Kebahagiaan Sang Ibu Dan Merespon Sindrom Sibling Rivalry

HARI ini usia abang 2 tahun 6 bulan dan adik setahun beberapa hari. Kakak telah tanpa gangguan ngomong. Dulu waktu belum sanggup bicara tidak sabar rasanya menanti kapan verbal mungilnya mengundang “ummi”.

Sekarang, untuk satu undangan saja panggilan “ummi” terulang hingga berkali kali. Tentunya dengan nada yang bervariasi. Jika masih sekali hingga 3 kali masih datar namun kalau telah melalui dari angka tersebut iramanya mulai menaik ditambah dengan embel embel di belakngnya “ummi loh…”.

Nak, ummi bukannya gak respek tetapi suka dengan kelucuan dan sikapmu yang menggemaskan. Izinkan ummi menikmati masa masa berkembang kembangmu tergolong moment di saat dirimu memnggil “ummi” dengan panggilan khasmu.

Sore tadi di saat asyik main di kaki lima teras rumah. Matanya tertuju ke rak sepatu, menyaksikan sepatunya tak nongol di rak mulailah ia berkicau “mi sepatu mana?”. "Ummi gak liat sayang, mungkin jatuh".
"Jatuh oh jatuh…" tidak usang kemudian, "Mi, sepatu mana?” Pertanyaan yang serupa terulang ulang hingga puluhan kali.

Anak kecil memang sungguh menikmati proses pembelajarannya tanpa bosan. Yang gila kita selaku orangtua yang kerap kali jenuh dengan beragam pertanyaan dari anak yang senantiasa diucapkan berulang-ulang.

Tentang si adik. Sudah beberapa hari terakhir ia sakit. Batuk pilek dan hari ini yaitu hari ke 5. Sebenarnya si adik telah sanggup bermain  sama kakak, tetapi keadaan tubuhnya yang belum begitu pulih menyebabkan ia agak rewel, dan betah banget dalam dekapan umminya.

Jarak usia yang terpaut begitu bersahabat kadang menumbuhkan sindrom sibling rivalry antara keduanya. Saling berebut perhatian dari abah umminya.

Dulu di saat mengandung adik menjelang persalinan saya dan suami senantiasa memancing abang untuk mencar ilmu menemukan eksistensi adiknya. Saat itu abang belum sanggup ngomong banyak, masih sebatas sanggup manggil ummi dan abahnya. Ketika diminta untuk “sayang adik” serta merta ia memeluk perut umminya selaku ekspresi kalau ia sayang adiknya.

Waktu itu ia pasti saja sama sekali belum paham apa itu adik dan kenapa saya mesti menyayanginya. Waktu berlangsung dan sekarang coletah keduanya benar benar menjadi sumber kebahagiaan kami. Ya mereka anak anakku.

Kadang ada rasa kurang sabar menghadapi mereka di saat dihadapkan dengan kerewelan dan undangan yang bersamaan, mengeluh rasanya bukan penyelesaian yang tepat, tetapi kadang kala terjadi juga. orangtua utamanya ibu memang mesti mencar ilmu lagi dan terus mengasah diri biar sanggup lebih remaja menjadi orang tua.

Dariku, seseorang ibu yang masih lebih banyak ngeluh dari sabarnya, masih banyak kurangnya, dan masih butuh mencar ilmu lagi dan lagi.*
Sumber https://www.parentnial.com/

Related : Kebahagiaan Sang Ibu Dan Merespon Sindrom Sibling Rivalry

0 Komentar untuk "Kebahagiaan Sang Ibu Dan Merespon Sindrom Sibling Rivalry"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)