Serat Rama Dan Asta Brata (6): Bathara Yama (Yamadipati)

 Dewa ke dua yang disebut dalam Serat Rama yakni Bathara Yama atau dipahami  juga dengan na SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (6): BATHARA YAMA (YAMADIPATI)
Melanjutkan Serat Rama dan Asta Brata (5): Bathara Endra, Dewa ke dua yang disebut dalam Serat Rama yakni Bathara Yama atau dipahami juga dengan nama Bathara Yamadipati, dewa pencabut nyawa yang menghasilkan siapa pun kedher.
 
Bila Bathara Endra bersifat adil, maka Bathara Yama dalam hal ini yang menegakkan keadilan. Dalam Serat Rama, kiprah Yama selaku pencabut nyawa diarahkan ke  pembersih kejahatan dan penegak keadilan.
 
Bathara Yama menjalankan tugasnya berdasar protap (prosedur tetap) yang berlaku sesuai dengan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi) yakni “milara krama ala” (menghukum yang bertingkah tidak baik).

Dalam menegakkan keadilan, ia juga juga tidak mau selektif (Nora ngetung kadang warga), yang jahat akan dibunuh (yen cecunguk den pateni). Mengenai hal ini sanggup dibaca pada pupuh Pangkur bait ke 20 mulai baris ke 3, selaku berikut:

 Dewa ke dua yang disebut dalam Serat Rama yakni Bathara Yama atau dipahami  juga dengan na SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (6): BATHARA YAMA (YAMADIPATI)
 
 
MULAI KELAS GUREM SAMPAI KAKAP DIOBRAK ABRIK SAMPAI KE AKAR-AKARNYA
 
Bathara Yama menegakkan undang-undang demi mengayomi rakyat. Semua yang kelakuannya tidak baik akan diobrak-abrik (barang kang laris dursila ingupaya kabèh dèn osak-asik). Diusir dari wilayah tinggalnya, jikalau tertangkap akan dibunuh. Semua yang mengotori kerajaan akan dihabisi (reregeding praja pinrih biratipun). Demikianlah cara kerja Bathara Yama memelihara kerajaan (rumeksa prajadi). Lengkapnya sanggup dibaca pada bait ke 21 selaku berikut:

 Dewa ke dua yang disebut dalam Serat Rama yakni Bathara Yama atau dipahami  juga dengan na SERAT RAMA DAN ASTA BRATA (6): BATHARA YAMA (YAMADIPATI)
 
Bahwa Bathara Yama tidak pilih-pilih, disebutkan pada bait ke 22 tentang maling, orang-orang yang bersahabat dengan kejahatan (ingkang sandhing panggawe ala) dan sejenisnya dibersihkan tuntas (sajinise tumpes tapis). Selanjutnya ditarik kesimpulan pada baris pertama dan kedua bait ke 23 bahwa pemimpin mesti berani membersihkan dunia dari kejahatan, barulah ia menjadi bathara Yama yang sebenarnya. Lengkapnya bait ke 22 dan 23 selaku berikut:



CATATAN
Agak sulit memadankan Bathara Yama dengan salah satu delapan “laku” kepemimpinan sesuai dengan abjad alam semesta. Sebagai pola Bathara Indra yang menguasai air telah klop dengan Laku hambeging tirta. Demikian pula tuhan lainnya pada goresan pena berikutnya.
Untuk Bhatara Yama, kira-kira dan memang tinggal yang satu ini yakni “Laku Hambeging Kartika” (Bintang) meskipun Yama bukan tuhan bintang dan bintang bukan lambang kematian. Satu hal yang serupa yakni bintang relatif tidak bergeser dari tempatnya sehingga menjadi pemikiran arah di malam hari. Yama selaku pencabut nyawa dan penghenti kejahatan juga tidak pernah bergeser maupun ditawar. Manusia jadi takut berbuat jahat namun juga ayem alasannya ada yang mengayomi. Manusia juga tidak gelisah alasannya tahu kemana ia ia mesti mencari perlindungan.

Related : Serat Rama Dan Asta Brata (6): Bathara Yama (Yamadipati)

0 Komentar untuk "Serat Rama Dan Asta Brata (6): Bathara Yama (Yamadipati)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)