Padang Panjang – Sawahlunto
Pada pertengahan bulan Juli 2009, yakni pertama kalinya bagi saya untuk menginjakkan kaki di kota Padang. Bukan alasannya yakni tanpa argumentasi saya sanggup hingga kesana, tetapi inilah pengaruh / jawaban dari suatu hobi. Berangkat dengan menggunakan pesawat AirAsia dari Jakarta cuma memerlukan waktu sekitar 1,5 jam dari Bandara Soekarno-Hatta hingga Bandara Minangkabau. Sangat cepat memang. Namun sebenarnya saya ingin sekali menggunakan jalan darat, yakni dengan menggunakan Bis. Mengingat kekurangan waktu perjalanan maka opsi menggunakan pesawat melayang tak sanggup ditolak lagi.
Tak disangka sehabis hingga ternyata di Padang itu sungguh indah sekali, mulai dari pantai, lembah, jurang, tebing hingga gunung terdapat disana semua. Bahkan rel mati yang sudah usang terbenam berpuluh-puluh tahun dengan tanah / pasir / rumput kelihatannya masih terlihat tepat posisinya. Tak dibayangkan bila rel yang mati terdapat di pulau Jawa, pastilah sudah cepat “”habisnya”.
Di pagi hari yang cerah sekitar pukul 7 melalui kamipun sudah datang di stasiun Padang Padang. Nuansa disana sungguh berlawanan sekali ketimbang suasana di pulau Jawa pada umumnya. Di ketinggian stasiun yang kurang lebih pada posisi 800 meter dpl, sungguh-sungguh terasa sejuk, dan ditambah angin di pagi hari yang sepoi-sepoi menghasilkan hawa sekitarnya terasa cukup dingin.
Pada pukul 8 rangkaian kereta api rekreasi sudah siap tersusun rapi pada spur 1 emplasemen stasiun Padang Panjang. Dengan menggunakan lokomotif BB20416 rangkaian yang berisikan 5 kereta sudah siap berangkat. Rangkaian berisikan 3 kereta non-AC, 1 kereta makan dan 1 kereta yang ber-AC. Dan pukul 8.30 kereta api siap diberangkatkan.
Lokomotif dengan seri BB204 yakni ialah satu-satunya lokomotif Diesel Elektrik buatan Eropa, yakni SLM yang khusus dioperasikan pada jalan rel bergigi di Sumatera Barat. Lokomotif ini memiliki daya 1230 HP dengan berat 55 ton. Kondisi jalan dengan medan yang terjal (naik & turun) antara Padang Panjang hingga Batu Tabal, memaksa kereta api yang melalui jalur ini mesti menggunakan roda gigi pada lokomotifnya biar tidak terjadi slip rodanya pada dikala menanjak. Kecepatan KA pada dikala melintasi rel bergigi inipun dibatasi, yakni optimal 20 km/jam. Sementara dalam kondisi wajar Taspat yang berlaku yakni 40km/jam. Hal ini lebih dikarenakan kondisi jalan rel yang tidak memungkinkan untuk kecepatan tinggi. Selain itu juga namanya juga rekreasi kereta, jadi yang lebih dinikmatin niscaya proses perjalannya, berserta panorama di sekeliling rel kereta api.
Berikut ini yakni nama-nama stasiun yang dilewati oleh KA Wisata Padang Panjang – Sawahlunto, tetapi tidak semua yang dilewati kereta api akan berhenti.
Stasiun Kubuk Rambil, disini KA berlangsung langsung.
Melewati halte stasiun yang sudah menjadi rumah penduduk. Tampak terang masih tersisa pipa bekas pengisian air untuk lokomotif uap pada zaman dahulu.
Stasiun Batu Tabal.
Yang mengakibatkan foto disamping menjadi kurang terang yakni alasannya yakni salah fokus. Seharusnya yang diperjelas itu stasiunnya, tetapi koq malah handle lokomotif yang berwarna hitam yang menjadi jelas. Hahaha….
Di stasiun ini kereta api tidak pasti akan berhenti atau tidak. Hal ini sungguh tergantung ada atau tidaknya penumpang yang mau naik dari stasiun tersebut. Kebetulan dikala itu kereta api berlangsung langsung.
Stasiun kacang.
Terlihat higienis dan terawat bangunannya. Serta terlihat beberapa bocah yang sedang asik mengamati kereta api yang sedang melintas.
Stasiun Singkarak.
Terdapat dua spur, tetapi kelihatannya sudah tidak pernah dimanfaatkan lagi untuk persilangan kereta api.
Stasiun Solok.
Di stasiun ini kereta api sanggup ditentukan akan berhenti, alasannya yakni lumayan banyak juga penumpang yang naik ataupun turun disini. Dan stasiun ini ukurannya juga cukup besar, bahkan memiliki dipo lokomotif, meskipun terlihat sudah tidak pernah dipergunakan lagi selaku fungsinya tetapi tetap terawat bangunannya dan bersih.
Stasiun Sungai Lassi.
Stasiun yang kecil dan sepi, KA berlangsung langsung.
Stasiun Muara Kalaban.
Kereta Api berhenti sejenak untuk naik / turun penumpang.
Memasuki terowongan.
Terowongan antara stasiun Muara Kalaban dengan Sawahlunto ini cukup panjang juga, panjangnya sekitar 800-900 meter. Seperti biasa suasana yang sungguh gelap pada dikala memasuki terowongan ini di bantu oleh cahaya lampu yang ada di dalam kereta.
Stasiun Sawahlunto.
Sekitar jam 12 kurang seperempat sampailah kami di stasiun Sawahlunto, lokomotifpun eksklusif menjalankan acara langsir untuk memindahkan posisinya dan menjadi longhood (hidung panjang) untuk kembali memukau rangkaian kereta api kembali pulang ke Padang Panjang yang mau berangkat pada pukul 14.30 kemudian.
Jarak antara stasiun Padang Panjang hingga stasiun Sawahlunto ini yakni sejauh 80 kilometer, dan ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan.
Indahnya panorama rel kereta api di Padang yakni pada dikala melintasi sepanjang danau singkarak, dimana jarak antara danau, jalan raya serta rel kereta api sungguh berdekatan sekali. Sepertinya di Indonesia cuma terdapat di Padang untuk panorama jalur seumpama ini. Kereta api yang berlangsung agak lambat, menghasilkan setiap kendaraan yang berpapasan dengan kereta ini niscaya menyempatkan waktu sejenak untuk mengeok ke arah kereta api yang sedang melalui disampingnya.
Dalam perjalanan pulang, sehabis hingga di stasiun Batu tabal lokomotif kembali menjalankan acara langsiran untuk merubah posisinya dari memukau rangkaian (lok di depan) menjadi mendorong rangkaian (lok di belakang). Hal ini ditangani alasannya yakni jalur yang mau menuju ke Padang Panjang akan menghadapi tanjakan yang cukup terjal untuk ukuran kereta api. Di jalur inilah rel bergigi akan berperan sesuai fungsinya dalam menolong kelangsungan jalannya kereta api.
Foto disamping yakni perjalanan kereta api yang sedang didorong oleh lokomotifnya dari belakang dan juga sudah memasuki lintasan rel bergigi. Sehingga kecepatannya dibatasi cuma boleh hingga dengan 20 km/jam.
Dan sekitar pukul 17.30 sampailah kereta api rekreasi ini kembali pulang ke stasiun Padang Panjang. Dan rangkaianpun siap disimpan kembali ke dalam dipo.
Sekian dongeng wacana jalur kereta api Padang Panjang – Sawahlunto
Thanks.
Pada pertengahan bulan Juli 2009, yakni pertama kalinya bagi saya untuk menginjakkan kaki di kota Padang. Bukan alasannya yakni tanpa argumentasi saya sanggup hingga kesana, tetapi inilah pengaruh / jawaban dari suatu hobi. Berangkat dengan menggunakan pesawat AirAsia dari Jakarta cuma memerlukan waktu sekitar 1,5 jam dari Bandara Soekarno-Hatta hingga Bandara Minangkabau. Sangat cepat memang. Namun sebenarnya saya ingin sekali menggunakan jalan darat, yakni dengan menggunakan Bis. Mengingat kekurangan waktu perjalanan maka opsi menggunakan pesawat melayang tak sanggup ditolak lagi.
Tak disangka sehabis hingga ternyata di Padang itu sungguh indah sekali, mulai dari pantai, lembah, jurang, tebing hingga gunung terdapat disana semua. Bahkan rel mati yang sudah usang terbenam berpuluh-puluh tahun dengan tanah / pasir / rumput kelihatannya masih terlihat tepat posisinya. Tak dibayangkan bila rel yang mati terdapat di pulau Jawa, pastilah sudah cepat “”habisnya”.
Di pagi hari yang cerah sekitar pukul 7 melalui kamipun sudah datang di stasiun Padang Padang. Nuansa disana sungguh berlawanan sekali ketimbang suasana di pulau Jawa pada umumnya. Di ketinggian stasiun yang kurang lebih pada posisi 800 meter dpl, sungguh-sungguh terasa sejuk, dan ditambah angin di pagi hari yang sepoi-sepoi menghasilkan hawa sekitarnya terasa cukup dingin.
Pada pukul 8 rangkaian kereta api rekreasi sudah siap tersusun rapi pada spur 1 emplasemen stasiun Padang Panjang. Dengan menggunakan lokomotif BB20416 rangkaian yang berisikan 5 kereta sudah siap berangkat. Rangkaian berisikan 3 kereta non-AC, 1 kereta makan dan 1 kereta yang ber-AC. Dan pukul 8.30 kereta api siap diberangkatkan.
Lokomotif dengan seri BB204 yakni ialah satu-satunya lokomotif Diesel Elektrik buatan Eropa, yakni SLM yang khusus dioperasikan pada jalan rel bergigi di Sumatera Barat. Lokomotif ini memiliki daya 1230 HP dengan berat 55 ton. Kondisi jalan dengan medan yang terjal (naik & turun) antara Padang Panjang hingga Batu Tabal, memaksa kereta api yang melalui jalur ini mesti menggunakan roda gigi pada lokomotifnya biar tidak terjadi slip rodanya pada dikala menanjak. Kecepatan KA pada dikala melintasi rel bergigi inipun dibatasi, yakni optimal 20 km/jam. Sementara dalam kondisi wajar Taspat yang berlaku yakni 40km/jam. Hal ini lebih dikarenakan kondisi jalan rel yang tidak memungkinkan untuk kecepatan tinggi. Selain itu juga namanya juga rekreasi kereta, jadi yang lebih dinikmatin niscaya proses perjalannya, berserta panorama di sekeliling rel kereta api.
Berikut ini yakni nama-nama stasiun yang dilewati oleh KA Wisata Padang Panjang – Sawahlunto, tetapi tidak semua yang dilewati kereta api akan berhenti.
Stasiun Kubuk Rambil, disini KA berlangsung langsung.
Melewati halte stasiun yang sudah menjadi rumah penduduk. Tampak terang masih tersisa pipa bekas pengisian air untuk lokomotif uap pada zaman dahulu.
Stasiun Batu Tabal.
Yang mengakibatkan foto disamping menjadi kurang terang yakni alasannya yakni salah fokus. Seharusnya yang diperjelas itu stasiunnya, tetapi koq malah handle lokomotif yang berwarna hitam yang menjadi jelas. Hahaha….
Di stasiun ini kereta api tidak pasti akan berhenti atau tidak. Hal ini sungguh tergantung ada atau tidaknya penumpang yang mau naik dari stasiun tersebut. Kebetulan dikala itu kereta api berlangsung langsung.
Stasiun kacang.
Terlihat higienis dan terawat bangunannya. Serta terlihat beberapa bocah yang sedang asik mengamati kereta api yang sedang melintas.
Stasiun Singkarak.
Terdapat dua spur, tetapi kelihatannya sudah tidak pernah dimanfaatkan lagi untuk persilangan kereta api.
Stasiun Solok.
Di stasiun ini kereta api sanggup ditentukan akan berhenti, alasannya yakni lumayan banyak juga penumpang yang naik ataupun turun disini. Dan stasiun ini ukurannya juga cukup besar, bahkan memiliki dipo lokomotif, meskipun terlihat sudah tidak pernah dipergunakan lagi selaku fungsinya tetapi tetap terawat bangunannya dan bersih.
Stasiun Sungai Lassi.
Stasiun yang kecil dan sepi, KA berlangsung langsung.
Stasiun Muara Kalaban.
Kereta Api berhenti sejenak untuk naik / turun penumpang.
Memasuki terowongan.
Terowongan antara stasiun Muara Kalaban dengan Sawahlunto ini cukup panjang juga, panjangnya sekitar 800-900 meter. Seperti biasa suasana yang sungguh gelap pada dikala memasuki terowongan ini di bantu oleh cahaya lampu yang ada di dalam kereta.
Stasiun Sawahlunto.
Sekitar jam 12 kurang seperempat sampailah kami di stasiun Sawahlunto, lokomotifpun eksklusif menjalankan acara langsir untuk memindahkan posisinya dan menjadi longhood (hidung panjang) untuk kembali memukau rangkaian kereta api kembali pulang ke Padang Panjang yang mau berangkat pada pukul 14.30 kemudian.
Jarak antara stasiun Padang Panjang hingga stasiun Sawahlunto ini yakni sejauh 80 kilometer, dan ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan.
Indahnya panorama rel kereta api di Padang yakni pada dikala melintasi sepanjang danau singkarak, dimana jarak antara danau, jalan raya serta rel kereta api sungguh berdekatan sekali. Sepertinya di Indonesia cuma terdapat di Padang untuk panorama jalur seumpama ini. Kereta api yang berlangsung agak lambat, menghasilkan setiap kendaraan yang berpapasan dengan kereta ini niscaya menyempatkan waktu sejenak untuk mengeok ke arah kereta api yang sedang melalui disampingnya.
Dalam perjalanan pulang, sehabis hingga di stasiun Batu tabal lokomotif kembali menjalankan acara langsiran untuk merubah posisinya dari memukau rangkaian (lok di depan) menjadi mendorong rangkaian (lok di belakang). Hal ini ditangani alasannya yakni jalur yang mau menuju ke Padang Panjang akan menghadapi tanjakan yang cukup terjal untuk ukuran kereta api. Di jalur inilah rel bergigi akan berperan sesuai fungsinya dalam menolong kelangsungan jalannya kereta api.
Foto disamping yakni perjalanan kereta api yang sedang didorong oleh lokomotifnya dari belakang dan juga sudah memasuki lintasan rel bergigi. Sehingga kecepatannya dibatasi cuma boleh hingga dengan 20 km/jam.
Dan sekitar pukul 17.30 sampailah kereta api rekreasi ini kembali pulang ke stasiun Padang Panjang. Dan rangkaianpun siap disimpan kembali ke dalam dipo.
Sekian dongeng wacana jalur kereta api Padang Panjang – Sawahlunto
Thanks.
0 Komentar untuk "Padang Story, Part-1"