Sepuluh Tahapan Orang Mabok Miras


Minuman keras sudah ada sejak dahulu kala. “Badheg”, cairan yang keluar dari tape, “Tuak”, yang disadap dari pohon aren seluruhnya menjadi minuman beralkohol yang sanggup memabokkan. Orang pesta dengan “tayuban” juga sanggup plus “miras”. Tanpa “miras” mungkin menarinya tidak seru. Serunya menari gotong royong alasannya yaitu orang sudah “wuru” atau mabuk. 

Gambaran orang minum, mulai dari “sadhasar” (satu bumbung kecil atau satu sloki) hingga “10 dhasar”  (dapat dibaca pada “Majalah Kejawen”, Balai Pustaka, 14 januari 1928),  Dijelaskan dengan runtut,  oleh sesepuh kita dalam 10 tahapan selaku berikut:

1. EKA PADMASARI

Eka: satu; Padma: Bunga (teratai); Sari: asri, indah. Orang minum jikalau gres satu sloki diumpamakan bunga mekar yang indah.  Dipandang enak, di hati menyenangkan.

2. DWI MARTANI

Dwi: Dua; Martani: (Marta: sabar; Martani: menghibur). Orang minum sampai ke sloki kedua ucapannya masih jelas, ramahm dan menampilkan hiburan kepada semua orang

3. TRI KAWULA BUSANA

Tri: Tiga; Kawula: Bawahan/pembantu; Busana: Pakaian. Orang minum tiga sloki ibaratnya pembantu yang berpakaian serba indah atau baru; hatinya amat gembira, merasa "pedhe" sehingga tidak minder untuk berdampingan dengan tuannya. Dikatakan bahwa sloki ke tiga ini, dengan timbulnya kehilangan rasa segan, merupakan titik permulaan orang mulai “wuru” atau mabok. Sayangnya setelah menghabiskan tiga sloki orang bukannya berhenti minum tetapi justru meneruskan minum.

4. CATUR WANARA RUKEM

Catur: Empat; Wanara: Kera; Rukem: Makanan atau buah-buahan. Disinilah kehilangan pengendalian diri mulai meningkat. Minum habis empat sloki diumpamakan simpanse berebut buah-buahan. Sudah barang pasti suasana ribut, hingar bingar dan condong terjadi kekisruhan.

5. PANCA SURA PANGGAH

Panca: Lima; Sura: Berani; Panggah: Kokoh, tidak berubah. Orang yang minum habis lima sloki senantiasa serba berani. Tak ada keraguan maupun ewuh-pekewuh lagi. (Catatan: “berani” dalam pemahaman tidak baik, tidak ada lagi rasa aib dan takut).

6. SAD GUNA WEWEKA

Sad: Enam; Guna: pandai; Weweka: Waspada. Maksudnya, setelah minum enam sloki maka orang akan kian berhati-hati (dalam pemahaman negatif, mudah curiga). Mendengar obrolan yang sama-samar, timbul salah sangka.

7. SAPTA KUKILA WARSA

Sapta: Tujuh; Kukila: Burung; Warsa: Hujan. Minum habis tujuh sloki ibaratnya burung kehujanan. Gemetaran dengan mengeluarkan suara-suara yang tak jelas.

8. ASTHA KACARA-CARA

Astha: Delapan; Kacara-cara: Bicara sembarangan. Setelah habis delapan sloki maka orang akan bicara asal pilih tidak terang ujung-pangkalnya.

9. NAWA WAGRA LUPA

Nawa: Sembilan; Wagra: Macan; Lupa: kelelahan. Orang minum sembilan sloki ibaratnya macan kelelahan. Tergolek tidak berdaya

10, DASA BUTA MATI

Dasa: Sepuluh; Buta: Raksasa; Mati: Mati. Akhirnya setelah sepuluh sloki mirip bangkai raksasa galak yang tergeletak mati tanpa meninggalkan bekas-bekas kegalakannya.


KESIMPULAN

Melihat uraian di atas,  jelas bahwa “miras” itu menghancurkan kesehatan jasmani maupun rohani.  Yang disebut “wuru dawa” yaitu orang mabok yang ngelantur. Ini sanggup bicara macam-macam, mulai yang biasa-biasa, yang lucu, yang saru,  sampai yang rahasia).

Dalam 10 tahapan tersebut, gejala mabok timbul pada sloki ke tiga. Kaprikornus jikalau orang mau minum alkohol mesti pakai deduga dan prayoga. Pertimbangannya (deduga) bagaimana dan semestinya (prayoga) bagaimana. Hasilnya niscaya “Prayogane aja nginum” (sebaiknya tak usah minum), dibandingkan dengan mabok dan kecanduan. Kita kembali ke wewaler Sri Pakubuwana IV dalam Serat Wulangreh: .... lawan ana waler malih, aja sok anggung kawuron ...” (IwMM)

Related : Sepuluh Tahapan Orang Mabok Miras

0 Komentar untuk "Sepuluh Tahapan Orang Mabok Miras"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)