Serat Rama Dan Asta Brata (5): Bathara Endra

Melanjutkan Serat Rama dan Asta Brata (4): Wajibing raja agawe tuladan becik,  pada goresan pena ke 5 ini kita masuk ke “Asta Brata” yang sebenarnya. Empat goresan pena yang sebelum ini yakni prolognya, mengapa Sri Rama memberika pembekalan terhadap Gunawan Wibisana dengan “elinga Bathara wolu”. Dalam bahasa administrasi strategis, jikalau Visinya yakni “Pulihna praja Ngalengka” dengan nilai-nila (value): Wiweka, netepi sarat dan reh ayu kramaniti, maka Asta Brata lewat “bathara wolu” di atas yakni “Strategi”nya.
 
Kita kembali dahulu ke goresan pena pertama, Serat Rama dan Asta Brata (1): Sri Rama Menyerahkan Tahta Alengkadiraja Kepada Gunawan Wibisana, dr. Rusmono dalam arahannya wacana Asta Brata, tidak menyebut dewanya apalagi dahulu, melainkan delapan “Laku” nya, yang ialah apa yang dikuasai oleh yang kuasa tersebut. Mungkin jikalau ceramahnya dua era kemudian dimana nyaris semua orang (Jawa) masih kenal sosok wayang dengan karakternya, dia akan menyebut wayangnya dulu.
 
Dalam Serat Rama, Yasadipura I menyebut nama yang kuasa dan sifat-sifatnya, tanpa menyebut selaku yang kuasa apa (mungkin dianggap semua orang sudah tahu). Kita mulai dengan Batara Endra.
 
 
BATARA ENDRA: NGUDANAKEN WEWANGI ING SABUMI
 
 Empat goresan pena yang sebelum ini yakni prolognya SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (5): BATHARA ENDRA
Pada bait ke 19 pupuh Pangkur disebutkan bahwa Bathara Endra ngudanakên wêwangi ing sabumi. Hujan menyerupai parfum di bumi. Siapa penduduknya yang tidak menanti munculnya hujan, buktinya jikalau hujan  tidak datang-datang banyak sekali upacara dijalankan manusia, tergolong yang agak aneh, memandikan kucing.
 
Selanjutnya dibilang dana sumêbar sumawur  mêratani sajagad memamerkan citra bahwa seorang pemimpin mesti adil. Air menyebar kemana-mana dengan permukaan yang tetap rata, bermakna sifat air tidak pilih kasih, tidak “emban cindhe emban siladan”.
 
Sifat mêratani sajagad ini dipertegas dengan kata-kata berikutnya kawaratan gung alit sadayanipun pan ora amilih janma. Air tidak milih-milih, siapapun manusianya, perlakuannya sama. Ia akan berikan terhadap siapa saja: kesejukan, kesegaran dan kebersihan (jangan lupa bahwa air yakni pembersih yang utama. Semua yang dekil sdan anyir etelah diguyur air akan menjadi berseri dan wangi.
 
Bathara Endra yakni yang kuasa yang menguasai air tergolong hujan Maka dibilang laris yang pertama yakni “Laku hambeging Endra” (kalau kita pakai nama dewanya) atau “Laku hambeging tirta” (kalau kita ambil budpekerti yang dimiliki atau kekuasaan yang dipegang Bathara Endra”. Selengkapnya bait ke 19 selaku berikut:

 Empat goresan pena yang sebelum ini yakni prolognya SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (5): BATHARA ENDRA
 
 
LIDING DONGENG
 
 Empat goresan pena yang sebelum ini yakni prolognya SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (5): BATHARA ENDRA
Gambar: en.loadtr.com
Pada baris pertama dan ke dua bait 20 disebutkan: “iku yayi lakokêna | sawadyane kabèh amot ing bumi Itulah “yayi” (adik) yang mesti dilakukan, mengambil sifat air, semua termuat di bumi ini. Menghidupi seluruhnya secara sama rata.
 
Ada kawan yang menanyakan “kalau terjadi air bah (banjir) bermakna kan air meluap dan tidak termuat?” betul air meluap dari persepsi kita. Meluapnya air bukan kesalahan Bathara Endra (Indra), melainkan kesalahan insan yang memperlakukan bumi secara tidak betul. Atau mungkinkah Bathara Endra menghukum manusia? Yang menghukum insan ada lagi yang lain. Bathara Endra tidak pernah menghukum atau menyulitkan orang. Sekali lagi jikalau orang merasa terhukum alasannya yakni air, maka hal tersebut alasannya yakni salahnya sendiri. Kerusakan lingkungan tergolong “global warming” yakni akhir kelakuan manusia.

Related : Serat Rama Dan Asta Brata (5): Bathara Endra

0 Komentar untuk "Serat Rama Dan Asta Brata (5): Bathara Endra"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)