Syarat Punya “Karep” Harus: “Ulat Madhep Ati Mantep”

“Karep” merupakan “tujuan”. Dalam bahasa kini boleh disamakan dengan “visi”, yakni kondisi masa depan yang dikehendaki dan mesti dapat diraih pada kurun waktu tertentu. Kaprikornus “karep” bukan sekedar angan-angan orang yang menggantang asap, alasannya merupakan balasannya  kita akan dibilang “kaya cecak nguntal empyak”. (Baca: Keinginan yang terlalu tinggi).

Sebelum “karep” atau “visi” dijabarkan menjadi: misi, strategi, tindakan dan seterusnya mesti ada “nilai-nilai” atau “values” selaku landasan bertindak kita. “Ulat madhep ati mantep” merupakan nilai-nilai yang dimaksud.

“Ulat madhep” merupakan perilaku wajah kita. Kalau kita mau berlangsung ke barat pastinya paras menghadap ke barat dan tidak “tolah-toleh” lagi. Sedangkan “Ati mantep” merupakan tak ada keraguan di hati. Didukung rasa yakin diri sehingga punya iman akan berhasil. Ia tahu niscaya banyak persoalan dan tantangan untuk mencapainya, tetapi ia tahu pula bahwa ia dihentikan ragu-ragu. Kalau hati dibelit ragu ingat kata-kata: Yen wania ing praktis wedia ing ewuh samubarang nora tumeka.

Kalau dibilang “loro-loroning atunggal” maka tujuannya antara fisik dan rohani berada dalam satu derap langkah: Ulat madhep ati mantep. Dalam hal ini aku pernah diberi nasihat: Kalau kau punya “karep” kebahagiaan di akhirat, maka beribadahlah dengan “ulat madhep ati mantep”. Sebagai pola dalam melakukan sholat, hadapkan badan dan wajahmu ke arah kiblat (ulat madhep). Demikian pula kalbumu jangan lari kekanan dan kekiri. Harus mantap bahwa kau sedang sholat (ati mantep).

Sementara sobat yang suka berseloroh mengatakan: Ulat madhep ati mantep mangan melu maratuwa. Wah kalau menyerupai ini ya lama-lama bisa menjadi Kemladheyan ngajak sempal (IwMM).