Sebagai orang yang sering menyimak lagu-lagu Iwan Fals, pasti kita sudah tidak absurd lagi dengan beberapa judul lagunya yang sudah dinyanyikan dia sejak 20-an tahun yang kemudian hingga di saat ini. Namun ada hal khusus yang saya amati dari beberapa judul lagu seumpama :
Kereta Tiba Pukul Berapa, 1910, Kereta Tua, Rindu Tebal, Kuli Jalanan, Perempuan Malam, dan Doa Pengobral Dosa.
Dari lirik lagu-lagu di atas, kadang saya saya berpikir, apakah Iwan Fals dulunya juga seorang Railfan ? Ataukah cuma seorang pengguna jasa kereta api yang setia, sehingga dia mengenali benar keadaan dunia perkereta-apian di Indonesia di saat itu. Karena di dalam lagunya, Iwan Fals banyak menceritakan wacana kereta. Hanya Iwan Fals yang tau...
Jika anda ingin menyaksikan isi dari judul lagu tersebut, bisa dilihat di bawah ini :
1/ KERETA TIBA PUKUL BERAPA
Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi
Waktu itu
Lama memang kutunggu kedatanganmu
Sobat karibku
Datang telegram darimu
Dua hari yang lalu
Tunggu aku
Di stasiun kereta itu pukul satu
Ku pacu sepeda motorku
Jarum jam tidak mau menunggu
Maklum rindu
Traffic light saya lewati
Lampu merah tak peduli
Jalan terus
Di depan ada polantas
Wajahnya begitu buas
Tangkap aku
Tawar menawar harga pas tancap gas
Reff :
Sampai stasiun kereta
Pukul setengah dua
Duduk saya menunggu
Tanya loket dan penjaga
Kereta tiba pukul berapa
Biasanya...kereta terlambat
Dua jam mungkin biasa
Biasanya...kereta terlambat
Dua jam dongeng lama
2/ 1910
Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata...air mata....
Belum usai....peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi cacat dalam sejarah
Air mata...air mata
Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup cuma ucapan bela sungkawa
Aku bosan....
Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Reff :
Nusantara...tangismu terdengar lagi
Nusantara....derita kalau berhenti
Bilakah...bilakah.....
Sembilan belas Oktober...tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata...air mata
Nusantara....langitmu saksi kelabu
Nusantara....terdengar lagi tangismu
Nusantara....kau simpan kisah kereta
Nusantara....kabarkan murka sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang
3/ KERETA TUA
Hitam warnamu seumpama malam
Kekar roda roda melingkar
Kau kereta usang parkir di stasiun tua
Dulu kakekku pernah cerita
Dia banyak berikan jasa
Saat gejolak perang melanda negeri kita
Reff :
Kau kereta bau tanah sarat sembunyikan misteri
Waktu pun berlalu orde pun berganti
Oh kereta bau tanah kamu nampak kian asing
Kini dia tak lagi berlaga
Namun masih bisa tertawa
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu
4/ RINDU TEBAL
Sewindu sudah lamanya waktu
Tinggalkan tanah kelahiranku
Rinduku tebal kasih yang kekal
Detik ke detik bertambah tebal
Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Malam yang saya jalani sepi tak berarti
Saat kereta mulai berjalan
Rinduku tebal tak tertahankan
Terlintas terang dalam benakku
Makian bapak usirku kupergi
Hanya menangis yang emak bisa
Dengan terpaksa kutinggalkan desa
Seekor kambing kucuri
Milik tetangga tuk makan sekeluarga
Bapak tidak mau mengerti
Hilang satu anak tuk harga diri
Reff :
Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
Yang menghasilkan malu keluargaku
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima
rinduku
Maafkan semua kesalahanku
Kursi kereta yang niscaya tahu
5/ KULI JALANAN
derap langkah dan reringat kuli pembuat jalan
dengan pengki ditangan kiri, pacul di bahu kanan
dengus nafasnya, terdengar bagai bunyi kereta
keringat mereka menyengat aroma penderitaan
berjalan gontai perlahan
berbaris bagai prajurit yang kalah perang
Reff :
kerja keras kamu lakukan
walau upah tak berimbang
bak sapi perahan
kuli jalan kerja siang dan malam
kuli jalan peduli curah hujan
kuli jalan panas tak dihiraukan
kuli jalan upah jauh berimbang
kuli jalan pendekar terlupakan
kuli jalan menangis di lubang galian
kuli jalan gelisah di kaki Tuan
kuli jalan anak isteri menanti bimbang
6/ PEREMPUAN MALAM
Perempuan malam mandi di kali
Buih buih busa sampo ketengan
Di atas kepala melalui kereta
Yang berlangsung lamban pembangkang menggoda
Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta kian hening
Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang tiba tak bisa ia tepiskan
Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya
Reff :
Hangatkan badan di cerah pagi
Pada matahari
Keringkan hati yang sarat tangis
Walau cuma sesaat
Segelas kopi sebatang rokok
Segurat catatan yang tersimpan
Perempuan malam menanti malam
Untuk panjangnya malam
Perempuan malam diikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku cuma lihat dari jembatan
Tanpa bisa untuk melepaskan
Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api
Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api
7/ DOA PENGOBRAL DOSA
Di sudut bersahabat gerbong yang tak terpakai
Perempuan ber make-up tebal dengan rokok di tangan
Menunggu tamunya datang
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk pembangkang dan segumpal harapan
Kapankah tiba tuan berkantong tebal
Reff :
Habis berbatang-batang tuan belum datang
Dalam hati gelisah menjerit bimbang
Apakah esok hari anak-anakku sanggup makan
Oh Tuhan beri setetes rezeki
Dalam hati yang sangsi berdoa
Beri terang jalan anak hamba
Kabulkanlah Tuhan
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk pembangkang dan segumpal harapan
Kapankah tiba tuan berkantong tebal
Back to: Reff
NB :
Dari semua dongeng wacana lagu-lagu di atas, nampaknya masih merefleksikan keadaan dunia perkereta-apian Indonesia dan lingkungan sekitarnya mulai dari diciptakan lagunya sampai saat ini. Hanya saja untuk lagu terakhir yang berjudul “Doa Pengobral Dosa”, nampaknya menggambarkan stasiun Cipinang di jaman dulu, tetapi kini sudah tidak ada lagi gerbong bekas yang tak terpakai. Maklum sudah habis dirucat semua.
Buat para pembaca utamanya IwanFalsMania yang membaca blog ini, mungkin bisa disertakan kembali judul lagunya Iwan Fals yang bercerita / berafiliasi dengan kereta.
Gue berharap, seandainya sebuah di saat Iwan Fals bisa mengadakan konser berlangsung di atas kereta api dari Jakarta-Surabaya & berjumpa dengan seluruh Orang Indonesia sepanjang perjalanan.
Wahai OrAnG InDoNeSiA, BERSATULAH..........
Kereta Tiba Pukul Berapa, 1910, Kereta Tua, Rindu Tebal, Kuli Jalanan, Perempuan Malam, dan Doa Pengobral Dosa.
Dari lirik lagu-lagu di atas, kadang saya saya berpikir, apakah Iwan Fals dulunya juga seorang Railfan ? Ataukah cuma seorang pengguna jasa kereta api yang setia, sehingga dia mengenali benar keadaan dunia perkereta-apian di Indonesia di saat itu. Karena di dalam lagunya, Iwan Fals banyak menceritakan wacana kereta. Hanya Iwan Fals yang tau...
Jika anda ingin menyaksikan isi dari judul lagu tersebut, bisa dilihat di bawah ini :
1/ KERETA TIBA PUKUL BERAPA
Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi
Waktu itu
Lama memang kutunggu kedatanganmu
Sobat karibku
Datang telegram darimu
Dua hari yang lalu
Tunggu aku
Di stasiun kereta itu pukul satu
Ku pacu sepeda motorku
Jarum jam tidak mau menunggu
Maklum rindu
Traffic light saya lewati
Lampu merah tak peduli
Jalan terus
Di depan ada polantas
Wajahnya begitu buas
Tangkap aku
Tawar menawar harga pas tancap gas
Reff :
Sampai stasiun kereta
Pukul setengah dua
Duduk saya menunggu
Tanya loket dan penjaga
Kereta tiba pukul berapa
Biasanya...kereta terlambat
Dua jam mungkin biasa
Biasanya...kereta terlambat
Dua jam dongeng lama
2/ 1910
Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata...air mata....
Belum usai....peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi cacat dalam sejarah
Air mata...air mata
Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup cuma ucapan bela sungkawa
Aku bosan....
Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Reff :
Nusantara...tangismu terdengar lagi
Nusantara....derita kalau berhenti
Bilakah...bilakah.....
Sembilan belas Oktober...tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata...air mata
Nusantara....langitmu saksi kelabu
Nusantara....terdengar lagi tangismu
Nusantara....kau simpan kisah kereta
Nusantara....kabarkan murka sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang
3/ KERETA TUA
Hitam warnamu seumpama malam
Kekar roda roda melingkar
Kau kereta usang parkir di stasiun tua
Dulu kakekku pernah cerita
Dia banyak berikan jasa
Saat gejolak perang melanda negeri kita
Reff :
Kau kereta bau tanah sarat sembunyikan misteri
Waktu pun berlalu orde pun berganti
Oh kereta bau tanah kamu nampak kian asing
Kini dia tak lagi berlaga
Namun masih bisa tertawa
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu
Semoga tidurmu nanti mimpikan masa lalu
4/ RINDU TEBAL
Sewindu sudah lamanya waktu
Tinggalkan tanah kelahiranku
Rinduku tebal kasih yang kekal
Detik ke detik bertambah tebal
Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Malam yang saya jalani sepi tak berarti
Saat kereta mulai berjalan
Rinduku tebal tak tertahankan
Terlintas terang dalam benakku
Makian bapak usirku kupergi
Hanya menangis yang emak bisa
Dengan terpaksa kutinggalkan desa
Seekor kambing kucuri
Milik tetangga tuk makan sekeluarga
Bapak tidak mau mengerti
Hilang satu anak tuk harga diri
Reff :
Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
Yang menghasilkan malu keluargaku
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima
rinduku
Maafkan semua kesalahanku
Kursi kereta yang niscaya tahu
5/ KULI JALANAN
derap langkah dan reringat kuli pembuat jalan
dengan pengki ditangan kiri, pacul di bahu kanan
dengus nafasnya, terdengar bagai bunyi kereta
keringat mereka menyengat aroma penderitaan
berjalan gontai perlahan
berbaris bagai prajurit yang kalah perang
Reff :
kerja keras kamu lakukan
walau upah tak berimbang
bak sapi perahan
kuli jalan kerja siang dan malam
kuli jalan peduli curah hujan
kuli jalan panas tak dihiraukan
kuli jalan upah jauh berimbang
kuli jalan pendekar terlupakan
kuli jalan menangis di lubang galian
kuli jalan gelisah di kaki Tuan
kuli jalan anak isteri menanti bimbang
6/ PEREMPUAN MALAM
Perempuan malam mandi di kali
Buih buih busa sampo ketengan
Di atas kepala melalui kereta
Yang berlangsung lamban pembangkang menggoda
Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta kian hening
Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang tiba tak bisa ia tepiskan
Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya
Reff :
Hangatkan badan di cerah pagi
Pada matahari
Keringkan hati yang sarat tangis
Walau cuma sesaat
Segelas kopi sebatang rokok
Segurat catatan yang tersimpan
Perempuan malam menanti malam
Untuk panjangnya malam
Perempuan malam diikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku cuma lihat dari jembatan
Tanpa bisa untuk melepaskan
Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api
Perempuan malam dipinggir jerami
Nyanyikan doa nyalakan api
7/ DOA PENGOBRAL DOSA
Di sudut bersahabat gerbong yang tak terpakai
Perempuan ber make-up tebal dengan rokok di tangan
Menunggu tamunya datang
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk pembangkang dan segumpal harapan
Kapankah tiba tuan berkantong tebal
Reff :
Habis berbatang-batang tuan belum datang
Dalam hati gelisah menjerit bimbang
Apakah esok hari anak-anakku sanggup makan
Oh Tuhan beri setetes rezeki
Dalam hati yang sangsi berdoa
Beri terang jalan anak hamba
Kabulkanlah Tuhan
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk pembangkang dan segumpal harapan
Kapankah tiba tuan berkantong tebal
Back to: Reff
NB :
Dari semua dongeng wacana lagu-lagu di atas, nampaknya masih merefleksikan keadaan dunia perkereta-apian Indonesia dan lingkungan sekitarnya mulai dari diciptakan lagunya sampai saat ini. Hanya saja untuk lagu terakhir yang berjudul “Doa Pengobral Dosa”, nampaknya menggambarkan stasiun Cipinang di jaman dulu, tetapi kini sudah tidak ada lagi gerbong bekas yang tak terpakai. Maklum sudah habis dirucat semua.
Buat para pembaca utamanya IwanFalsMania yang membaca blog ini, mungkin bisa disertakan kembali judul lagunya Iwan Fals yang bercerita / berafiliasi dengan kereta.
Gue berharap, seandainya sebuah di saat Iwan Fals bisa mengadakan konser berlangsung di atas kereta api dari Jakarta-Surabaya & berjumpa dengan seluruh Orang Indonesia sepanjang perjalanan.
Wahai OrAnG InDoNeSiA, BERSATULAH..........
0 Komentar untuk "Iwan Fals Mengenai Kereta"