Seperti yang sudah ITF janjikan sebelumnya,ada program sejenis yang diadakan untuk memperingati Hari Kereta Api Indonesia. Gelaran tersebut berjulukan The History Of Indonesian Railways Exhibition. Acara tersebut diadakan di Erasmus Huis yang berada di dalam komplek Kedutaan Besar Belanda di Kuningan, Jakarta Selatan. Acara tersebut diadakan dari tanggal 24 September hingga 20 Oktober 2013.
As ITF promised, there was a similiar event which held for commemorate Indonesian Railways Day. This event named The History of Indonesian Railways Exhibition. This event was held on Erasmus Huis which inside of Royal Dutch Embassy area in Kuningan, South Jakarta. Started from 24 September to 20 Oktober 2013.
Ketika memasuki pelataran Erasmus Huis, kita sanggup mendapatkan replika lokomotif ESS 3201. Meskipun ITF tidak mengenali secara niscaya berapa skala yang digunakan, tetapi tinggi replika lokomotif ini kurang lebih 1,5-1,6 meter. Di depan bangunan utama juga terdapat replika genta perlintasan kereta api yang masih dipakai di Indonesia.
When entering Erasmus Huis yard, we could find replica of ESS 3201 locomotive. The height is about 1,5 - 1,6 metres eventhough the scale was unknown. In front of main building, railway crossing bell replica also exist. It still operated in Indonesia until today.
Di dalam ruang pameran, kita disuguhi ornamen perkeretaapian masa lalu menyerupai foto antik, peta rute, seragam pegawai dari waktu ke waktu dan masih banyak lagi. Foto-foto yang dipajang di dinding ruang pekan raya berbincang sejarah kereta api di Indonesia pada kurun kolonial Belanda. Pada masa itu juga kereta api mengalami masa jayanya yang sanggup dibuktikan dengan bertambahnya jalur kereta api yang ditunjukkan oleh peta jalur kereta api Indonesia secara periodik menyerupai yang terlihat di bawah ini. Sayangnya masa ini selsai dikala Jepang menguasai Indonesia pada 1942 dan membongkar sebagian rel untuk kebutuhan perang di Front Burma dan India.
Inside the exhibition room, the old railway things were displayed such as old photos, route map, uniform, etc. The photos which displayed on the exhibition showed Indonesian railway history in Dutch colonial time. In that time, railway was in glory which indicated by the increasing railway tracks as shown by the map below. Unfortunately, this kurun was over when Japan seize Indonesia in 1942 and take apart some tracks for war utility in India and Burma Front.
Yang paling menawan menurut ITF yaitu ticket Edmondson yang dipajang di dalam kotak kaca. Sistem pertiketan Edmondson sudah diperkenalkan oleh Inggris sejak 1840 dan sudah diadopsi oleh banyak negara tergolong Indonesia selama ratusan tahun.Yang khas dari tiket Edmondson ini yaitu ticketnya yang berskala sungguh kecil. Karena dijadikan selaku barang koleksi favorit, tiket Edmondson memiliki "nilai" yang sungguh tinggi di kelompok kolektor.
The best part for ITF is Edmondson tickets which displayed inside the glass box. Edmondson ticketing system was introduced by England since 1840 and many countries include Indonesia has been adopted the system for hundred years. The typical character of Edmondson system is the ticket in very small size. As a favorite collection item, the Edmondson ticket is tremendously valuable among the collectors.
Event ini diperlukan generasi muda sanggup mengenali sejarah bangsanya sendiri, utamanya dalam perkeretaapian. Siapa lagi yang hendak mempertahankan sejarah bangsa kita kalau kita melupakannya?
The expectation from this event, the young generation is able to know about their own nation history, especially in railway. Who else who will keep our nation history if we forget it?
Sumber | Source : Arsip Pribadi | Private Archive
As ITF promised, there was a similiar event which held for commemorate Indonesian Railways Day. This event named The History of Indonesian Railways Exhibition. This event was held on Erasmus Huis which inside of Royal Dutch Embassy area in Kuningan, South Jakarta. Started from 24 September to 20 Oktober 2013.
Ketika memasuki pelataran Erasmus Huis, kita sanggup mendapatkan replika lokomotif ESS 3201. Meskipun ITF tidak mengenali secara niscaya berapa skala yang digunakan, tetapi tinggi replika lokomotif ini kurang lebih 1,5-1,6 meter. Di depan bangunan utama juga terdapat replika genta perlintasan kereta api yang masih dipakai di Indonesia.
When entering Erasmus Huis yard, we could find replica of ESS 3201 locomotive. The height is about 1,5 - 1,6 metres eventhough the scale was unknown. In front of main building, railway crossing bell replica also exist. It still operated in Indonesia until today.
Di dalam ruang pameran, kita disuguhi ornamen perkeretaapian masa lalu menyerupai foto antik, peta rute, seragam pegawai dari waktu ke waktu dan masih banyak lagi. Foto-foto yang dipajang di dinding ruang pekan raya berbincang sejarah kereta api di Indonesia pada kurun kolonial Belanda. Pada masa itu juga kereta api mengalami masa jayanya yang sanggup dibuktikan dengan bertambahnya jalur kereta api yang ditunjukkan oleh peta jalur kereta api Indonesia secara periodik menyerupai yang terlihat di bawah ini. Sayangnya masa ini selsai dikala Jepang menguasai Indonesia pada 1942 dan membongkar sebagian rel untuk kebutuhan perang di Front Burma dan India.
Inside the exhibition room, the old railway things were displayed such as old photos, route map, uniform, etc. The photos which displayed on the exhibition showed Indonesian railway history in Dutch colonial time. In that time, railway was in glory which indicated by the increasing railway tracks as shown by the map below. Unfortunately, this kurun was over when Japan seize Indonesia in 1942 and take apart some tracks for war utility in India and Burma Front.
Yang paling menawan menurut ITF yaitu ticket Edmondson yang dipajang di dalam kotak kaca. Sistem pertiketan Edmondson sudah diperkenalkan oleh Inggris sejak 1840 dan sudah diadopsi oleh banyak negara tergolong Indonesia selama ratusan tahun.Yang khas dari tiket Edmondson ini yaitu ticketnya yang berskala sungguh kecil. Karena dijadikan selaku barang koleksi favorit, tiket Edmondson memiliki "nilai" yang sungguh tinggi di kelompok kolektor.
The best part for ITF is Edmondson tickets which displayed inside the glass box. Edmondson ticketing system was introduced by England since 1840 and many countries include Indonesia has been adopted the system for hundred years. The typical character of Edmondson system is the ticket in very small size. As a favorite collection item, the Edmondson ticket is tremendously valuable among the collectors.
Event ini diperlukan generasi muda sanggup mengenali sejarah bangsanya sendiri, utamanya dalam perkeretaapian. Siapa lagi yang hendak mempertahankan sejarah bangsa kita kalau kita melupakannya?
The expectation from this event, the young generation is able to know about their own nation history, especially in railway. Who else who will keep our nation history if we forget it?
Sumber | Source : Arsip Pribadi | Private Archive
0 Komentar untuk "Indonesian Railways Day Part 2 ( Railway History Exhibition)"