Tahukah anda bahwa instruksi gerobak barang sejak masa SS sampai dikala ini belum banyak mengalami perubahan, bahkan keadaan fisiknya-pun relatif sama seumpama dulu. Hal ini sanggup dilihat pada keterangan berikut foto-foto di bawah ini :
*Gerbong “G” (Gesloten) untuk menampung barang dan pintunya sanggup ditutup.
*Gerbong “K” untuk menampung benda cair.
*Gerbong “P” (Plaat) untuk menampung barang yang bentuknya panjang.
*Gerbong “T” untuk menampung materi bangunan yang atapnya sanggup ditutup.
*Gerbong “V” (Vee) untuk menampung ternak.
*Gerbong “Y” untuk menampung materi bangunan tetapi tanpa atap alias terbuka.
*Gerbong “Z” (Zand) untuk menampung pasir / bebatuan.
Note:
Masing-masing instruksi dibentuk menjadi ganda jika gerbongnya memiliki 2 gandar dalam satu bogie, umpamanya “PP”, “KK”.
Berikut ini beberapa foto yang sanggup memperjelas fisik dari instruksi gerbong tersebut :
1. Kode “G”
GW pengangkut semen yang sedang berada di sekeliling Roundhouse, Yogyakarta.
GL yang lazim memuat pupuk, tetapi kini digunakan untuk menyimpan drum-drum oli diloka pada dipo Jatinegara.
GR yang digunakan untuk memuat semen di Kutoarjo.
GR pengangkut pupuk di dalam bangunan Roundhouse.
GWru dengan tiga gandar yang digunakan untuk memuat semen di Banyuwangi, dimana dikala ini gerbong dengan tiga gandar tersebut telah menjadi barang langka.
GGW yang lazimnya digunakan untuk transportasi barang cepat sedang di Cikampek.
GGW khusus untuk PT Pusri yang sedang bongkar muat di Purwokerto Timur.
2. Kode “K”
KKBW kosongan di Pekalongan lazimnya memuat kerikil balas / kricak.
KKBW kosongan di Tanjung Karang yang mau mengambil batubara.
KKRU pengangkut BBM di Cilacap.
KKW pengangkut BBM di Tegal.
KR yang lazimnya menjinjing avtur sedang di Kutoarjo.
3. Kode “P”
PPCW yang memiliki dua model, yakni dengan permukaan berupa rangka (khusus transportasi kontainer) dan permukaan datar sarat (lebih variatif muatannnya) seumpama pada lanjutan foto di bawah ini:
PPCW yang diisi oleh muatan kontainer di Pasoso.
PPCW yang diangkut oleh batangan rel kereta api di Sentolo.
4. Kode “T”
TTW kosongan di Madiun
5. Kode “V”
VW kosongan di sekeliling Cipinang, menjelang momentum terakhir dinasnya sebelum segalanya dirucat.
6. Kode “Y”
YW sedang memuat kricak di Bangil.
YYW yang berisi pasir kwarsa di Gumilir.
7. Kode “Z”
ZZOW kosongan yang sedang menunggu tugasnya di Merak.
Selain instruksi tersebut, ada juga instruksi satu abjad yang terdapat di belakangnya. Satu abjad ini merupakan menyediakan metode pengereman (abar) yang digunakan pada gerbong tersebut. Berikut ini beberapa umpamanya ;
“W” : gerbong tersebut dilengkapi dengan perlengkapan rem udara tekan.
“R” : gerbong tersebut dilengkapi dengan perlengkapan abar tangan.
“L” : gerbong tersebut menggunakan abar hampa dan abar tangan.
Walaupun secara teori telah ada ketentuan penggunaan untuk apakah nantinya gerbong tersebut akan diisi, tetapi pada kenyataannya isi dari gerbong tersebut sanggup saja berlainan dari yang telah ditetapkan.
Demikian atas sedikit pencerahannya. Terimakasih.
*Gerbong “G” (Gesloten) untuk menampung barang dan pintunya sanggup ditutup.
*Gerbong “K” untuk menampung benda cair.
*Gerbong “P” (Plaat) untuk menampung barang yang bentuknya panjang.
*Gerbong “T” untuk menampung materi bangunan yang atapnya sanggup ditutup.
*Gerbong “V” (Vee) untuk menampung ternak.
*Gerbong “Y” untuk menampung materi bangunan tetapi tanpa atap alias terbuka.
*Gerbong “Z” (Zand) untuk menampung pasir / bebatuan.
Note:
Masing-masing instruksi dibentuk menjadi ganda jika gerbongnya memiliki 2 gandar dalam satu bogie, umpamanya “PP”, “KK”.
Berikut ini beberapa foto yang sanggup memperjelas fisik dari instruksi gerbong tersebut :
1. Kode “G”
GW pengangkut semen yang sedang berada di sekeliling Roundhouse, Yogyakarta.
GL yang lazim memuat pupuk, tetapi kini digunakan untuk menyimpan drum-drum oli diloka pada dipo Jatinegara.
GR yang digunakan untuk memuat semen di Kutoarjo.
GR pengangkut pupuk di dalam bangunan Roundhouse.
GWru dengan tiga gandar yang digunakan untuk memuat semen di Banyuwangi, dimana dikala ini gerbong dengan tiga gandar tersebut telah menjadi barang langka.
GGW yang lazimnya digunakan untuk transportasi barang cepat sedang di Cikampek.
GGW khusus untuk PT Pusri yang sedang bongkar muat di Purwokerto Timur.
2. Kode “K”
KKBW kosongan di Pekalongan lazimnya memuat kerikil balas / kricak.
KKBW kosongan di Tanjung Karang yang mau mengambil batubara.
KKRU pengangkut BBM di Cilacap.
KKW pengangkut BBM di Tegal.
KR yang lazimnya menjinjing avtur sedang di Kutoarjo.
3. Kode “P”
PPCW yang memiliki dua model, yakni dengan permukaan berupa rangka (khusus transportasi kontainer) dan permukaan datar sarat (lebih variatif muatannnya) seumpama pada lanjutan foto di bawah ini:
PPCW yang diisi oleh muatan kontainer di Pasoso.
PPCW yang diangkut oleh batangan rel kereta api di Sentolo.
4. Kode “T”
TTW kosongan di Madiun
5. Kode “V”
VW kosongan di sekeliling Cipinang, menjelang momentum terakhir dinasnya sebelum segalanya dirucat.
6. Kode “Y”
YW sedang memuat kricak di Bangil.
YYW yang berisi pasir kwarsa di Gumilir.
7. Kode “Z”
ZZOW kosongan yang sedang menunggu tugasnya di Merak.
Selain instruksi tersebut, ada juga instruksi satu abjad yang terdapat di belakangnya. Satu abjad ini merupakan menyediakan metode pengereman (abar) yang digunakan pada gerbong tersebut. Berikut ini beberapa umpamanya ;
“W” : gerbong tersebut dilengkapi dengan perlengkapan rem udara tekan.
“R” : gerbong tersebut dilengkapi dengan perlengkapan abar tangan.
“L” : gerbong tersebut menggunakan abar hampa dan abar tangan.
Walaupun secara teori telah ada ketentuan penggunaan untuk apakah nantinya gerbong tersebut akan diisi, tetapi pada kenyataannya isi dari gerbong tersebut sanggup saja berlainan dari yang telah ditetapkan.
Demikian atas sedikit pencerahannya. Terimakasih.
0 Komentar untuk "Wagon Code"