SALAH satu pelajaran paling mendalam yang Saya ajarkan ialah: “Anak-anak mendengar dengan mata mereka, tidak dengan indera pendengaran mereka.”
Jika Anda menasihati anak Anda tentang ancaman merokok, sementara Anda memegang rokok di tangan Anda, ucapan Anda tidak akan besar lengan berkuasa apa-apa, terlepas dari seberapa benarnya. Anak Anda akan menyaksikan apa yang ada di tangan Anda dan mengambil pelajaran dari itu, mengabaikan apapun yang Anda katakan.
Dengan cara yang sama, argumentasi mengapa anak Anda mungkin tidak acuh wacana al-Quran walaupun Anda menenteng mereka ke 5 sekolah Islam berlawanan merupakan alasannya merupakan Anda sendiri tidak tahu cara membacanya, tidak pula Anda melaksanakan upaya aktif untuk melakukannya. Kemunafikan tidak akan hilang dari anak-anak. Tidak akan pernah.
Bahkan bila mereka belajar bagaimana secara fisik membaca, menulis, dan menghafalkan, itu tidak menembus hati mereka.
Di segi lain, saya mengenal beberapa orang renta yang membaca dan menghafalkan Alquran saban hari selaku bab dari pola hidup mereka, dan anak-anak mereka (yang gres saja belajar berjalan) berusaha membaca Alquran tanpa pernah disuruh. Anak-anak mereka di anak-anak 10 tahun sudah menghafal sebagian besar Alquran tanpa pernah dipaksa.
Apakah Anda suka atau tidak, Anda merupakan role versi paling besar mereka dalam setiap hal yang Anda lakukan, secara sadar dan tidak sadar.
Ini tidak hanya berlaku pada anak-anak. Beginilah cara kerja manusia. Anda menyaksikan beberapa orang –baik bos, ayah, atau orang tua– berteriak dan menjerit demi penghormataan yang jadinya tidak mereka dapatkan, sementara Anda juga menyaksikan orang lain mendapat rasa hormat tanpa pernah mereka meminta atau menuntut. Itu alasannya merupakan mereka mempraktekkan apa yang mereka nasihatkan.
Sulit mengeluh pada atasan Anda wacana tiba ke kantor pada jam 9 pagi dikala Anda menyaksikan beliau tiba pada jam 8 pagi. Sulit memberi tahu ayah Anda mengapa membaca 1 jus sehari terlampau banyak dikala beliau membaca 2 jus sehari.
Bahkan, kian Anda menunjukan pesan yang tersirat Anda lewat tindakan, Anda tidak akan banyak bicara. Ketika kawan Anda menyaksikan bagaimana Anda memaafkan seseorang yang tidak pantas dimaafkan, itu merupakan pelajaran hidup mereka, tanpa satu patah katapun dikeluarkan. Ketika mereka menjadi seseorang yang lebih besar, mereka tidak perlu tiba ke Anda untuk meminta nasihat; Anda sudah menasihati mereka lebih dalam dari pada kata-kata Anda.
Aisyah (semoga Allah merahmatinya) menggambarkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam selaku al-Quran berjalan. Itulah mengapa para kawan memujanya.
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam shalat dengan sungguh usang sampai kakinya membengkak, Aisyah mengajukan pertanyaan mengapa beliau melakukannya padahal dosanya di masa lalu dan masa depan sudah dimaafkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menjawab, “bukankah semestinya Aku menjadi budak yang bersyukur?
Ketika para kawan membangun parit dan memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam betapa laparnya mereka, menyampaikan padanya watu yang mereka ikat di perut mereka untuk menahan lapar, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengangkat bajunya dan memamerkan pada mereka dua watu yang beliau ikat di perutnya. Para kawan kemudian kembali bekerja.
Dialah merupakan lelaki yang tidur di kasur keras yang bahkan meninggalkan bekas luka di punggungnya. Ketika beliau menyampaikan pada para kawan untuk beribadah pada malam dan tidur sedikit, tidak ada satupun pertanyaan ditanyakan.
Jangan mengeluh wacana anak, pasangan, murid, atau karyawan Anda dikala solusinya tidak didapatkan lewat langkah-langkah Anda sendiri.*
______
Artikel ditulis oleh Salah Sharief dari Ilmfeed diterjemahkan Nashirul Haq AR yang kami kutip dari laman Hidayatullah.com Sumber https://www.parentnial.com/
Jika Anda menasihati anak Anda tentang ancaman merokok, sementara Anda memegang rokok di tangan Anda, ucapan Anda tidak akan besar lengan berkuasa apa-apa, terlepas dari seberapa benarnya. Anak Anda akan menyaksikan apa yang ada di tangan Anda dan mengambil pelajaran dari itu, mengabaikan apapun yang Anda katakan.
Ilustrasi/ source: Unplash |
Dengan cara yang sama, argumentasi mengapa anak Anda mungkin tidak acuh wacana al-Quran walaupun Anda menenteng mereka ke 5 sekolah Islam berlawanan merupakan alasannya merupakan Anda sendiri tidak tahu cara membacanya, tidak pula Anda melaksanakan upaya aktif untuk melakukannya. Kemunafikan tidak akan hilang dari anak-anak. Tidak akan pernah.
Bahkan bila mereka belajar bagaimana secara fisik membaca, menulis, dan menghafalkan, itu tidak menembus hati mereka.
Di segi lain, saya mengenal beberapa orang renta yang membaca dan menghafalkan Alquran saban hari selaku bab dari pola hidup mereka, dan anak-anak mereka (yang gres saja belajar berjalan) berusaha membaca Alquran tanpa pernah disuruh. Anak-anak mereka di anak-anak 10 tahun sudah menghafal sebagian besar Alquran tanpa pernah dipaksa.
Apakah Anda suka atau tidak, Anda merupakan role versi paling besar mereka dalam setiap hal yang Anda lakukan, secara sadar dan tidak sadar.
Ini tidak hanya berlaku pada anak-anak. Beginilah cara kerja manusia. Anda menyaksikan beberapa orang –baik bos, ayah, atau orang tua– berteriak dan menjerit demi penghormataan yang jadinya tidak mereka dapatkan, sementara Anda juga menyaksikan orang lain mendapat rasa hormat tanpa pernah mereka meminta atau menuntut. Itu alasannya merupakan mereka mempraktekkan apa yang mereka nasihatkan.
Sulit mengeluh pada atasan Anda wacana tiba ke kantor pada jam 9 pagi dikala Anda menyaksikan beliau tiba pada jam 8 pagi. Sulit memberi tahu ayah Anda mengapa membaca 1 jus sehari terlampau banyak dikala beliau membaca 2 jus sehari.
Bahkan, kian Anda menunjukan pesan yang tersirat Anda lewat tindakan, Anda tidak akan banyak bicara. Ketika kawan Anda menyaksikan bagaimana Anda memaafkan seseorang yang tidak pantas dimaafkan, itu merupakan pelajaran hidup mereka, tanpa satu patah katapun dikeluarkan. Ketika mereka menjadi seseorang yang lebih besar, mereka tidak perlu tiba ke Anda untuk meminta nasihat; Anda sudah menasihati mereka lebih dalam dari pada kata-kata Anda.
Aisyah (semoga Allah merahmatinya) menggambarkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam selaku al-Quran berjalan. Itulah mengapa para kawan memujanya.
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam shalat dengan sungguh usang sampai kakinya membengkak, Aisyah mengajukan pertanyaan mengapa beliau melakukannya padahal dosanya di masa lalu dan masa depan sudah dimaafkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menjawab, “bukankah semestinya Aku menjadi budak yang bersyukur?
Ketika para kawan membangun parit dan memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam betapa laparnya mereka, menyampaikan padanya watu yang mereka ikat di perut mereka untuk menahan lapar, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengangkat bajunya dan memamerkan pada mereka dua watu yang beliau ikat di perutnya. Para kawan kemudian kembali bekerja.
Dialah merupakan lelaki yang tidur di kasur keras yang bahkan meninggalkan bekas luka di punggungnya. Ketika beliau menyampaikan pada para kawan untuk beribadah pada malam dan tidur sedikit, tidak ada satupun pertanyaan ditanyakan.
Jangan mengeluh wacana anak, pasangan, murid, atau karyawan Anda dikala solusinya tidak didapatkan lewat langkah-langkah Anda sendiri.*
______
Artikel ditulis oleh Salah Sharief dari Ilmfeed diterjemahkan Nashirul Haq AR yang kami kutip dari laman Hidayatullah.com Sumber https://www.parentnial.com/
0 Komentar untuk "Anak-Anak Mendengar Dengan Mata, Tidak Dengan Indera Pendengaran Mereka"