Serat Wulangreh Dan Ungkapan-Ungkapan Yang Mendukung “Basa Basuki” Itu Perlu


 Walaupun cuma satu patah kata kalau tidak empan papan SERAT WULANGREH DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG MENDUKUNG “BASA BASUKI” ITU PERLU
Orang mau bicara ternyata tidak gampang. Walaupun cuma satu patah kata kalau tidak empan papan, tidak sesuai dengan waktu, orang dan tempat (Time, person, Place), bisa fatal. Bicara mesti hati-hati. Oleh lantaran itu banyak ungkapan-ungkapan maupun pitutur dalam banyak sekali bahasa dan budaya yang mengingatkan kita mengenai kehati-hatian dalam bicara ini. Tulisan ini yakni lanjutan dari Basa Basuki: Pengertian dalam Serat Wulangreh.
 
Ucapan-ucapan yang terlontar tanpa dipikir apalagi dahulu tanpa menyaksikan waktu, ruang dan orang bukanlah basa basuki. Sri Pakubuwana IV dalam Serat Wulangreh, Pupuh Wirangrong bait pertama mennjelaskan bahwa dalam bicara kita perlu awas dan waspada. “Aja dumeh” kita berilmu bicara (muwus), walau cuma sepatah kata (sakecap), kalau tidak patut maka tidak akan baik
 
Lengkapnya bait pertama sanggup dibaca pada gambar di atas.
 
Dampak dari ucapan amat jauh dan memunculkan kerusakan sepanjang waktu laksana peluru yang ditembakkan (A word carries far -- very far -- deals destruction through time as the bullets go flying through space). Demikian dibilang Joseph Conrad seorang novelis Inggris kurun ke 20. Bila kita merujuk ke pepatah Spanyol “palabra de boca, piedra de honda” maka satu kata yang keluar dari lisan menyerupai kerikil yang ditembakkan dari katapel. Pengertiannya: Bisa jauh dan melukai. Sama dengan yang diucapkan Conrad di atas.
 
AJA AGE SIRA MUWUS
 
Tidak cuma “aja dumeh bisa muwus” mirip disebutkan pada bait pertama, pada bait ke 2 dan 3 pupuh Wirangrong, kembali mengingatkan kalau mau bicara mesti “golek mangsa” dulu, cari waktu yang pas. Jangan cepat bicara (aja age sira muwus, aja age kawedal) sebelum dipikirkan apalagi dahulu (dununge den kesthi) dan lihat-lihat terhadap siapa kita bicara (yen durung pantes rowangnya, kang pantes ngajak calathon).
 
Lengkapnya bait ke2 dan 3 selaku berikut:
 
 Walaupun cuma satu patah kata kalau tidak empan papan SERAT WULANGREH DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG MENDUKUNG “BASA BASUKI” ITU PERLU
 

YEN SAMPUN KAWIJIL TAN KENA TINUTUTAN
Selanjutnya pada bait ke 4 pupuh Wirangrong dibilang bahwa kita mesti bisa menertibkan diri supaya tidak terlanjur. Kita mesti berhati-hati (prayitna) lantaran sekali terucap (kawijil) tidak dapat dikejar lagi (tan kena tinututan)
Lengkapnya bait ke 4 selaku berikut:
 Walaupun cuma satu patah kata kalau tidak empan papan SERAT WULANGREH DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG MENDUKUNG “BASA BASUKI” ITU PERLU
 
LIDING DONGENG

 Walaupun cuma satu patah kata kalau tidak empan papan SERAT WULANGREH DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG MENDUKUNG “BASA BASUKI” ITU PERLU
Bicara mesti hati-hati. Kehati-hatian bisa hilang di saat kita marah. Thomas Jefferson menasihati kita, kalau sedang murka hitunglah  satu hingga sepuluh sebelum mulai bicara, dan kalau amat marah, maka hitunglah hingga seratus (When angry, count ten before you speak; if very angry, a hundred).
Sementara Benjamin Franklin memberi pitutur, kalau kita ingin hidup tenteram dan damai, tidak usah bicara mengenai semua yang kita tahu dari semua yang kita lihat (He that would live in peace and at ease must not speak all he knows or all he sees)
Kita semua tahu arti peribahasa Indonesia: “Berkata peliharalah lidah, berlangsung peliharalah kaki”. Lidah dan kaki masing-masing menggambarkan ucapan dan sikap kita.

Dua hal yang amat perlu kita kendalikan: Lidah dan kaki. Klop dengan pupuh Pangkur bait ke 5 di atas, bahwa Sri Sri Pakubuwana IV mengingatkan kita semua: Watak insan ditengeri dari laku, linggih dan solah muna-muninya.

“Beranda” dari blog yang Bapak dan Ibu baca ini diawali dengan kalimat Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti dan diakhiri dengan kalimat “Wong urip puniku aja nganggo ambeg kang tetelu: Adigang Adigung Adiguna”. Kalimat pertama yakni “patrap (penerapan) basa basuki” dan kalimat kedua yakni “nerak (melanggar) basa basuki”.

Dilanjutkan ke Serat Wulangreh: "Laku linggih" dan "solah muna-muni" yang tidak cocok "basa basuki (1)

Related : Serat Wulangreh Dan Ungkapan-Ungkapan Yang Mendukung “Basa Basuki” Itu Perlu

0 Komentar untuk "Serat Wulangreh Dan Ungkapan-Ungkapan Yang Mendukung “Basa Basuki” Itu Perlu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close