Padang – Pariaman
Setelah memasuki hari kedua di Padang, di kala masih pagi buta kami sudah bersiap untuk berangkat melanjutkan perjalanan berikutnya, yakni menaiki KA Sibinuang kelas ekonomi dengan jalur Padang – Pariaman (PP). Pukul 6 pagi kurang kami sudah tiba di stasiun Padang. Matahari yang masih belum terbit menghasilkan situasi sekitar stasiun yang masih agak gelap terasa sejuk dan segar. Mulailah kami mencari posisi masing-masing untuk mendapat foto-foto di sekeliling stasiun Padang. Kereta api yang sebaiknya berangkat sempurna pukul 6.00 kelihatannya agak sedikit terlambat, sekitar pukul 6.15 barulah Semboyan 40-41 dibunyikan. Kereta api-pun siap melaju perlahan-lahan meninggalkan stasiun Padang dari spur dua sambil membunyikan Semboyan 35-nya.
Stasiun pemberhentian pertama setelah kota Padang yakni stasiun Tabing. Cukup banyak juga penumpang yang naik ke kereta api dari stasiun ini, hal ini mungkin dikarenakan posisi dari stasiun tersebut yang sungguh berdekatan dengan jalan utama yang menghubungkan antara bandara Minangkabau dengan kota Padang, sehingga akan mempermudah penumpang untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan kereta api ke wilayah lain ataupun sebaliknya turun dari kereta api sanggup pribadi naik angkot / bis menuju tempat lainnya. Bahkan sebagian besar dari posisi rel kereta api sepanjang lintas ini bersebelahan dengan jalan raya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sekitar satu jam, KA Sibinuang berhenti sebentar di stasiun Duku. Stasiun ini kelihatannya ialah stasiun terdekat dari bandara Minangkabau. Foto pada bab sebelah kiri yang bersahabat dengan jembatan kereta api yakni ialah fly over yang sedang dalam proses permbangunan. Fly over ini kelihatannya dibentuk untuk jalan kanal pribadi dari bandara Minangkabau menuju ke kota Padang.
Pemberhentian kereta api selanjutnya yakni stasiun Pasar Usang. Disini penumpang kereta api kelihatannya tidak terlihat terlalu banyak. Setelah proses naik-turun penumpang KA Sibinuang pribadi berangkat.
Di stasiun Lubuk Alung kereta api berhenti agak lama. Karena ini ialah stasiun yang tergolong besar, penumpang yang turun-naik di stasiun ini juga cukup banyak. Selain itu Lubuk Alung yakni ialah stasiun cabang, dimana terlihat pada foto disamping terlihat sinyal mekanik yang menunjukan semboyan 5 (telah menyediakan jalur aman) yang mengarahkan kereta api bergerak ke arah kiri menuju Pariaman.
Sementara itu jalur yang sebelah kanan yakni jalur rel kereta api yang mau menuju stasiun Padang Padang. Nuansa perjalanan ke arah ini bergotong-royong jauh lebih indah, ada rel bergerigi yang cukup panjang lintasannya alasannya jalur kereta api tersebut condong menanjak dan melintasi Lembah Anai. Namun hingga di sekarang ini masih belum digunakan untuk kereta api reguler. Karena itu Semboyan 7 tetap digunakan untuk jalur yang menuju Padang Panjang ini.
Tak lama kemudian kereta api memasuki emplasemen stasiun Pauhkambar. Stasiun kecil yang kelihatannya gres selesai di cat ini terlihat cukup bersih, tetapi sepi dari penumpang. Jika dilihat dari posisi orang berpijak yang mau naik kereta api, terlihat bahwa dulunya ada rel kereta api di jalur ini, namun sudah hilang.
Tempat pemberhentian selanjutnya sebelum hingga di Pariaman yakni stasiun Kurai Tadji. Pada stasiun ini terlihat cukup ramai dan banyak kesibukan warga di sekitarnya. Ternyata di belakang stasiun ini terdapat pasar tradisional. Banyaknya sampah yang semrawut di sekeliling stasiun menghasilkan stasiun ini jadi terlihat kotor. Namun disisi lain hal ini menyediakan bahwa kesibukan penduduk di wilayah tersebut menjadi lebih hidup. Karena banyak penumpang yang turun di stasiun ini, maka kereta api mulai agak sepi di dalamnya hingga menuju Pariaman.
Akhirnya KA Sibinuang hingga di tujuan selesai yakni stasiun Pariaman. Tanpa menanti waktu lama setelah kereta api berhenti, lokomotif yang memukau rangkaian inipun pribadi dilangsir untuk kembali ke stasiun Padang. Lokomotif BB30612 ini cukup unik alasannya terdapat lonceng di bab depannya yang sanggup dibunyikan dari dalam kabin masinis. Namun untuk ukuran tingkat hingar bingar yang cukup tinggi di sekeliling stasiun ini, bunyi lonceng ini kelihatannya tidak terlampau diamati pada di saat lokomotif tersebut akan melewati. Maka jadinya Semboyan 35-pun “bicara”. Sepanjang perjalanan langsir di spur satu ini mulai dari ujung rel, Semboyan 35 tak henti-hentinya dibunyikan alasannya masih banyak warga yang lalu-lalang di atas rel tanpa menyadari jikalau akan ada lokomotif yang mau lewat. Luar biasa suaranya…..
Setelah rangkaian KA Sibinuang siap tersedia pada spur 2, petugas PPKA-pun memberi tahu keberangkatan kereta api ini yang menuju ke Padang. Bantalan rel kereta api yang sebagian sudah tertutupi oleh pasir pantai menyediakan bahwa stasiun ini sungguh bersahabat sekali dengan garis pantai. Cukup berlangsung kaki cuma beberapa meter saja kita sudah hingga di pinggiran pantai. Sementara di segi lain seberang stasiun atau tepatnya dari pintu masuk utama stasiun terdapat jalan raya dan pasar yang sungguh ramai dikunjungi penduduk sekitar. Dan sekitar pukul 8.50 berangkatlah KA Sibinuang menuju Padang.
Kemudian sekitar pukul 8.45 kereta api ini tiba di stasiun percabangan yakni stasiun Lubuk Alung yang mempunyai empat jalur kereta api yang aktif. Disini KA Sibinuang berhenti tidak mengecewakan lama (kurang lebih 15 menit) pada jalur empat. Karena selain jumlah penumpang yang turun & naik di stasiun ini cukup banyak, pada stasiun ini akan terjadi momen yang cukup langka. Dimana KA Sibinuang akan bersilang dengan KA Wisata Padang – Pariaman (persilangan kereta api di wilayah Sumatra Barat yakni sebuah hal yang sungguh jarang terjadi pada di saat ini). Dengan sabar kamipun menanti untuk mengabadikan momen ini.
Akhirnya momen yang ditunggu-tunggupun tiba. Kereta Api Wisata Padang – Pariaman tiba di stasiun Lubuk Alung sempurna pukul 10.00 dengan ditarik oleh lokomotif BB20415 memasuki emplasemen spur tiga. Tak cuma untuk orang yang ingin berwisata, penumpang biasapun ternyata lumayan banyak yang menantikan kemunculan kereta api ini untuk ikut dalam perjalanan menuju Pariaman. Setelah bersilang, tanpa menanti waktu lama lagi KA Sibinuang yang kami naiki pun pribadi bersiap untuk berangkat ke Padang.
Pukul 11.15 KA Sibinuang sudah tiba kembali di stasiun Padang dan bersiap untuk memasuki spur lurus, atau tepatnya pada jalur dua. Tampak pada foto, berada di jalur paling kiri terdapat rangkaian yang sedang stabling, yakni gerbong pengangkut batubara dan gerbong semen yang umumnya melintas di wilayah Indarung.
Sekian dongeng dari jalur kereta api Padang – Pariaman (PP)
Terima kasih.
Setelah memasuki hari kedua di Padang, di kala masih pagi buta kami sudah bersiap untuk berangkat melanjutkan perjalanan berikutnya, yakni menaiki KA Sibinuang kelas ekonomi dengan jalur Padang – Pariaman (PP). Pukul 6 pagi kurang kami sudah tiba di stasiun Padang. Matahari yang masih belum terbit menghasilkan situasi sekitar stasiun yang masih agak gelap terasa sejuk dan segar. Mulailah kami mencari posisi masing-masing untuk mendapat foto-foto di sekeliling stasiun Padang. Kereta api yang sebaiknya berangkat sempurna pukul 6.00 kelihatannya agak sedikit terlambat, sekitar pukul 6.15 barulah Semboyan 40-41 dibunyikan. Kereta api-pun siap melaju perlahan-lahan meninggalkan stasiun Padang dari spur dua sambil membunyikan Semboyan 35-nya.
Stasiun pemberhentian pertama setelah kota Padang yakni stasiun Tabing. Cukup banyak juga penumpang yang naik ke kereta api dari stasiun ini, hal ini mungkin dikarenakan posisi dari stasiun tersebut yang sungguh berdekatan dengan jalan utama yang menghubungkan antara bandara Minangkabau dengan kota Padang, sehingga akan mempermudah penumpang untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan kereta api ke wilayah lain ataupun sebaliknya turun dari kereta api sanggup pribadi naik angkot / bis menuju tempat lainnya. Bahkan sebagian besar dari posisi rel kereta api sepanjang lintas ini bersebelahan dengan jalan raya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sekitar satu jam, KA Sibinuang berhenti sebentar di stasiun Duku. Stasiun ini kelihatannya ialah stasiun terdekat dari bandara Minangkabau. Foto pada bab sebelah kiri yang bersahabat dengan jembatan kereta api yakni ialah fly over yang sedang dalam proses permbangunan. Fly over ini kelihatannya dibentuk untuk jalan kanal pribadi dari bandara Minangkabau menuju ke kota Padang.
Pemberhentian kereta api selanjutnya yakni stasiun Pasar Usang. Disini penumpang kereta api kelihatannya tidak terlihat terlalu banyak. Setelah proses naik-turun penumpang KA Sibinuang pribadi berangkat.
Di stasiun Lubuk Alung kereta api berhenti agak lama. Karena ini ialah stasiun yang tergolong besar, penumpang yang turun-naik di stasiun ini juga cukup banyak. Selain itu Lubuk Alung yakni ialah stasiun cabang, dimana terlihat pada foto disamping terlihat sinyal mekanik yang menunjukan semboyan 5 (telah menyediakan jalur aman) yang mengarahkan kereta api bergerak ke arah kiri menuju Pariaman.
Sementara itu jalur yang sebelah kanan yakni jalur rel kereta api yang mau menuju stasiun Padang Padang. Nuansa perjalanan ke arah ini bergotong-royong jauh lebih indah, ada rel bergerigi yang cukup panjang lintasannya alasannya jalur kereta api tersebut condong menanjak dan melintasi Lembah Anai. Namun hingga di sekarang ini masih belum digunakan untuk kereta api reguler. Karena itu Semboyan 7 tetap digunakan untuk jalur yang menuju Padang Panjang ini.
Tak lama kemudian kereta api memasuki emplasemen stasiun Pauhkambar. Stasiun kecil yang kelihatannya gres selesai di cat ini terlihat cukup bersih, tetapi sepi dari penumpang. Jika dilihat dari posisi orang berpijak yang mau naik kereta api, terlihat bahwa dulunya ada rel kereta api di jalur ini, namun sudah hilang.
Tempat pemberhentian selanjutnya sebelum hingga di Pariaman yakni stasiun Kurai Tadji. Pada stasiun ini terlihat cukup ramai dan banyak kesibukan warga di sekitarnya. Ternyata di belakang stasiun ini terdapat pasar tradisional. Banyaknya sampah yang semrawut di sekeliling stasiun menghasilkan stasiun ini jadi terlihat kotor. Namun disisi lain hal ini menyediakan bahwa kesibukan penduduk di wilayah tersebut menjadi lebih hidup. Karena banyak penumpang yang turun di stasiun ini, maka kereta api mulai agak sepi di dalamnya hingga menuju Pariaman.
Akhirnya KA Sibinuang hingga di tujuan selesai yakni stasiun Pariaman. Tanpa menanti waktu lama setelah kereta api berhenti, lokomotif yang memukau rangkaian inipun pribadi dilangsir untuk kembali ke stasiun Padang. Lokomotif BB30612 ini cukup unik alasannya terdapat lonceng di bab depannya yang sanggup dibunyikan dari dalam kabin masinis. Namun untuk ukuran tingkat hingar bingar yang cukup tinggi di sekeliling stasiun ini, bunyi lonceng ini kelihatannya tidak terlampau diamati pada di saat lokomotif tersebut akan melewati. Maka jadinya Semboyan 35-pun “bicara”. Sepanjang perjalanan langsir di spur satu ini mulai dari ujung rel, Semboyan 35 tak henti-hentinya dibunyikan alasannya masih banyak warga yang lalu-lalang di atas rel tanpa menyadari jikalau akan ada lokomotif yang mau lewat. Luar biasa suaranya…..
Setelah rangkaian KA Sibinuang siap tersedia pada spur 2, petugas PPKA-pun memberi tahu keberangkatan kereta api ini yang menuju ke Padang. Bantalan rel kereta api yang sebagian sudah tertutupi oleh pasir pantai menyediakan bahwa stasiun ini sungguh bersahabat sekali dengan garis pantai. Cukup berlangsung kaki cuma beberapa meter saja kita sudah hingga di pinggiran pantai. Sementara di segi lain seberang stasiun atau tepatnya dari pintu masuk utama stasiun terdapat jalan raya dan pasar yang sungguh ramai dikunjungi penduduk sekitar. Dan sekitar pukul 8.50 berangkatlah KA Sibinuang menuju Padang.
Kemudian sekitar pukul 8.45 kereta api ini tiba di stasiun percabangan yakni stasiun Lubuk Alung yang mempunyai empat jalur kereta api yang aktif. Disini KA Sibinuang berhenti tidak mengecewakan lama (kurang lebih 15 menit) pada jalur empat. Karena selain jumlah penumpang yang turun & naik di stasiun ini cukup banyak, pada stasiun ini akan terjadi momen yang cukup langka. Dimana KA Sibinuang akan bersilang dengan KA Wisata Padang – Pariaman (persilangan kereta api di wilayah Sumatra Barat yakni sebuah hal yang sungguh jarang terjadi pada di saat ini). Dengan sabar kamipun menanti untuk mengabadikan momen ini.
Akhirnya momen yang ditunggu-tunggupun tiba. Kereta Api Wisata Padang – Pariaman tiba di stasiun Lubuk Alung sempurna pukul 10.00 dengan ditarik oleh lokomotif BB20415 memasuki emplasemen spur tiga. Tak cuma untuk orang yang ingin berwisata, penumpang biasapun ternyata lumayan banyak yang menantikan kemunculan kereta api ini untuk ikut dalam perjalanan menuju Pariaman. Setelah bersilang, tanpa menanti waktu lama lagi KA Sibinuang yang kami naiki pun pribadi bersiap untuk berangkat ke Padang.
Pukul 11.15 KA Sibinuang sudah tiba kembali di stasiun Padang dan bersiap untuk memasuki spur lurus, atau tepatnya pada jalur dua. Tampak pada foto, berada di jalur paling kiri terdapat rangkaian yang sedang stabling, yakni gerbong pengangkut batubara dan gerbong semen yang umumnya melintas di wilayah Indarung.
Sekian dongeng dari jalur kereta api Padang – Pariaman (PP)
Terima kasih.
0 Komentar untuk "Padang Story, Part-3"