Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (4) - Turangga




Episode ke 4 dari 6 tulisan: Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga

1
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (1) - Pendahuluan

2
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (2) - Wisma

3
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (3) - Wanodya

4
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (4) - Turangga

5
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (5) - Kukila

6
Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (6): - Curiga

Terimakasih Bapak dan Ibu membaca  di http KELENGKAPAN KSATRIA JAWA PARIPURNA: WISMA, WANODYA, TURANGGA, KUKILA, CURIGA (4) - TURANGGA“Turangga” yaitu kuda. Pastilah kuda yaitu tunggangan. Ksatria jaman kini pastinya bukan kuda lagi selaku tunggangannya. Bisa motor bisa kendaraan beroda empat dalam aneka macam jenis dan ukuran. Kuda meskipun telah tidak terlampau digunakan selaku tunggangan  kecuali pada wilayah tertentu dan event tertentu, tapi tenaga kuda “horse power” masih digunakan selaku ukuran kekuatan mesin. Pasukan berkuda dahulu disebut kavaleri. Sekarang yang namanya kavaleri yaitu pasukan “tank”, kendaraan beroda empat lapis baja.
 
Kuda digunakan para ksatria untuk membawanya ke wilayah tujuan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas mulia. Oleh alasannya yaitu itu makna simbolis kuda disini yaitu fasilitas untuk meraih cita-cita. Tentusaja goresan pena ini tidak membicarakan partai selaku kendaraan meraih tujuan. Dulu belum ada partai bukan?

Apa tunggangan kita untuk meraih tujuan? Ada banyak sekali. Pertama yaitu “iman”. Hanya ksatria yang beriman yang mau selamat hingga tujuan. Mengingat kuda mesti dikendalikan, maka “turangga” juga memiliki arti pengendalian diri. Dilandasi doktrin yang mempunyai efek maka sang ksatria bisa mengontrol diri dari segala godaan dan berhasil lahir dan batin.

Kedua yaitu ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu wawasan maka seorang ksatria tak punya kompetensi. Tanpa kompetensi apa yang dapat diperbuat. Kompetensi banyak ragamnya. Mulai kesanggupan olah “jaya kawijayan” dalam pemahaman olah kaprajuritan untuk bela diri dan bela negara, kesanggupan tata negara untuk mengontrol roda pemerintahan dan masih banyak lagi kompetensi teknis dan fungsional. Sarjana tehnik, kedokteran, astronomi dan lain-lain. Seorang ksatria profesional mesti selalu belajar. Belajar yaitu aktifitas hingga mati. Peningkatan kompetensi mesti terus dilakukan guna mengembangkan “profesionalisme”

Anggaran yaitu yang ketiga. “Jer basuki mawa beya”, beya dalam pemahaman lazim yaitu dana (walaupun pemahaman “jer basuki mawa beya” jauh lebih luas lagi). Dia butuh anggaran  untuk mengerjakan misinya. Oleh alasannya yaitu itu dia perlu menghasilkan rencana budget di “wisma”nya. Anggaran yang rasional, cost effectice. Tidak sekedar minta SPJ (istilah salah kaprah). Tidak sekedar menyerap anggaran.

Sekarang bukan jamannya “lone ranger” lagi, atau “one man army”, seorang yang bergerak sendiri, mengakhiri kiprah sendiri dan menikmati risikonya sendiri. Di jaman yang makin maju, “interdependency” justru makin meningkat. Sehingga yang ke empat yaitu seorang ksatria mesti bisa mengerjakan “networking”, baik lewat tatap tampang maupun virtual (facebook tidak aku masukkan katagori ini), dengan stakeholders dan lintas kegiatan serta lintas sektor terkait. Sekarang ini tidak ada lagi tujuan kegiatan yang sanggup teratasi sendiri. Semua saling terkait. Hanya dengan “bersama” kita “bisa”
 
 
LIDING DONGENG:
 
Barangkali menyaksikan aku menyimak secara benar-benar apa yang dia katakan dari awal, maka pria bau tanah ini tidak engganmelanjutkan penjelasannya ke “turangga”: “Jaran iku tumpakan. Jaman saiki kowe dipundhutke honda karo ramamu. Nanging elinga tumpakan iku sayektine dudu jaran dudu honda. Sing kudu dadi tumpakanmu ya kebijaksanaan rahayu dikanteni doktrin lan takwa dumateng Gusti Allah sing Maha Agung. Insyaallah uripmu slamet”. (IwMM)

Related : Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (4) - Turangga

0 Komentar untuk "Kelengkapan Ksatria Jawa Paripurna: Wisma, Wanodya, Turangga, Kukila, Curiga (4) - Turangga"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)