Gajah 2: Tembang Dan Paribasan

Pada posting sebelum ini sudah dikenalkan “Gajah” lewat cangkriman, dolanan dan dongeng. Kita teruskan dengan pengenalan lewat tembang dan paribasan (peribahasa)


TEMBANG

Adalah “Tembang dolanan anak-anak” Liriknya sederhana saja tapi memberi deskripsi lengkap tentang gajah: Judulnya “Gajah-gajah” selaku berikut: Gajah-gajah mrene tak kandhani jah; Mripat kaya laron siyung loro telinga gedhe; kathik nganggo tlale; Buntut cilik tansah kopat-kapit; Sikil kaya bumbung; Mung mlakumu migag-migung (ada yang menyebut “igad-igud” dan “megal-megol”).

Terjemahannya: Gajah-gajah kemari saya beritahu Jah; Mata(mu) menyerupai laron (maksudnya kecil sekali) taring (maksudnya belalai) dua telinga besar. Kok pakai belalai; Ekor kecil senantiasa berkibas-kibas; kaki menyerupai bumbung; cuma jalanmu migag-migug (maksudnya tidak luwes).

Tembang yang lebih serius terdapat pada Serat Wulangreh dapat dibaca pada posting  Adigang Adigung Adiguna dalam Pupuh Gambuh

Saya cuplik bait ke 4 dan 10 di bawah (tidak saya terjemahkan lagi), disebutkan bahwa Sifat Adigang diwakili oleh "Kijang", Adigung oleh Gajah (esthi) dan Adiguna oleh ular.

Ana pocapanipun; Adiguna adigang adigung; Pan adigang kidang adigung pan esthi; Adiguna ula iku; Telu pisan mati sampyoh

Dene katelu iku; Si kidang suka ing patinipun; Pan si gajah alena patinireki; Si ula ing patinipun; Ngandelken upase mandos


PARIBASAN

Setidaknya ada sembilan peribahasa Jawa yang menggunakan “Gajah”. Satu diantaranya menyerupai dengan peribahasa yang sudah lebih dipahami dalam bahasa Indonesia:
  1. Gajah tumbuk kancil mati ing tengah. Maksudnya sama dengan “Dua ekor gajah berkelahi, pelanduk mati ditengah-tengah”. Orang besar bersengketa rakyat kecil sengsara
  2. Balung gajah (tulang gajah), artinya orang sederhana yang mulia hatinya, ada juga yang menyampaikan orang perkasa yang kaya raya.
  3. Gajah alingan suket teki (gajah bersembunyi di balik rumput teki), artinya orang besar yang menyandarkan keamanan dirinya pada orang kecil. Tentusaja kemungkinan keberhasilannya kecil.
  4. Gajah marani wantilan (marani: mendatangi; wantilan: tali pengikat gajah), artinya orang yang nekad mengunjungi bahaya
  5. Gajah ngidak rapah (ngidak: menginjak; rapah: dahan dan ranting yang semrawut di tanah), artinya orang besar yang melanggar larangannya sendiri
  6. Nggajah elar (nggajah: menyerupai gajah; elar: sayap), artinya orang sombong merasa ahli sendiri (didukung kemampuannya untuk simpel menemukan apa yang da inginkan)
  7. Macak gajah (macak: bersolek/berhias) menggambarkan orang yang berdandan berlebihan.
  8. Bathang gajah (Bathang: bangkai), artinya orang besar yang sudah hilang kekuasaannya
  9. Cindhil ngadu gajah atau semut ngadu gajah (Cindhil: anak tikus), artinya orang besar diadu domba orang kecil

PENUTUP

Liding dongeng, gajah mewakili sesuatu yang besar bisa dari segi baik maupun segi buruk. Banyak barang-barang ukuran besar meminjam nama gajah. Kuping gajah yakni flora berdaun lebar. Kupu gajah yakni kupu indah yang sayapnya amat besar. Gadjah Mada, mahapatih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa nya. Demikian pula Kaki Gajah atau Elephantiasis yakni penyakit disebabkan cacing Filaria yang memunculkan pembengkakan besar di kaki (IwMM)

Mahapatih GajahMada; Kuping Gajah; Kupu Gajah: Penyakit Kaki Gajah

Related : Gajah 2: Tembang Dan Paribasan

0 Komentar untuk "Gajah 2: Tembang Dan Paribasan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)