Oleh Nurfaizah |
JANGAN pernah menyepelekan kata kata. Kata kata itu mengandung kekuatan. Ada film pendek menawan wacana bagaimana kuatnya efek suatu kata kata (the power of word) di sini.
Di pundak jalan di suatu sentra keramaian, duduk seorang yang renta renta. Pakaiannya lusuh. Beralaskan kardus, ia mengadu nasib dengan duduk mengemis.
Pengemis renta dan beruban ini matanya buta. Kondisinya yang tunanetra itu semakin memperbesar lelah kehidupannya. Dia nampak sungguh memprihatinkan.
Namun, telah usang ia duduk di situ, cuma segelintir orang yang menyisakan uangnya. Di sampingnya tertera suatu goresan pena di selembar kardus yang memastikan keadaan perih pak tua; I'm blind, please help!.
Tak berapa usang kemudian, melintas seorang wanita. Ia berhenti dan sejenak nampak memperhatikan goresan pena di kardus wilayah orang-orang melemparkan koin sumbangan untuk pak tua.
Wanita berkacamata ini lantas menghampiri wilayah pak renta duduk. Sambil berdiri, ia kemudian mengambil kertas berbahan kardus itu dan terlihat menulis sesuatu. Pak renta sempat menjamah sepatu perempuan tersebut untuk menentukan siapa gerangan yang datang.
Wanita itu lantas kembali menaruh kardus yang gres ditulisinya tersebut kemudian pergi. Apa yang terjadi kemudian?
Tidak berapa usang kemduan. Tiba tiba saja pak renta buta itu ketiban banyak rejeki hari itu. Semua orang yang melintas memamerkan koin. Orang berlalu lalang nampak berebut memamerkan duit mereka. Pak renta hingga kerumitan memungut koin yang diterimanya hari itu.
Pertanyaannya, kenapa sikap orang tiba tiba berubah dari yang sebelumnya enggan menyisakan duit mereka menjadi sungguh pemurah memamerkan duit mereka untuk pak tua?
Jawabannya, ada pada kata-kata. Itulah energi dari suatu kalimat yang dapat menggerakkan. Ternyata si perempuan yang melintas tadi menulis begini; Its a Beautifull Day and I Can't See It!.
Keajaiban Kata
Kisah di atas cuma selaku citra betapa kata kata sangatlah bepengaruh terhadap apapun tergolong terhadap anak anak kita.
Jika kata-kata bisa sungguh kokoh terhadap orang cukup umur yang melintas di jalan-jalan di tengah hiruk pikuk tadi, maka demikianlah pula efek kata yang kita ucapkan terhadap anak anak kita.
Kata layaknya suatu balada kemudian kemudian melahirkan paradigma. Jika kata kata tersebut positif maka akan berefek positif pula. Sebaliknya, bila bermuatan negatif, maka ia akan mengalirkan energi negatif yang punya daya rusak luar biasa.
Kata kata juga sanggup membentuk huruf anak, sebab itu ia penting dimengerti mudah-mudahan termanifestasi dengan baik sejak dini. Karena begitu ajaibnya kata kata maka ia tak boleh terucapkan asal asalan.
Empati anak juga bisa berkembang sejak dini dari pengajaran kata-kata. Perilaku yang bermoral bisa diawali dari tiga kata aneh yang ditanamkan sejak dini terhadap anak. Tiga kata aneh itu adalah: Maaf, Tolong dan Terimakasih.
Bagi orang cukup umur kata-kata ini mungkin dianggap sepele sebab telah sering terlontar. Namun tidak siapa pun menyadari betapa dahsyatnya kekuatan dari 3 kata aneh ini.
Yang pertama yaitu kata “maaf”. Biasanya seseorang mengucapkan kata maaf cuma di saat mereka menyadari kesalahan yang mereka perbuat. Kemudian, kata “tolong” akan diucapkan di saat seseorang memerlukan pertolongan yang amat sungguh mendesak. Kata yang ketiga merupakan “terimakasih”, kata ini akan digunakan seseorang di saat mendapat pertolongan atau bantuan.
Konklusi dari tiga kata aneh di atas mungkin kita ketahui simplistik, padahal bergotong-royong ia memiliki kedalaman dan keluasan makna. Bandingkan dua kalimat ini, misalnya; “Ambilkan penaku di atas meja!” dan “Maaf, tolong ambilkan pena ku di atas meja ya".
Lebih santun yang mana menurut Anda?
Saat kita memulai suatu perintah dengan kata maaf, kemudian sebab menyadari kita memerlukan pertolongan orang, maka kita perlu mengucapkan kata tolong. Dan, bila dua kata itu telah diucapkan maka lengkapi dengan kata terimakasih.
Mungkin bagi sesama orang cukup umur mengucapkan kalimat aneh ini yaitu hal biasa. Tapi, pernah terbayang gak sih bila anak usia dini yang meminta sesuatu terhadap orang yang lebih cukup umur darinya dengan kalimat yang pertama?
Pasti kurang sopan, bukan? Terus kebayang gak sih bila anak sudah biasa dengan kalimat yang pertama tanpa ucapan 3 kata aneh itu kemudian ia pakai untuk berucap pada orang tuanya, gurunya, bahkan pada orang yang lebih cukup umur dan terpandang di lingkungannya?
Yakinkah bila ia akan dicap selaku orang yang bermoral?
Moral Anak
Jean Piaget menyebutkan pertumbuhan moral terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan heteronomous morality (usia 5-10 tahun). Pada tahap pertumbuhan moral ini anak belum sanggup menalar terhadap peraturan.
Pada tahap pertama itu anak juga menatap aturan-aturan selaku otoritas yang dimiliki oleh Tuhan, orang renta dan guru yang tidak dapat dirubah serta wajib untuk dipatuhi sebaik-baiknya.
Tahap kedua yaitu tahap autonomous morality atau morality of cooperation (usia 10 tahun ke atas). Pada tahap ini anak telah mulai memiliki persepsi yang berlawanan terhadap langkah-langkah moral dan pada tahap berikutnya anak berupaya menangani pertentangan dengan cara yang paling menguntungkan.
Bukan hal yang asing bagi kita bahwa anak memang yaitu peniru ulung. Mereka akan memalsukan apapun yang ada di sekitarnya dan apapun yang dilihatnya
Mengacu pada saran Jean Piaget di atas wacana anak usia dini yang berada dalam tahap pertumbuhan moral anak, hal itu akan membuat lebih gampang kita untuk menanamkan nilai moralitas dengan 3 kata aneh dalam berbicara.
Oleh sebab itu, penanaman moral dimulai dari keluarga yang membudayakan tiga kata aneh tersebut baik terhadap sesama anggota keluarga dan apalagi lagi terhadap anak di saat berinteraksi.
Pembiasaan sejak dini akan menjadi habit yang mendarah daging dalam diri anak dengan kepribadian yang bermoral di saat dimanapun dan kapanpun serta akan membuat lebih gampang anak untuk dapat diterima di lingkungannya dengan baik.
Berbicara wacana moral pada anak usia dini tidak cuma sebatas teori semata, melainkan dikehendaki seorang figur yang dapat menyodorkan dengan nuansa yang menyenangkan.
Sehingga anak usia dini akan mengenal dan mengerti tingkah laris yang cocok dengan hukum yang berlaku. Istilah moral senantiasa dikaitkan dengan suatu kebiasaan, hukum serta tatacara yang bagus dalam setiap hal.
Perkembangan moral pada anak usia dini merupakan pertumbuhan sikap anak dari yang kurang baik menjadi lebih baik yang kemudian lambat laun akan menjadi kepribadian anak dimasa mendatang.
Untuk itulah, mengingat pentingnya pendidikan moral bagi anak maka telah menjadi keharusan bareng baik dari pihak keluarga, sekolah dan juga penduduk untuk mengajarkan sikap yang bermoral atau beradab.
*)NURFAIZAH, S.PD, penulis yaitu mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Program Magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
0 Komentar untuk "Menyelami Kembali 3 Kata Abnormal Pengubah Huruf Anak"