Rog-Rog Asem

Bagi yang suka baca ceritera silat Jawa, mungkin terbayang suatu ilmu pukulan “Rog-rog asem”. “Rog, ngerog” yakni menggoyang atau mengguncang. Dulu waktu masih banyak pohon asam di tepi jalan, saya sering lihat orang memanjat, atau menggunakan galah panjang untuk menggoyang dahan pohon asam. Lalu buah asam yang telah masak pun berjatuhan.

Orang Jawa menyampaikan hujan sebentar dengan butiran air besar-besar yakni “udan rog-rog asem”. Demikian pula suatu aktifitas atau acara yang tiba-tiba gempar namun tak usang kemudian hilang gregetnya. Entah alasannya yakni sifat insan memang cepat bosan, atau ada acara lain yang lebih gempar. Dalam bahasa Indonesia dibilang “hangat-hangat tahi ayam”. Hangatnya cuma sebentar, demikian pula asam yang jatuh, sekali goyang berjatuhan, habis itu berhenti.

Jaman kini fenomena “rog-rog asem” ini kelihatannya makin banyak. Pada perayaan hari-hari tertentu, yang demikian banyak, misalnya HUT suatu organisasi, atau hari-hari yang terkait dengan kesehatan dan penyakit: hari Diabetes, Hari AIDS, Hari Gizi, Hari Cuci Tangan dan lain-lain, baik tingkat Nasional maupun Dunia, niscaya banyak kegiatan: acara sosial, seminar, dukungan penghargaan, dukungan santunan dan masih banyak lagi. Habis itu berhenti. Kegiatan bahu-membahu tidak berhenti, masalahnya orang luar yang melihat, kelihatannya cuma ada greget setahun sekali.

Contoh lain: Sekarang isu terkini orang bikin blog, atau bikin kalangan jejaring sosial, misalnya lewat Facebook. Bahkan ikut tidak cuma satu jejaring atau satu kelompok. Mula-mula gencar, namun tak terlalu usang kemudian surut menyerupai lampu kekurangan minyak. Kelebihan beban, jenuh atau kenapa? Sehingga ada akun-akun yang mangkrak namun tidak di delete sama yang punya.

Apa kita ini tidak senang dengan sesuatu yang rutin? Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kalau ditangani pada “Dengue Day” niscaya semangat. Tetapi bila disuruh PSN sepekan sekali (memang harusnya demikian kalau kita ingin sungguh-sungguh menurunkan insidens Demam berdarah), kalau gak diburu-buru lazimnya “ogah”. Waktu saya masih dinas, yang namanya “manajemen opyak-opyak” (opyak-opyak kurang lebih berarti: diingatkan terus, dikejar terus, disemangati terus) terkenal sekali. Kita  harus sering melakukan acara opyak-opyak ini. Kaprikornus lucu kalau “opyak-opyak” yang bersifat “rog-rog asem” menciptakan aktifitas yang “rog-rog asem” pula, sementara munculnya problem senantiasa ada dan tidak pernah bersifat “rog-rog asem”. (IwMM)

Related : Rog-Rog Asem

0 Komentar untuk "Rog-Rog Asem"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)