Tiga Peribahasa Dengan Asu

Manusia mempergunakan jasa anjing dalam banyak sekali hal. Teman berburu, penjaga ternak, penjaga rumah, menuntun orang buta, main sirkus, dipiara di rumah selaku hewan kesayangan, dan mungkin masih ada lagi yang lain. Salah satu ciri khas anjing yaitu sifatnya yang “galak” walau ada peribahasa “anjing menyalak tidak menggigit”, orang tetap saja takut jikalau digonggong anjing.

Anjing juga suka makan tulang. Sepertinya tulang yaitu barang berguna bagi anjing. Kalau kita pergi ke “Pet Shop” kita akan menjumpai “tulang” sintetis dalam banyak sekali bentuk, ukuran dan rasa, yang harganya cukup mahal. Kandungan gizinya cukup bagus, sekaligus dapat untuk melatih geraham dan membersihkan gigi. Katanya demikian.


Kesukaan anjing dengan tulang dan langgar rupanya memberi pemikiran orang Jawa menghasilkan peribahasa “KAYA ASU REBUTAN BALUNG”, menyerupai anjing berebut tulang,  menggambarkan insan yang langgar untuk duduk kasus yang sepele.

Kalau anjing dapat bicara bahasa manusia, mungkin ia protes: “Lho mas, sampeyan jangan menatap dari sudut pandang manusia, itu tidak adil. Bagiku tulang amat berharga”. Orang-orang yang suka langgar untuk hal-hal sepele (tidak perlu saya beri contoh) pastinya mesti berterimakasih pada anjing. “Lha iya, kau kan tidak tahu urusanku, bagiku hal itu bukan barang sepele”.

Sayang anjing tidak bisa berbahasa manusia, sehingga masih ada peribahasa yang kedua, “REBUTAN BALUNG TANPA ISI”, ada juga yang menyebut MADU BALUNG TANPA ISI, berebut sesuatu yang tidak ada harganya. Seolah memberi penegasan bahwa tulang itu tidak ada apa-apanya. Setelah direbus, disedot sumsumnya dan dikupas daging-daging yang tersisa, mau diapakan lagi jikalau tidak dibuang atau diberikan anjing? Sementara menurut anjing, tulang masih amat bermanfaat. Minimal ada zat kapurnya, sekaligus untuk menggosok dan mengasah gigi.

Anjing cuma dapat menggerutu. “Manusia memang suka menjaga sudut pandangnya sendiri, makanya dunia insan sarat pertikaian. Padahal kau berteori mengenai win-win solution, nyatanya .....”

Gerutunya terhenti dikala seekor anjing kecil lari terbirit-birit sekaligus menangis terkaing-kaing karena tulangnya direbut oleh anjing yang lebih besar. Lahirlah peribahasa yang ke tiga: “ASU GEDHE MENANG KERAHE”, (Kerah: Berkelahi).  Si anjing tersenyum (seperti apa ya senyum anjing): “Nah, kali ini anda betul, Mas. Yang lebih gede senantiasa menang. Dan itu berlaku di dunia kita, tergolong sampeyan juga lho .... jangan ingkar” (IwMM).

Related : Tiga Peribahasa Dengan Asu

0 Komentar untuk "Tiga Peribahasa Dengan Asu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)