Gugun Tuhon, Tidak Sekedar “Ora Ilok” (2): Perlakuan Terhadap Wilayah Tidur

 maka untuk daerah tidur pun juga ada aturannya GUGUN TUHON, TIDAK SEKEDAR “ORA ILOK” (2): PERLAKUAN KEPADA TEMPAT TIDUR

Melanjutkan tulisan: Gugon tuhon, tidak sekedar “ora ilok” (1): Perlakuan terhadap bantal, maka untuk daerah tidur pun juga ada aturannya. Sebenarnya tidak macam-macam, tetapi sekali lagi lantaran “Wong Jawa panggonane semu”, maka pitutur para sesepuh dahulu tidak pernah pribadi mengatakan: “Jangan .... lantaran ....” atau “jangan .... nanti ....”. dengan argumentasi yang sanggup diterima budi secara jelas. Kita akan panik kalau lalu ditambahi pemanis kata “ora ilok”.
 
Bagaimanapun banyak “gugon tuhon” yang sanggup dicari logikanya, sehingga bekerjsama merupakan pitutur leluhur yang pantas kita lestarikan penerapannya dalam hidup sehari-hari. Di bawah merupakan beberapa pola mengenai kebersihan daerah tidur dan alasannya mengapa mesti demikian.
 
 
1. AJA SOK JAG-JAGAN ANA NGAMBEN UTAWA PATURON MUNDHAK ORA ILOK
 
“Jag-jagan” artinya berlangsung tanpa aturan. Jag-jagan di ambin atau daerah tidur dibilang “ora ilok”. Tentunya yang suka jag-jagan begini anak kecil. Perilaku tidak sopan terlebih jaman dahulu tidak banyak anak pakai bantalan kaki. Padahal tidak ada manfaat lain dari ambin atau daerah tidur, selain untuk tidur. Kesimpulannya daerah tidur mesti bersih, oleh lantaran itu jangan dipakai “jag-jagan”.
 
 
2. AJA SOK MANGAN ANA PATURON, MUNDHAK LARA GUDHIGEN
 
Perilaku orang/anak sanggup macam-macam. Ada juga yang suka menjinjing kuliner ke kamar dan makan di daerah tidur. Bisa saja kuliner tercecer atau bahkan tumpah di daerah tidur. Tempat tidur akan kotor dan menawan semut dan mungkin juga lalat untuk datang. Dikatakan kalau makan di daerah tidur akan kudisan (gudhigen). Tujuannya tidak lain supaya kita mempertahankan kebersihan daerah tidur. Kebetulan “gudhig” merupakan penyakit akhir kita kurang mempertahankan kebersihan tubuh kita.
 
 
3. AJA MEMANGAN KARO TETURON, MUNDHAK ADOH MALAEKATE
 
Ada-ada saja, makan sambil tiduran, terlebih posisinya tengkurap. Sama dengan butir 2 di atas, bedanya yang pertama makan di daerah tidur (bisa duduk) sedangkan yang ini makan sambil tiduran. Disamping risiko mengotorinya lebih besar, juga perjalanan kuliner ke lambung menjadi tidak lancar. Pengertian tentang malaikat telah menempel di benak anak-anak. Kaprikornus kalau hingga dijauhi malaikat, pasti amat tidak menyenangkan. Adapun tujuan terutama merupakan mempertahankan kebersihan dan memelihara kesehatan.
 
 
4. YEN MAPAN TURU AJA NGANTI GUPAK UPA, MUNDHAK NGIMPI DITAPEL LINTAH
 
Orang bau tanah saja punya rasa takut dan geli kalau ketempelan lintah, mana lintah juga mengisap darah. Apalagi anak-anak. “Upa” merupakan butir-butir nasi. Namanya anak, sanggup saja mau tidur mulutnya masih cemot dengan makanan, atau tangannya masih lengket dengan makanan. Tujuan bekerjsama adalah, sebelum tidur tubuh mesti bersih, jangan ada bekas-bekas kuliner yang nempel di badan. Bila tubuh bersih, daerah tidur pun akan bersih. Caranya dengan menakut-nakuti. Mimpi ditempel lintah, wah menyeramkan itu.
 
 
KESIMPULAN
 
Tempat tidur merupakan daerah khusus untuk tidur. Oleh lantaran itu mesti dijaga kebersihannya. Jangan dipakai “jag-jagan”, tidak dipakai untuk daerah makan terlebih makan sambil tiduran, dan kalau kita akan berangkat tidur, mesti membersihkan tubuh terlebih dahulu. Cuci tangan, basuh kaki dan basuh muka. Tidak ada sisa-sisa kuliner yang menempel di tubuh maupun kotoran lainnya. Tidur akan tenteram dan .... tidak mimpi ketempelan lintah (IwMM)

 maka untuk daerah tidur pun juga ada aturannya GUGUN TUHON, TIDAK SEKEDAR “ORA ILOK” (2): PERLAKUAN KEPADA TEMPAT TIDUR
 

Related : Gugun Tuhon, Tidak Sekedar “Ora Ilok” (2): Perlakuan Terhadap Wilayah Tidur

0 Komentar untuk "Gugun Tuhon, Tidak Sekedar “Ora Ilok” (2): Perlakuan Terhadap Wilayah Tidur"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)