Industri rokok keretek linting tangan atau yang sering disebut sigaret keretek tangan (SKT) sedang menghadapi tantangan serius.
Perubahan sikap perokok serta minimnya perhatian dari pemerintah menciptakan industri orisinil Indonesia itu terancam punah.
Industri rokok kecil dan menengah yang tergabung dalam Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) meminta pemerintah untuk mengambil langkah penyelamatan. “Sejak 2008 pangsa pasar dan ruang gerak industri SKT secara rata-rata semakin melemah, terutama sepanjang 2013," ungkap Ketua Harian Formasi Heri Susianto, Rabu (26/3).
Salah satu pemicu penurunan industri SKT yaitu perubahan preferensi perokok remaja yang beralih dari segmen SKT kepada segmen rokok lainnya. Heri mengungkapkan, akselerasi penurunan SKT semakin nyata.
Data 2012 menunjukkan, pangsa pasar SKT sebesar 26,1 persen. Setahun kemudian pangsa pasar itu merosot menjadi 23,1 persen.
Hal tersebut menawarkan bahwa daya saing produk SKT semakin kecil kalau dibandingan dengan segmen rokok lainnya.
Heri menyebutkan, industri SKT merupakan industri padat karya, menyerap ratusan ribu karyawan pelinting yang tersebar di banyak sekali perusahaan rokok sepanjang Pulau Jawa. Ratusan ribu karyawan pelinting yang terlibat eksklusif dalam produksi SKT menggantungkan hidup di industri tersebut.
“Karena itu, pertumbuhan maupun penurunan pada segmen ini akan eksklusif berdampak pada jumlah tenaga kerja. Kita ingin SKT sebagai warisan produk orisinil bangsa tetap lestari dan dilindungi," pinta Heri.
Di sisi lain, yang sangat berpotensi melemahkan industri SKT yaitu kenaikan tarif cukai rokok yang terjadi setiap tahun. Kenaikan itu tidak mempertimbangkan hambatan dan dinamika industri SKT yang sangat rentan tergerus segmen lainnya.
“Kenaikan tarif cukai rokok terang akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk sigaret keretek tangan. Penurunan daya beli ini terang mengancam kelangsungan jalannya industri SKT yang pengerjaan dan pengolahannya dilakukan sepenuhnya oleh tenaga manusia,” ujar Heri.
Jenis rokok keretek merupakan salah satu warisan produk orisinil Indonesia semenjak pertengahan era ke-18 atau sekitar 200 tahun yang lalu. Dengan berjalannya waktu, rokok keretek telah mengalami banyak sekali evolusi.
Saat ini rokok keretek terbagi menjadi dua kategori, yaitu sigaret keretek tangan atau SKT yang dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga insan dan sigaret keretek mesin atau SKM yang dikerjakan melalui teknologi mesin.
sumber:
jpnn.com
Perubahan sikap perokok serta minimnya perhatian dari pemerintah menciptakan industri orisinil Indonesia itu terancam punah.
Industri rokok kecil dan menengah yang tergabung dalam Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) meminta pemerintah untuk mengambil langkah penyelamatan. “Sejak 2008 pangsa pasar dan ruang gerak industri SKT secara rata-rata semakin melemah, terutama sepanjang 2013," ungkap Ketua Harian Formasi Heri Susianto, Rabu (26/3).
Salah satu pemicu penurunan industri SKT yaitu perubahan preferensi perokok remaja yang beralih dari segmen SKT kepada segmen rokok lainnya. Heri mengungkapkan, akselerasi penurunan SKT semakin nyata.
Data 2012 menunjukkan, pangsa pasar SKT sebesar 26,1 persen. Setahun kemudian pangsa pasar itu merosot menjadi 23,1 persen.
Hal tersebut menawarkan bahwa daya saing produk SKT semakin kecil kalau dibandingan dengan segmen rokok lainnya.
Heri menyebutkan, industri SKT merupakan industri padat karya, menyerap ratusan ribu karyawan pelinting yang tersebar di banyak sekali perusahaan rokok sepanjang Pulau Jawa. Ratusan ribu karyawan pelinting yang terlibat eksklusif dalam produksi SKT menggantungkan hidup di industri tersebut.
“Karena itu, pertumbuhan maupun penurunan pada segmen ini akan eksklusif berdampak pada jumlah tenaga kerja. Kita ingin SKT sebagai warisan produk orisinil bangsa tetap lestari dan dilindungi," pinta Heri.
Di sisi lain, yang sangat berpotensi melemahkan industri SKT yaitu kenaikan tarif cukai rokok yang terjadi setiap tahun. Kenaikan itu tidak mempertimbangkan hambatan dan dinamika industri SKT yang sangat rentan tergerus segmen lainnya.
“Kenaikan tarif cukai rokok terang akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk sigaret keretek tangan. Penurunan daya beli ini terang mengancam kelangsungan jalannya industri SKT yang pengerjaan dan pengolahannya dilakukan sepenuhnya oleh tenaga manusia,” ujar Heri.
Jenis rokok keretek merupakan salah satu warisan produk orisinil Indonesia semenjak pertengahan era ke-18 atau sekitar 200 tahun yang lalu. Dengan berjalannya waktu, rokok keretek telah mengalami banyak sekali evolusi.
Saat ini rokok keretek terbagi menjadi dua kategori, yaitu sigaret keretek tangan atau SKT yang dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga insan dan sigaret keretek mesin atau SKM yang dikerjakan melalui teknologi mesin.
sumber:
jpnn.com
0 Komentar untuk "Rokok Kretek Tingwe Terancam Punah"