D. Penguatan Pendidikan Karakter lewat Pembelajaran
Penumbuhan akal pekerti secara terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran berjalan baik di dalam maupun di luar kelas. Selama proses pembelajaran, siswa berinteraksi dengan bahan ajar, dengan guru, dan antar sesama siswa lewat berbagai aktivitas belajar. Melalui interaksi dengan substansi materi ajar, siswa memperoleh pengetahuan wacana nilai (moral knowing). Sementara itu, lewat interaksinya dengan guru dan sesama siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran, para siswa akan menerima pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang bagus lebih mendalam dan meresapi pentingnya nilai-nilai (moral feeling) serta berkembang sikap sehari-hari yang dilandasi oleh nilai-nilai akal pekerti yang bagus tersebut (moral action).
Proses pembelajaran yang menumbuhkan akal pekerti perlu dirancang dengan cermat, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan dievaluasi terus-menerus secara menyeluruh. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mesti dengan sengaja dirancang untuk pembelajaran yang tidak cuma memunculkan siswa menerima pengetahuan dan keterampilan, namun juga yang menumbuhkan akal pekerti.
Selanjutnya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menantang dan menggembirakan yang sudah dirancang dalam RPP dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Akhirnya pertumbuhan akal pekerti siswa diikuti dan difasilitasi terus-menerus sampai secara konsisten menampilkan budi pekerti yang dilandasi oleh nilai-nilai moral yang baik.
1. Merencanakan pembelajaran untuk penguatan akal pekerti
Setiap pembelajaran mengharapkan penyusunan rencana yang bagus yang dituangkan dalam bentuk silabus dan RPP (termasuk materi bimbing dan media pembelajaran). Pada Kurikulum Merdeka silabus disiapkan oleh pemerintah dan RPP disusun oleh guru.
a. Silabus
Silabus untuk pembelajaran pada Kurikulum Merdeka sudah disusun oleh pemerintah. Silabus tersebut merupakan penyusunan rencana pembelajaran yang menampung KI-1, KI-2, KI-3, KI-4, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Apabila didapatkan bahwa silabus belum menampung perencanaan penumbuhan akal pekerti secara memadai, guru sanggup menyempurnakannya dengan aneka macam macam cara, antara lain:
1) menambah, merevisi, dan/atau merubah materi pembelajaran;
2) menambah, merevisi, dan/atau merubah kegiatan pembelajaran;
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2023. Menurut peraturan menteri tersebut, RPP tediri atas komponen (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pen capaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Untuk menumbuhkan akal pekerti, RPP perlu menampung antara lain:
1) KD sikap, baik spiritual maupun sosial (untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn);
2) Indikator pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial (untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn);
3) Kegiatan pembelajaran yang efektif membuatkan pengetahuan dan kemampuan siswa namun sekaligus menumbuhkan karakter;
4) Teknik penilaian untuk mengawasi pertumbuhan karakter siswa.
c. Bahan Ajar
Bahan/buku bimbing merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang bergotong-royong terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan mengikuti urutan penyuguhan dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku bimbing apa adanya, tanpa melakukan adaptasi.
Pemerintah sudah menyiapkan materi bimbing untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut sudah menyanggupi sejumlah kriteria kelayakan (yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika), bahan-bahan bimbing tidak senantiasa secara mencukupi mengintegrasikan penumbuhan akal pekerti di dalamnya. Oleh alasannya merupakan itu, sejalan dengan apa yang sudah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan penumbuhan akal pekerti, materi bimbing perlu disesuaikan pada bagian-bagian tertentu.
Bahan bimbing biasanya berbasis aktivitas/kegiatan (task). Sebuah aktivitas/- kegiatan belajar, baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen, yaitu:
Dengan demikian, pembiasaan kegiatan berguru untuk penumbuhan budi pekerti menyangkut komponen-komponen tersebut. Secara umum, aktivitas/kegiatan berguru yang berpeluang sanggup menumbuhkan budi pekerti penerima didik menyanggupi tolok ukur berikut:
1) Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan berguru yang menumbuhkan akal pekerti adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak cuma berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan, namun juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu memperbesar orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan berguru dengan pencapaian nilai akal pekerti tertentu, misalnya kejujuran, rasa yakin diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.
2) Input
Input sanggup didefinisikan selaku bahan/rujukan selaku pangkal tolak dilaksanakannya acara berguru oleh penerima didik. Input tersebut sanggup berupa teks mulut maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, video/film, dan sebagainya. Input yang sanggup memperkenalkan nilai-nilai merupakan yang tidak cuma menghidangkan pengetahuan, namun yang juga menguraikan nilai-nilai akal pekerti yang terkait dengan pengetahuan tersebut.
3) Aktivitas
Aktivitas berguru merupakan apa yang ditangani oleh penerima didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input berguru untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas berguru yang sanggup menolong peserta didik menumbuhkan akal pekerti merupakan aktivitas-aktivitas yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Contoh-contoh acara berguru yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, penyajian oleh siswa, dan menjalankan proyek.
4) Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berhubungan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan memunculkan penerima didik terbiasa kerja dengan segera sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kalangan sanggup memunculkan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.
5) Peran Guru
Peran guru dalam kegiatan berguru pada buku bimbing biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit kiprah guru pada umumnya ditulis pada buku isyarat guru. Karena condong dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap peran guru pada pada biasanya kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi tumbuhnya akal pekerti antara lain guru selaku fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip fatwa Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien menumbuhkan akal pekerti merupakan mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan selaku teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan melakukan pekerjaan sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi penerima didik).
6) Peran Peserta Didik
Seperti halnya dengan kiprah guru dalam kegiatan berguru pada buku ajar, kiprah siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit kiprah siswa pada biasanya ditulis pada buku isyarat guru. Karena condong dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap kiprah siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar penerima didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, penerima didik mesti diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Proses pembelajaran di dalam dan luar kelas pada Kurikulum Merdeka meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran diseleksi dan dilaksanakan supaya penerima didik memperoleh pengetahuan wacana nilai, mengerti atau meresapi pentingnya nilai, dan mempraktikkan nilai-nilai karakter. Berikut disajikan bagaimana menumbuhkan akal pekerti pada tahap pendahuluan, inti dan penutup.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, biasanya guru:
Kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti intinya mengikuti sintaks sistem yang dipraktekkan oleh guru. Berikut dihidangkan pola sikap yang ditumbuhkan apabila guru menerapkan pembelajaran dengan metode ilmiah.
1) Mengamati
Pada langkah ini siswa memperhatikan fenomenon dengan indera (mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengecap) dengan atau tanpa alat (untuk mendapatkan masalah/gap of knowledge or skill). Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
2) Menanya
Dalam langkah ini siswa merumuskan pertanyaan berangkat dari masalah (gap of knowledge and/or skill) yang diperoleh dari pengamatan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang melalui kagiatan pada langkah ini sanggup sama dengan pada langkah mengamati, antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
Dalam langkah ini siswa menghimpun informasi/data dengan satu atau lebih teknik yang sesuai, misalnya eksperimen, pengamatan, wawancara, survei, dan membaca dokumen-dokumen. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain ketelitian, kejujuran, kesabaran, dan ketangguhan.
4) Menalar/mengasosiasi
Dalam langkah ini siswa menggunakan informasi/data yang sudah dikumpulkan (dimiliki) untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya dan memukau kesimpulan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, ketelitian, kejujuran, sikap kritis, dan berfikir logis.
5) Mengomunikasikan
Dalam langkah ini siswa menyodorkan balasan atas pertanyaan (kesimpulan) menurut hasil penalaran/asosiasi informasi/data secara mulut dan/atau tertulis. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, rasa yakin diri, kesantunan dalam berkomunikasi, sikap kritis, dan berfikir logis.
6) Mencipta
Dalam langkah ini siswa mencipta dan/atau menginovasi produk, model, pemikiran dengan pengetahuan yang sudah diperoleh. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, inovatif, dan kreatif.
c. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Pertama, guru mesti merupakan seorang versi dalam berperilaku. Dari permulaan sampai selesai pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru mesti merupakan cerminan dari nilai-nilai akal pekerti yang hendak ditumbuhkannya.
Kedua, tunjangan reward terhadap siswa yang memperlihatkan akal pekerti yang diharapkan dan tunjangan perhatian terhadap mereka yang berperilaku dengan nilai-nilai huruf yang tidak dikehendaki. Reward dan perhatian yang dimaksud sanggup berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan perkembangan akal pekerti, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat pertumbuhan akal pekerti yang bagus bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga, mesti disingkirkan olok-olok saat ada siswa yang tiba terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau beropini kurang tepat/relevan. Kebiasaan olok-olok tersebut mesti dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa yakin diri, dan sebagainya.
Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru mesti mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang sudah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan gres kemudian menunjukkan yang belum atau gres mulai berkembang dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, yakin diri, santun, dan sebagainya akan berkembang subur.
Sumber: Panduan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Untuk Sekolah Menengah Pertama Tahun 2023
Penumbuhan akal pekerti secara terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran berjalan baik di dalam maupun di luar kelas. Selama proses pembelajaran, siswa berinteraksi dengan bahan ajar, dengan guru, dan antar sesama siswa lewat berbagai aktivitas belajar. Melalui interaksi dengan substansi materi ajar, siswa memperoleh pengetahuan wacana nilai (moral knowing). Sementara itu, lewat interaksinya dengan guru dan sesama siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran, para siswa akan menerima pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang bagus lebih mendalam dan meresapi pentingnya nilai-nilai (moral feeling) serta berkembang sikap sehari-hari yang dilandasi oleh nilai-nilai akal pekerti yang bagus tersebut (moral action).
Proses pembelajaran yang menumbuhkan akal pekerti perlu dirancang dengan cermat, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan dievaluasi terus-menerus secara menyeluruh. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mesti dengan sengaja dirancang untuk pembelajaran yang tidak cuma memunculkan siswa menerima pengetahuan dan keterampilan, namun juga yang menumbuhkan akal pekerti.
Selanjutnya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menantang dan menggembirakan yang sudah dirancang dalam RPP dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Akhirnya pertumbuhan akal pekerti siswa diikuti dan difasilitasi terus-menerus sampai secara konsisten menampilkan budi pekerti yang dilandasi oleh nilai-nilai moral yang baik.
1. Merencanakan pembelajaran untuk penguatan akal pekerti
Setiap pembelajaran mengharapkan penyusunan rencana yang bagus yang dituangkan dalam bentuk silabus dan RPP (termasuk materi bimbing dan media pembelajaran). Pada Kurikulum Merdeka silabus disiapkan oleh pemerintah dan RPP disusun oleh guru.
a. Silabus
Silabus untuk pembelajaran pada Kurikulum Merdeka sudah disusun oleh pemerintah. Silabus tersebut merupakan penyusunan rencana pembelajaran yang menampung KI-1, KI-2, KI-3, KI-4, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Apabila didapatkan bahwa silabus belum menampung perencanaan penumbuhan akal pekerti secara memadai, guru sanggup menyempurnakannya dengan aneka macam macam cara, antara lain:
1) menambah, merevisi, dan/atau merubah materi pembelajaran;
2) menambah, merevisi, dan/atau merubah kegiatan pembelajaran;
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2023. Menurut peraturan menteri tersebut, RPP tediri atas komponen (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pen capaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Untuk menumbuhkan akal pekerti, RPP perlu menampung antara lain:
1) KD sikap, baik spiritual maupun sosial (untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn);
2) Indikator pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial (untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn);
3) Kegiatan pembelajaran yang efektif membuatkan pengetahuan dan kemampuan siswa namun sekaligus menumbuhkan karakter;
4) Teknik penilaian untuk mengawasi pertumbuhan karakter siswa.
c. Bahan Ajar
Bahan/buku bimbing merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang bergotong-royong terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan mengikuti urutan penyuguhan dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku bimbing apa adanya, tanpa melakukan adaptasi.
Pemerintah sudah menyiapkan materi bimbing untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut sudah menyanggupi sejumlah kriteria kelayakan (yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika), bahan-bahan bimbing tidak senantiasa secara mencukupi mengintegrasikan penumbuhan akal pekerti di dalamnya. Oleh alasannya merupakan itu, sejalan dengan apa yang sudah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan penumbuhan akal pekerti, materi bimbing perlu disesuaikan pada bagian-bagian tertentu.
Bahan bimbing biasanya berbasis aktivitas/kegiatan (task). Sebuah aktivitas/- kegiatan belajar, baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen, yaitu:
Dengan demikian, pembiasaan kegiatan berguru untuk penumbuhan budi pekerti menyangkut komponen-komponen tersebut. Secara umum, aktivitas/kegiatan berguru yang berpeluang sanggup menumbuhkan budi pekerti penerima didik menyanggupi tolok ukur berikut:
1) Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan berguru yang menumbuhkan akal pekerti adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak cuma berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan, namun juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu memperbesar orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan berguru dengan pencapaian nilai akal pekerti tertentu, misalnya kejujuran, rasa yakin diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.
2) Input
Input sanggup didefinisikan selaku bahan/rujukan selaku pangkal tolak dilaksanakannya acara berguru oleh penerima didik. Input tersebut sanggup berupa teks mulut maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, video/film, dan sebagainya. Input yang sanggup memperkenalkan nilai-nilai merupakan yang tidak cuma menghidangkan pengetahuan, namun yang juga menguraikan nilai-nilai akal pekerti yang terkait dengan pengetahuan tersebut.
3) Aktivitas
Aktivitas berguru merupakan apa yang ditangani oleh penerima didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input berguru untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas berguru yang sanggup menolong peserta didik menumbuhkan akal pekerti merupakan aktivitas-aktivitas yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Contoh-contoh acara berguru yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, penyajian oleh siswa, dan menjalankan proyek.
4) Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berhubungan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan memunculkan penerima didik terbiasa kerja dengan segera sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kalangan sanggup memunculkan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.
5) Peran Guru
Peran guru dalam kegiatan berguru pada buku bimbing biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit kiprah guru pada umumnya ditulis pada buku isyarat guru. Karena condong dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap peran guru pada pada biasanya kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi tumbuhnya akal pekerti antara lain guru selaku fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip fatwa Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien menumbuhkan akal pekerti merupakan mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan selaku teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan melakukan pekerjaan sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi penerima didik).
6) Peran Peserta Didik
Seperti halnya dengan kiprah guru dalam kegiatan berguru pada buku ajar, kiprah siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit kiprah siswa pada biasanya ditulis pada buku isyarat guru. Karena condong dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap kiprah siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar penerima didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, penerima didik mesti diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Proses pembelajaran di dalam dan luar kelas pada Kurikulum Merdeka meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran diseleksi dan dilaksanakan supaya penerima didik memperoleh pengetahuan wacana nilai, mengerti atau meresapi pentingnya nilai, dan mempraktikkan nilai-nilai karakter. Berikut disajikan bagaimana menumbuhkan akal pekerti pada tahap pendahuluan, inti dan penutup.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, biasanya guru:
- menyiapkan penerima didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
- mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
- menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
- menyampaikan cakupan materi dan klarifikasi uraian kegiatan sesuai silabus.
- Guru tiba sempurna waktu (contoh nilai yang ditumbuhkan: disiplin)
- Guru mengucapkan salam dengan ramah terhadap siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditumbuhkan: santun, peduli)
- Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditumbuhkan: religius)
- Mengecek kemunculan siswa (contoh nilai yang ditumbuhkan: disiplin)
- Mendoakan siswa yang tidak hadir alasannya merupakan sakit atau alasannya merupakan halangan lainnya (contoh nilai yang ditumbuhkan: religius, peduli)
- Memastikan bahwa setiap siswa tiba sempurna waktu (contoh nilai yang ditumbuhkan: disiplin)
- Menegur siswa yang telat dengan sopan (contoh nilai yang ditumbuhkan: disiplin, santun, peduli)
- Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan materi ajar, menyampaikan butir-butir huruf (budi pekerti) yang akan dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KI/KD
Kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti intinya mengikuti sintaks sistem yang dipraktekkan oleh guru. Berikut dihidangkan pola sikap yang ditumbuhkan apabila guru menerapkan pembelajaran dengan metode ilmiah.
1) Mengamati
Pada langkah ini siswa memperhatikan fenomenon dengan indera (mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengecap) dengan atau tanpa alat (untuk mendapatkan masalah/gap of knowledge or skill). Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
2) Menanya
Dalam langkah ini siswa merumuskan pertanyaan berangkat dari masalah (gap of knowledge and/or skill) yang diperoleh dari pengamatan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang melalui kagiatan pada langkah ini sanggup sama dengan pada langkah mengamati, antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
Dalam langkah ini siswa menghimpun informasi/data dengan satu atau lebih teknik yang sesuai, misalnya eksperimen, pengamatan, wawancara, survei, dan membaca dokumen-dokumen. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain ketelitian, kejujuran, kesabaran, dan ketangguhan.
4) Menalar/mengasosiasi
Dalam langkah ini siswa menggunakan informasi/data yang sudah dikumpulkan (dimiliki) untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya dan memukau kesimpulan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, ketelitian, kejujuran, sikap kritis, dan berfikir logis.
5) Mengomunikasikan
Dalam langkah ini siswa menyodorkan balasan atas pertanyaan (kesimpulan) menurut hasil penalaran/asosiasi informasi/data secara mulut dan/atau tertulis. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, rasa yakin diri, kesantunan dalam berkomunikasi, sikap kritis, dan berfikir logis.
6) Mencipta
Dalam langkah ini siswa mencipta dan/atau menginovasi produk, model, pemikiran dengan pengetahuan yang sudah diperoleh. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang sanggup berkembang lewat kagiatan pada langkah ini antara lain saling menghargai, inovatif, dan kreatif.
c. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
- bersama-sama dengan penerima didik dan/atau sendiri membuat rangkuman /simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditumbuhkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
- melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditumbuhkan: jujur, mengenali keistimewaan dan kekurangan);
- memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditumbuhkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
- merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, acara pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik kiprah perorangan maupun kalangan sesuai dengan hasil berguru penerima didik; dan
- menyampaikan planning pembelajaran pada konferensi berikutnya.
- Selain simpulan yang terkait dengan faktor pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi menghasilkan pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang sudah dilaluinya untuk menerima pengetahuan dan/atau kemampuan pada pelajaran tersebut.
- Penilaian tidak cuma mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, namun juga pada perkembangan karakter mereka.
- Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
- Karya-karya siswa dipajang untuk membuatkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa yakin diri.
- Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memperlihatkan tugas baik kiprah perorangan maupun kalangan diberikan dalam rangka tidak cuma terkait dengan pengembangan kesanggupan intelektual, tetapi juga kepribadian.
- Berdoa pada selesai pelajaran.
Pertama, guru mesti merupakan seorang versi dalam berperilaku. Dari permulaan sampai selesai pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru mesti merupakan cerminan dari nilai-nilai akal pekerti yang hendak ditumbuhkannya.
Kedua, tunjangan reward terhadap siswa yang memperlihatkan akal pekerti yang diharapkan dan tunjangan perhatian terhadap mereka yang berperilaku dengan nilai-nilai huruf yang tidak dikehendaki. Reward dan perhatian yang dimaksud sanggup berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan perkembangan akal pekerti, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat pertumbuhan akal pekerti yang bagus bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga, mesti disingkirkan olok-olok saat ada siswa yang tiba terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau beropini kurang tepat/relevan. Kebiasaan olok-olok tersebut mesti dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa yakin diri, dan sebagainya.
Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru mesti mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang sudah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan gres kemudian menunjukkan yang belum atau gres mulai berkembang dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, yakin diri, santun, dan sebagainya akan berkembang subur.
Sumber: Panduan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Untuk Sekolah Menengah Pertama Tahun 2023
0 Komentar untuk "Penguatan Pendidikan Abjad Lewat Pembelajaran"