Hidup memang mesti hati-hati. Sudah sering saya tulis bahwa yang berhati-hati akan selamat dan yang lengah akan kena: Yitna yuwana lena kena. Bahkan orang baik-baik pun sanggup celaka kalau tidak waspada: Yuwana mati lena. Ada pula hal-hal khusus yang perlu diwaspadai orang yang punya kedudukan menyerupai sanggup dibaca di Hal-hal yang perlu diwaspadai para petinggi dalam paribasan Jawa (1) dan (2).
Beberapa pola di bawah yakni hal-hal yang perlu diwaspadai secara lazim oleh kita semua. Ternyata bukan “beberapa” namun “banyak”. Saya punya rumus: Kalau paribasannya banyak, bermakna kejadiannya juga banyak. Kaprikornus memang perlu berhati-hati alasannya dalam hidup ini ternyata banyak yang mengintai kehabisan dan kelengahan kita.
A. CARI KESEMPATAN MENUNGGU KELENGAHAN
1. UNGAK-UNGAK PAGER ARANG
Ungak-ungak: melongok; Pager: pagar; Arang: jarang. Gambaran orang yang mencari peluang untuk mencuri milik orang lain. Melongok kesana-kemari barangkali ada pagar yang jarang sehingga sanggup dimasuki. Menjelang Idul Fitri misalnya, kalau kita mau balik kampung hendaknya hati-hati. Jangan hingga ada “pager arang” alasannya niscaya ada orang yang “ungak-ungak”. Pengertian “pager arang” tidak mesti “pagar betulan”. Lampu depan yang masih menyala di siang hari tergolong “pager arang”.
2. ANGON ULAT NGUMBAR TANGAN
Ulat: verbal wajah. Angon ulat: mempelajari verbal muka orang (untuk dicari kelengahannya), sehingga ia kondusif “ngumbar tangan” (melepaskan tangannya) untuk mencuri barang orang yang lemah. Hati-hati di wilayah keramaian, alasannya banyak orang yang angon ulat ngumbar tangan. Keramaian tidak mesti seramai sekatenan. Atraksi ledhek kethek (tandhak bedhes, topeng monyet) pun ialah keramaian. Habis nonton ledhek kethek bisa-bisa verbal kita menjelma kaya kethek ditulup dikala kita sadar bahwa dompet hilang dikutil orang.
B. LAHIRNYA SAJA KELIHATAN BAIK
1. PENDHITANING ANTIGA
Sering juga disebut PENDHITANING ANTELU atau PENDHITANING ENDHOG. Antelu, antiga dan endhog pengertiannya sama yakni “telur”. Telur ada tiga bagian, yakni kulit telur, putih telur dan kuning telur. Warnanya tidak sama. Pendhita sama dengan pendeta yakni orang yang mendarmakan hidupnya untuk kesucian lahir dan batin. Pengertian peribahasa ini yakni orang yang lahirnya kelihatan baik namun dalam hatinya menyimpan maksud tidak baik.
2. APIK KUMRIPIK NANCANG KIRIK.
Paribasan ini menekankan purwakanthi IK. Pengertiannya yakni orang yang perilakunya baik (Digambarkan dengan apik dan kumripik, menyerupai krupuk atau sejenisnya yang kalau digigit tetap keras namun praktis hancur) namun dibelakang ia menenteng kirik (anak anjing). Orang yang apik kumripik ini, alasannya kumripik, niscaya ramah. Manusia sering lengah menghadapi orang ramah.
3. MENENG-MENENG NGANDHUT KRENENG
Paribasan ini juga menekankan purwakanthi ENG. Kelihatannya membisu (meneng), tidak apa-apa namun dalam hatinya ada niat tidak baik (karena menenteng kreneng: wadah dari anyaman bambu yang jarang. Bisa untuk wadah kalau kita beli buah-biahan atau gudheg. Gudheg yang dimasukkan kendhil sering diwadahi kreneng). Berbeda dengan orang yang apik kumripik di atas, maka yang satu ini tebih banyak diamnya (meneng).
4. MENENG WADA ULEREN
Orang yang lahirnya kelihatan baik (digambarkan dengan meneng: diam) namun mempunyai maksud tidak baik, yang digambarkan denga ucapannya (wada) yang uleren (berulat). Sering disebut juga dengan MENENG WIDARA ULEREN (Widara: pohon/buah bidara; Widara uleren: Buah bidara yang di luar kelihatan utuh namun di dalam berulat).
5. NGGEGEM WATU
Arti harfiahnya: Menggenggam batu. Sesuatu yang dalam genggaman pastinya tidak terlihat oleh orang lain (kecuali yang digenggam barang besar). Orang yang nggegem watu yakni orang yang menyembunyikan dendam terhadap kita namun disamarkan dengan sikap lahir yang baik, menanti peluang baik untuk menghantam atau melempar kita dengan kerikil yang ia genggam.
Bila di depan kita ia baik (mungkin takut berhadapan: wedi rai) namun di belakang ia menjelek-jelekkan kita setengah mati (berani alasannya kita tidak ada: wani silit). Bila yang memperoleh ceritera tergolong orang yang praktis percaya, sanggup menyulitkan kita.
7. NABOK NYILIH TANGAN
Memukul (nabok) namun meminjam tangan orang lain (nyilih tangan). Pengertiannya yakni berbuat jahat dengan memerintahkan orang lain. Di depan mungkin ia baik. Bisa alasannya wani silit wedi rai. Padahal meneng-meneng sekaligus ngandhut kreneng dan nggegem watu, namun tidak berani memukulkan pribadi kerikil yang ia genggam. Ia perlu nyilih tangan untuk nabok. Kalau terjadi sesuatu yang mengancam dirinya, maka ia sanggup lebih praktis untuk tinggal glanggang colong playu (menyingkir diam-diam).
0 Komentar untuk "Beberapa Hal Yang Memicu Orang Mesti Hati-Hati Dalam Paribasan Jawa (1)"