Nikmatnya naik kereta api dari stasiun Padang hingga stasiun Pariaman yakni pada di saat kita sudah hingga di stasiun ujungnya, yakni Pariaman. Entah mesti berapa kali saya katakan betapa indahnya ibukota propinsi Sumatra Barat ini. Cukup terkejut memang, di saat kami turun dari kereta api tak mengira ternyata kita sudah berada pada posisi stasiun yang sungguh berdekatan dengan pantai yang juga ialah pecahan dari obyek rekreasi di Sumatra Barat. Dengan jarak yang cuma cukup ditempuh dengan beberapa langkah saja dari stasiun Pariaman kita sudah sanggup bermain di air laut. Yup, Pantai Gandoriah namanya. Pagi yang cerah dengan menatap birunya air maritim dan langit di atasnya menghasilkan mata menjadi lebih segar.
Kota Padang memang menampilkan nuansa yang indah tak cuma mulai dari atas pesawat pada di saat kita akan mendarat di Bandara Minangkabau dimana kita sanggup menyaksikan garis pantai dan bukit barisan di bawahnya, tetapi setelah hingga ternyata lumayan banyak juga obyek rekreasi di propinsi Sumatra Barat ini. Salah satu ciri yang paling khas dari kota Padang ini yakni apabila kita menyaksikan sebuah bangunan disana, maka akan terdapat atap rumah gadang pada pecahan dari pintu masuk bangunan tersebut. Untuk bangunan yang dimiliki oleh instansi pemerintah nyaris ditentukan pecahan depannya terdapat atap rumah gadang ini.
Jalur rel kereta api yang bersebelahan dengan jalan raya di kota Padang juga memperbesar keindahan tersendiri bagi yang suka menikmati proses perjalanan dengan kereta api, meskipun kereta api di Padang tidak sanggup berlangsung dengan kecepatan tinggi. Agak lambatnya perjalanan kereta api disana dibandingkan dengan menggunakan transportasi darat yang lain sebenarnya sanggup juga disebabkan beberapa hal seperti, keadaan trek / rel yang masih belum mencukupi menyerupai di pulau Jawa, banyaknya pintu perlintasan yang tidak terjaga, lokomotif yang keadaan mesinnya terbatas dan lain sebagainya. Namun disisi lain keadaan yang di sekarang ini ada sebenarnya yakni ialah sebuah perkembangan dari perkereta-apian di kawasan Sumatra Barat, setelah sempat bertahun-tahun mengalami kevakuman.
Waspadalah
Ada sebuah hal yang sungguh perlu diamati kalau kita naik kereta api di Padang. Jika dilihat pada foto jembatan disamping kanan kelihatannya bentuk pada rangka dinding jembatan ini biasa saja menyerupai pada jembatan kereta api pada umumnya.Tetapi sebenarnya kalau kita mengukur lebar dinding jembatan tersebut dari dalam kereta, sungguh amatlah tipis jarak antara dinding jembatan dengan bodi kereta.
Jika ingin menunjukan betapa tipisnya jarak dinding jembatan kereta api dengan bodi kereta itu sendiri sebenarnya sanggup dilihat dari foto disamping (jangan lihat lokasinya lagi dimana). Silahkan amati pada eblek Semboyan 21 berwarna merah tersebut. Awalnya saya mengira eblek merah ini terlipat ke arah bodi kereta diakibatkan dari ulah orang yang cuma sekedar iseng atau memang memiliki sifat vandalisme. Karena posisi eblek Semboyan 21 yang ada kebanyakan mesti mudah terlihat oleh masinis pada siang hari, lantaran itu mesti memiliki sudut 90 derajat kepada bodi kereta. Namun pada jalur kereta api ini ternyata eblek merah yang melekat pada dinding kereta sengaja dilipat ke dalam oleh petugas biar tidak menyerempet dan perihal jembatan yang mau dilewati oleh kereta api, bahkan mejadi sejajar dengan lampu Semboyan 21 di atasnya.
Hal ini terbukti di saat kereta api sedang melintasi jembatan yang memiliki rangka dinding besi. Dapat ditentukan versi dari seluruh keadaan pada dinding jembatan kereta api di kawasan Sumatra Barat menyerupai ini. Karena itu BERHATI-HATILAH… Tulisan yang tertera di dalam setiap kereta berpengangkut penumpang yang berbunyi “DILARANG KERAS MENGELUARKAN ANGGOTA BADAN” sudah sepantasnya mesti betul-betul dipatuhi kalau anda tidak mau terluka dalam perjalanan ini. Kebiasaan melongok dari dalam kereta kelihatannya mesti extra hati-hati kalau naik kereta api disini. Foto ini sudah menampilkan betapa sungguh tipisnya jarak antara dinding jembatan dengan bodi kereta, sehingga eblek merah dengan posisi yang normalpun ditentukan akan bersentuhan dengan dinding jembatan kereta api.
Di lain segi akan berlainan lagi kalau kita bepergian dengan menggunakan kereta api wisata. Khusus untuk bodi kereta rekreasi di Padang bentuknya memang agak sedikit berlainan dengan bodi kereta kebanyakan (buatan INKA) menyerupai di pulau Jawa, yakni terletak pada fisik dari kedua jenis kereta tersebut dimana lebar antara keduanya memiliki perbedaan. Untuk kereta rekreasi memiliki lebar yang lebih kecil dibandingkan dengan kereta yang ada kebanyakan atau dengan kata lain bodinya lebih ramping. Sehingga pada di saat kereta api rekreasi ini melalui jembatan yang ada rangka dinding besinya, maka akan memiliki jarak / celah yang lebih longgar dibandingkan dengan kereta yang lainnya. Namun perlu dikenang bahwa goresan pena “Dilarang Keras Mengeluarkan Anggota Badan “ tetap mesti diperhatikan.
Jika dilihat dari kedua foto terakhir di atas (dengan estimasi menggunakan jenis lokomotif dengan lebar yang relatif sama), maka akan terlihat terperinci seberapa beda lebar sebenarnya bodi kereta rekreasi dengan kereta yang ada pada umumnya. Hal ini sanggup diamati dari posisi antara ujung dek lokomotif dengan ujung kereta atau tepatnya pada batas antara sambungan lokomotif dengan rangkaian kereta, dengan cara membandingkan lebar kedua jenis kereta tersebut kepada lebarnya dek pada lokomotif.
Silahkan diperhatikan. Selamat mengamat-ngamati….. ;) ;)
Kota Padang memang menampilkan nuansa yang indah tak cuma mulai dari atas pesawat pada di saat kita akan mendarat di Bandara Minangkabau dimana kita sanggup menyaksikan garis pantai dan bukit barisan di bawahnya, tetapi setelah hingga ternyata lumayan banyak juga obyek rekreasi di propinsi Sumatra Barat ini. Salah satu ciri yang paling khas dari kota Padang ini yakni apabila kita menyaksikan sebuah bangunan disana, maka akan terdapat atap rumah gadang pada pecahan dari pintu masuk bangunan tersebut. Untuk bangunan yang dimiliki oleh instansi pemerintah nyaris ditentukan pecahan depannya terdapat atap rumah gadang ini.
Jalur rel kereta api yang bersebelahan dengan jalan raya di kota Padang juga memperbesar keindahan tersendiri bagi yang suka menikmati proses perjalanan dengan kereta api, meskipun kereta api di Padang tidak sanggup berlangsung dengan kecepatan tinggi. Agak lambatnya perjalanan kereta api disana dibandingkan dengan menggunakan transportasi darat yang lain sebenarnya sanggup juga disebabkan beberapa hal seperti, keadaan trek / rel yang masih belum mencukupi menyerupai di pulau Jawa, banyaknya pintu perlintasan yang tidak terjaga, lokomotif yang keadaan mesinnya terbatas dan lain sebagainya. Namun disisi lain keadaan yang di sekarang ini ada sebenarnya yakni ialah sebuah perkembangan dari perkereta-apian di kawasan Sumatra Barat, setelah sempat bertahun-tahun mengalami kevakuman.
Waspadalah
Ada sebuah hal yang sungguh perlu diamati kalau kita naik kereta api di Padang. Jika dilihat pada foto jembatan disamping kanan kelihatannya bentuk pada rangka dinding jembatan ini biasa saja menyerupai pada jembatan kereta api pada umumnya.Tetapi sebenarnya kalau kita mengukur lebar dinding jembatan tersebut dari dalam kereta, sungguh amatlah tipis jarak antara dinding jembatan dengan bodi kereta.
Jika ingin menunjukan betapa tipisnya jarak dinding jembatan kereta api dengan bodi kereta itu sendiri sebenarnya sanggup dilihat dari foto disamping (jangan lihat lokasinya lagi dimana). Silahkan amati pada eblek Semboyan 21 berwarna merah tersebut. Awalnya saya mengira eblek merah ini terlipat ke arah bodi kereta diakibatkan dari ulah orang yang cuma sekedar iseng atau memang memiliki sifat vandalisme. Karena posisi eblek Semboyan 21 yang ada kebanyakan mesti mudah terlihat oleh masinis pada siang hari, lantaran itu mesti memiliki sudut 90 derajat kepada bodi kereta. Namun pada jalur kereta api ini ternyata eblek merah yang melekat pada dinding kereta sengaja dilipat ke dalam oleh petugas biar tidak menyerempet dan perihal jembatan yang mau dilewati oleh kereta api, bahkan mejadi sejajar dengan lampu Semboyan 21 di atasnya.
Hal ini terbukti di saat kereta api sedang melintasi jembatan yang memiliki rangka dinding besi. Dapat ditentukan versi dari seluruh keadaan pada dinding jembatan kereta api di kawasan Sumatra Barat menyerupai ini. Karena itu BERHATI-HATILAH… Tulisan yang tertera di dalam setiap kereta berpengangkut penumpang yang berbunyi “DILARANG KERAS MENGELUARKAN ANGGOTA BADAN” sudah sepantasnya mesti betul-betul dipatuhi kalau anda tidak mau terluka dalam perjalanan ini. Kebiasaan melongok dari dalam kereta kelihatannya mesti extra hati-hati kalau naik kereta api disini. Foto ini sudah menampilkan betapa sungguh tipisnya jarak antara dinding jembatan dengan bodi kereta, sehingga eblek merah dengan posisi yang normalpun ditentukan akan bersentuhan dengan dinding jembatan kereta api.
Di lain segi akan berlainan lagi kalau kita bepergian dengan menggunakan kereta api wisata. Khusus untuk bodi kereta rekreasi di Padang bentuknya memang agak sedikit berlainan dengan bodi kereta kebanyakan (buatan INKA) menyerupai di pulau Jawa, yakni terletak pada fisik dari kedua jenis kereta tersebut dimana lebar antara keduanya memiliki perbedaan. Untuk kereta rekreasi memiliki lebar yang lebih kecil dibandingkan dengan kereta yang ada kebanyakan atau dengan kata lain bodinya lebih ramping. Sehingga pada di saat kereta api rekreasi ini melalui jembatan yang ada rangka dinding besinya, maka akan memiliki jarak / celah yang lebih longgar dibandingkan dengan kereta yang lainnya. Namun perlu dikenang bahwa goresan pena “Dilarang Keras Mengeluarkan Anggota Badan “ tetap mesti diperhatikan.
Jika dilihat dari kedua foto terakhir di atas (dengan estimasi menggunakan jenis lokomotif dengan lebar yang relatif sama), maka akan terlihat terperinci seberapa beda lebar sebenarnya bodi kereta rekreasi dengan kereta yang ada pada umumnya. Hal ini sanggup diamati dari posisi antara ujung dek lokomotif dengan ujung kereta atau tepatnya pada batas antara sambungan lokomotif dengan rangkaian kereta, dengan cara membandingkan lebar kedua jenis kereta tersebut kepada lebarnya dek pada lokomotif.
Silahkan diperhatikan. Selamat mengamat-ngamati….. ;) ;)
0 Komentar untuk "Padang, Last Story"