Pada di saat gres dilantik menjadi Khalifah, diberikanlah terhadap dia pemberian sebagaimana yang sudah di menetapkan oleh khalifah sebelumnya, Abu bakar assidiq r.a. Kebetulan di di saat permulaan pemerintahannya harga-harga kebutuhan pokok di pasar-pasar mulai merangkai naik.
Saat itulah para tokoh dari kaum muhajirin mirip Usman r.a , Ali r.a, Thalhah dan Zubair berkumpul untuk mengerjakan musyawarah perihal hal ini untuk menyesuaikan pemberian Khalifah Umar r.a.
Salah seorang dari mereka menyediakan ajuan mudah-mudahan menyediakan peningkatan pemberian untuk Khalifah Umar r.a. mereka berharap ajuan ini dierima oleh Khalifah.
Setelah ajuan ini disepakati oleh yang hadir, berangkatlah mereka untuk menemui khalifah.
Ditengah jalan, kawan dekat Usman r.a berkata: “Sebaiknya ajuan kita ini jangan eksklusif disampaikan terhadap khalifah Umar, lebih baik kita beri arahan dahulu terhadap putriya, Hafsah. Sebab saya kalut umar akan murka terhadap kita”.
Lalu disampaikanlah ajuan itu terhadap hafsah,dan mereka meminta Hafsah untuk tidak menyebutkan nama seorangpun dari mereka dalam hal tersebut“. Jika dia berkenan barulah kami yang mau tiba menemuinya untuk menyodorkan ajuan ini “ kata mereka.
Selanjutnya Hafsah meminta nasehat pada ayahnya, apabila ada seseorang yang mengajukan ajuan mudah-mudahan pemberian untuk khalifah di naikan. Mendengar itu khalifah Umar r.a murka, “Siapa yang mengajari engkau untuk menayakan ajuan tersebut ?“.
Hafsah menjawab: “Saya tidak akan mengumumkan nama mereka sebelum ayah menyediakan nasehat wacana ajuan ini“.
Kemudian Umar kembali berkata “ Demi Allah, seandainya saya tahu siapa orang yang mengajukan ajuan tersebut, saya niscaya akan menghantam wajahnya”.
Setelah itu Khalifah kembali mengajukan pertanyaan terhadap Hafsah, di saat masih mendampingi Rosullulah Muhammad SAW selaku istrinya, “Demi Allah, di saat rosullullah masih hidup, bagaimanakah busana yang dimiliki oleh dia dirumahnya?“
Hafsah menjawab: “Dirumahnya dia cuma memiliki dua helai pakaian, satu untuk dipakai menemukan tamu dan satunya lagi untuk dipakai sehari-hari “.
“Bagaimana masakan yang dimiliki rosul ?” Tanya Umar lagi.
Jawab Hafsah, “ dia senantiasa makan dengan roti yang antusias dan minyak samin”.
Kembali Umar bertanya: “Adakah rosul memiliki kasur dirumahnya ?“
“ Tidak, dia cuma memiliki selimut tebal yang dipakai untuk ganjal tidur di viral panas. Jika viral hambar tiba separuhnya kami selimutkan ditubuh, separuhnya lagi dipakai untuk ganjal tidur “ jawab Hafsah.
Lalu Umar berkata pada anaknya, Hafsah: “Hafsah, katakanlah terhadap mereka, bahwa rosullullah saw senantiasa hidup sederhana. Kelebihan hartanya senantiasa dia bagikan terhadap mereka yang berhak. Oleh karenanya, saya pun akan mengikuti jejak beliau.
Perumpamaanku dengan sahabatku, yakni Rosullullah dan Abu bakar yakni menyerupai tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang dari ketiganya sudah hingga tujuan, sedang yang kedua menyusul dibelakangnya, sehabis keduanya hingga yang ketiganyapun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yang terdahulu.
Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan hingga ditempat maksudnya dan bergabung dengan kedua kawannya yang sudah tiba lebih dahulu. Namun, apabila ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan berjumpa dengan kedua kawannya itu di alam abadi “.
( sumber : tarikh ath-thabari/164)
0 Komentar untuk "Keteladanan Sang Umar Bin Khattab"