Cincing: Menarik ke atas celana/kain biar tidak basah. Misalnya waktu mau menyeberangi sungai atau melalui wilayah yang tergenang air. Klebus: Basah. Makara ceriteranya ada orang mau menyeberangi sungai dengan hati-hati, telah “cincing-cincing” celana/kain segala masih kena air juga. Ada yang berseloroh, telah kepalang basah, berenang sekalian saja, malah lebih cepat. Ini ceritera dari sisi bahasa. Dari sisi peribahasa lain lagi maksudnya.
“Cincing” dalam hal ini diumpamakan orang yang hendak berhemat dengan ketat namun karenanya pengeluaran justru jauh lebih banyak. Ada miripnya dengan “mau untung malah buntung” namun disini bukan laba yang dikejar melainkan penghematan.
“Cincing” disini juga bukan dalam pemahaman teliti dan cermat menyiapkan kegiatan dan keperluan budget sehingga hasilnya efektif sekaligus efisien. Agak sukar menuliskan dengan kata-kata, namun orang yang bertingkah suka “cincing” dan sering “klebus” ini sanggup kita lihat pada tokoh “Gober Bebek” dalam album “Donal Bebek”.
Orang yang suka “cincing” justru bukan orang miskin. Orang miskin keluar duit segitu memang sebab punyanya cuma itu. Sementara si “cincing” berusaha jikalau sanggup keluar sesedikit mungkin namun sanggup mendapatkan yang sama, sukur-sukur lebih banyak.
Manusia memang mesti berhemat, namun ada batas ekonomis yang wajar. Ibu rumahtangga yang mesti berhemat untuk mengendalikan bagaimana dengan duit segitu cukup untuk menyanggupi keperluan keluarga, bukanlah ibu yang suka “cincing”. Mengurangi pembelian daging dan mengubah dengan tempe dan teri untuk menyanggupi keperluan protein bawah umur bukanlah sikap “cincing” sebab uangnya memang tidak cukup untuk beli daging banyak.
Contoh sederhana misalnya saya menyiapkan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Banyak alternatif transportasi, mulai dari pesawat terbang, kereta api, bis dan lain-lain dengan harga yang beragam mulai yang paling mahal hingga yang paling murah. Demikian pula halnya dengan penginapan dan makan. Saya pilih semua yang paling murah. Perjalanan dengan bis malam OK, walau letih dan makan waktu panjang. Penginapan murah juga OK walau dalam kamar cuma pakai kipas angin. Saya tergiur makan sate kambing murah di kaki lima. Yang ini tidak OK. Rupanya saya sanggup daging apkiran dan malamnya terjangkit sakit perut dan muntah berak. Alhasil opname dua hari. Hitung-hitung karenanya saya justru keluar duit lebih banyak dari ongkos masuk akal yang saya keluarkan untuk suatu perjalanan masuk akal yang tidak berlebih-lebihan. Bila waktu yang terbuang diperhitungkan, maka kerugian kita menjadi kian besar.
Perilaku “cincing” ini ada dalam diri kita. Saya menyaksikan HP elok dan harganya miring. Langsung saya beli tetapi baru dipakai satu minggu, telah rusak. Mau diperbaiki harganya mahal, mau dijual tidak ada yang hendak beli. Akhirnya saya terpaksa beli HP lagi. Dalam sepekan saya beli HP dua kali, dan duit yang saya keluarkan untuk beli HP karenanya jauh lebih besar ketimbang duit yang saya keluarkan seandainya saya pribadi beli HP yang terperinci asal-usulnya dan bergaransi. Ini namanya “Cincing-cincing klebus”. Orang hidup mesti hati-hati. Banyak penawaran yang mempergunakan mental kita yang suka “Cincing”. (IwMM)
0 Komentar untuk "Cincing Cincing Klebus"