Subasita Jawa (3): Kentut, Berak Dan Kencing


Sumber goresan pena ini yakni “Serat Subasita” karangan Ki Padmasusastra, Ngabehi Wirapustaka di Surakarta, tahun 1914. Apakah orang Jawa kira-kira 100 tahun yang kemudian sikap toiletnya masih amburadul sehingga dimasukkan dalam buku wacana sopan-santun, entahlah. Dalam penulisannya, ki Padmasusastra juga mengaitkan dengan sikap orang Belanda pada di saat itu

KENTUT

Kalau ada cangkriman: “Nembak mengisor kena mendhuwur” (nembak ke bawah kena di atas) tidak ada balasan lain selain kentut. Kentut ialah kebutuhan. Orang yang tidak sanggup kentut akan mempunyai kendala dengan dokter, sementara orang yang “ngentutan” akan mempunyai kendala dengan “subasita” meskipun sanggup lucu juga.

Kalau kita terpaksa “kebrojolan” kentut terlebih keluar bunyi, cepat-cepatlah mohon maaf pada sobat di bersahabat kita. Jangan rahasia saja. Mereka niscaya memaafkan meskipun dalam hati berkata “asem kecut”. Wanita sering aib mengakui padahal kentut tidak membedakan gender.

Bangsa kita barangkali tergolong tukang kentut (mungkin dampak masakan kita) yang aib mengakui (padahal kentut kita amat amis terlebih jikalau suka makan pete). Sehingga di internet banyak kita temui lelucon wacana kentut, salah satunya yakni ini:

Sikap dan sikap orangdari banyak sekali negara jikalau kentut: Orang Amerika bilang “Excuse me”; orang Inggris bilang “Pardon me”; Orang Singapura bilang “I am sorry”; orang Indonesia niscaya bilang “Not me, not me”. lelucon bertopik kentut ini masih banyak di internet, silakan cari sendiri.

BERAK

Kebelet berak juga sesuatu yang tidak sanggup ditahan. Dalam “subasita” Jawa tergolong tidak sopan, tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, jikalau sedang bertamu kita mesti berterusterang, minta ijin dan mohon maaf pada tuan rumah. Bila kita menjadi tuan rumah mesti cukup terpelajar untuk memberi ijin. Oleh lantaran itu WC kita mesti senantiasa bersih. Sehingga jikalau ada tamu kita tidak aib mempersilakan tamu kita untuk menggunakannya.

KENCING

Tatakrama Jawa masih mengijinkan bila kita bertamu dan kebelet pipis, mohon ijin terhadap tuan rumah untuk memakai kamar kecilnya. Walau demikian sedapat mungkin, sebelum bertamu kita tuntaskan dahulu urusan perkencingan ini sehingga tidak perlu mengusik toilet yang empunya rumah.

Dikaitkan dengan tatakrama Belanda pada masa itu, dilema toilet yakni rahasia. Tidak ada orang Belanda pamit kencing. Makara kita mesti empan papan. Kalau bertamu ke tempat tinggal orang Belanda, ya jangan pamit kencing.

Rumus umum, jikalau bertamu selain bawa buah tangan jikalau sanggup jangan meninggalkan kotoran di rumah yang kita kunjungi (IwMM)

Sambungan dari: Subasita Jawa (2): Perilaku Jari dan Tangan
Dilanjutkan ke: Subasita Jawa (4): Yang Keluar Dari Mulut dan Hidung

Related : Subasita Jawa (3): Kentut, Berak Dan Kencing

0 Komentar untuk "Subasita Jawa (3): Kentut, Berak Dan Kencing"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)