertingkah baik dengan dilandasi tatakrama (reh ayu kramaniti) yang sewajarnya.

Hal ini sanggup kita baca pada bait ke 12 selaku berikut:

Mengapa Sri Rama menekankan dua hal: (1) Nora entek ing krama tuhu dan (2) Reh ayu kramaniti (krama tuhu) lantaran satu hal yang perlu dikenang para kandidat pemimpin bahwa wajibing raja agawe tuladan bêcik (yang merupakan judul goresan pena selanjutnya (IwMM)

Related : Serat Rama Dan Asta Brata (3): Memimpin Mesti “Krama Tuhu” Dan “Aja Atinggal Sarat”

0 Komentar untuk "Serat Rama Dan Asta Brata (3): Memimpin Mesti “Krama Tuhu” Dan “Aja Atinggal Sarat”"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)