Menyampaikan Pitutur Dengan Wangsalan 3: Wangsalan Dengan Tembang

Posting ke tiga atau terakhir “Pitutur dengan wangsalan” ini menampung “wangsalan” yang aku anggap sukar alasannya tersembunyi dalam tembang. Dalam budaya Jawa kita kenal tiga jenis tembang: Tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhe. Macapat tergolong tembang cilik dan tengahan. Adapun pola pitutur di bawah tergolong dalam tembang gedhe.

Tembang gedhe sendiri ada empat jenis sesuai jumlah baitnya, yaitu: Salisir, Siliran, Raketan dan Dhendha. Masing-masing (1-10, 11-20, 21-30 dan di atas 30) bait. Contoh di bawah tergolong dalam tembang Salisir alasannya terdiri atas 7 bait. Sering dipakai dalam gerongan atau sindhenan, sehingga kita sebur dengan “Gerongan Salisir”. Isinya pitutur untuk lelaki dan perempuan yang disampaikan dalam bentuk “wangsalan. Dapat kita baca pada buku “Sendhon Langen Swara”. Empat bait pertama dari tembang tersebut merupakan selaku berikut:

Bait pertama: Pitutur untuk wanita

Parabe sang Smarabangun (PRIYAMBADA); Sepat domba kali Oya (Sepat domba: ikan sepat besar yakni GERAMEH atau gurami); Aja dolan lan wong PRIYA; Gung REMEH nora prasaja

Maknanya: Wanita supaya waspada jikalau pergi dengan lelaki (yang bukan suaminya). Bisa membuat prasangka macam-macam, kesannya menjadi orang remeh, tidak berharga, dalam pergaulan di masyarakat

Bait ke dua: Pitutur untuk pria

Garwa Sang Sindura Prabu (WAITATAMBANG); Wicara mawa karana (TARKA); Aja dolan lan WANITA; Tan aktual asring KATARKA

Maknanya: Demikian pula untuk laki-laki, jangan suka pergi dengan perempuan yang bukan istrinya. Walaupun tidak menjalankan apa-apa tetapi sering membuat kecurigaan, diterka yang bukan-bukan

Bait ke tiga: Pitutur untuk wanita

Sembung langu munggwing gunung (daun SENGGUGU); Kunir wisma kembang rekta (PUSPANYIDRA); Aja NGGUGU ujarira; Wong lanang sok asring CIDRA

Maknanya: Hati-hatilah para wanita, jangan yakin omongan lelaki alasannya lelaki sering ingkar janji

Bait ke empat: Pitutur untuk laki-laki

Gentha geng kang munggweng panggung (JAM); Jawata pindha Harjuna (KAMAJAYA); JAMan mengko kawruhana; Wong wadon keh NGAMAndaka

Maknanya: Kepada para laki-laki, supaya hati-hati bergaul dengan wanita, alasannya banyak perempuan yang lamis (ngamandaka: lamis)

Wangsalan pitutur dalam tembang memang sukar bagi kita yang awam dalam tembang. Mari kita tangkap jiwa dan makna yang tersirat lewat tembang ini. Pria dan wanita, berhati-hatilah dalam pergaulan. (IwMM).

Tulisan terkait:
Menyampaikan Pitutur Dengan Wangsalan (1): Pengertian
Menyampaikan Pitutur Dengan Wangsalan (2): Wangsalan Sederhana

Related : Menyampaikan Pitutur Dengan Wangsalan 3: Wangsalan Dengan Tembang

0 Komentar untuk "Menyampaikan Pitutur Dengan Wangsalan 3: Wangsalan Dengan Tembang"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)