Bebed: merupakan kain panjang (jarit/jarik) yang dipakai kaum lelaki dalam pakaian Jawa. Gelung merupakan “konde” yang dipakai wanita. Jaman kini mungkin nyaris tidak ada lagi lelaki dan perempuan yang hari-hari pakai bebed dan gelung di rambutnya. Tapi jikalau diganti menjadi kesrimpet pantalon kesandhung wig kok ya tidak lucu.
Ungkapan di atas merupakan citra sikap dengan menggunakan purwakanthi yang bagus. Karena menggunakan “bebed” dan “gelung” niscaya terkait dengan sikap lelaki dan perempuan. Demikian pula lantaran menggunakan kata “kesrimped” (terjirat) dan “kesandhung” (tersandung) niscaya sikap yang dimaksud merupakan sikap tidak baik yang menghasilkan orang tersungkur.
Makna perumpamaan ini sederhana saja: Gambaran seorang lelaki yang termakan dengan “wanita” yang tidak baik, atau jikalau lelaki ini telah berkeluarga maka ia termakan dengan “wanita lain”. Akibatnya jikalau ia punya harta dapat habis-habisan, jikalau punya keluarga dapat berserakan dan jikalau punya kedudukan dapat jatuh terduduk.
Ada seorang kawan yang cukup kritis dalam menampilkan perhatian terhadap perumpamaan ungkapan Jawa mengajukan pertanyaan terhadap saya: “Mas Iwan, apa ada diam-diam lain dalam perumpamaan tersebut? Masa sekedar lelaki yang tersungkur gara-gara perempuan. Orang Jawa kan biasa semu dan sinamun ing samudana”.
Terus terang saya tidak pernah menimbang-nimbang sebelumnya. Saya sampaikan terhadap kawan saya, jikalau kesandhung gelung kan terang bahwa kita tergila-gila pada perempuan. Bisa perempuan baik-baik yang menghasilkan kita linglung padahal ia tidak mau atau kita telah punya keluarga. Bisa juga perempuan tidak baik. Yang terakhir ini dapat menghasilkan kita pada balasannya habis-habisan dalam hal drajat semat dan kramat.
“Jadi kita termakan lantaran digoda wanita, begitukah mas?”
Ya memang dapat begitu. Laki-laki jikalau dihadiri perempuan kebanyakan lemah. Kalau ia sadar bahwa perempuan baik-baik niscaya tidak akan begitu, mestinya kita telah berhati-hati dari awal. Oleh alasannya itu diawali dengan kata-kata “kesrimped bebed”. Tadi telah disebutkan bahwa arti kesrimped merupakan terjirat. Biasanya oleh tali dan perumpamaan kesrimped dipakai untuk kaki. Tapi disini ia kesrimped bebed, bermakna terjirat kainnya sendiri....... bermakna lelaki itu "ngundhuh wohing pakarti"
Teman saya memotong:”jadi mas, ia tersuruk lantaran ketidak-waspadaannya sendiri dalam hal ini terhadap perempuan yang tidak baik”.
“Persis”, jawab saya. “Ungkapan Jawa tidak sekedar dikenali artinya, tetapi juga perlu diketahui latar-belakangnya, sehingga kita tidak sekedar tahu apa kejadiannya tetapi juga memahami mengapa hal itu terjadi. Dengan demikian kita akan berhati-hati dan menjalankan tindakan mudah-mudahan tidak kesrimped bebed kesandhung gelung”. (IwMM)
0 Komentar untuk "Kesrimped Bebed Kesandhung Gelung: Pria Biar Hati-Hati"