Otherside Of Malang Railway Station

Jika kita pergi ke kota Malang dari Jakarta dengan menggunakan kereta api, maka pastinya kita akan mengingat ada dua macam rangkaian kereta yang mau menuju ke kota tersebut, yakni KA Matarmaja untuk kelas ekonomi, dan KA Gajayana untuk kelas direktur (dahulu ada kelas bisnis yang menyatu dengan rangkaian KA Matarmaja).

Namun jikalau kita amati lebih lanjut tentang rangkaian KA Gajayana ini, ada hal yang sungguh menggelitik di hati saya, yakni tentang gerbong BP dari rangkaian itu sendiri. Kusamnya gerbong BP yang hingga dikala ini, pastinya menjadi ciri khas dari rangkaian Gajayana, menyerupai terlihat pada foto berikut, dimana rangkaian kereta Gajayana sedang stabling di stasiun malang dan di dipo kereta, Jakarta.



Berputar-putar di sekeliling stasiun Malang ini memang sungguh mengasyikkan, ditambah tiupan angin yang hambar dengan cuaca yang agak berawan menghasilkan udara menjadi tidak terlampau panas, yang ialah ciri khas dari kota Malang itu sendiri. Dan membikin betah untuk berlama-lama disana.




Dan tak usang kemudian datanglah KA BBM yang dengan cuma menjinjing tiga gerbong KKW saja.







Sampai dikala saya menulis wacana stasiun ini, di Malang yakni ialah stasiun besar yang masih menggunakan sinyal mekanik. Cukup menawan memang, dengan jumlah sepur yang cukup banyak, perpindahan wesel masih dijalankan oleh otot-otot manusia. Entah hingga kapan metode sinyal mekanik ini masih akan terus digunakan di stasiun Malang.



Sekitar pukul 12.30, datanglah rangkaian KA Malang Ekspres (Maleks) dari Surabaya, dengan menjinjing K2 sebanyak 5 kereta.







Dan tak berapa usang setelah berhenti di stasiun, lokomotif KA Malang Ekspres pun dengan seri CC 204 08 dilangsir kembali untuk pindah posisi ke arah Surabaya untuk menawan rangkaian yang sama.





Kemudian sekitar pukul 13.00 KA Malang Ekspres siap diberangkatkan kembali menuju stasiun Surabaya Gubeng.