5 Faedah Tersembunyi Anak Menuntut Ilmu Makan Sendiri

Gambar oleh avitalchn dari Pixabay
MENDIDIK anak untuk sanggup bangkit diatas kaki sendiri tentu kiprah setiap orangtua. Membekali anak agar bisa bertahan hidup dikala kelak mereka remaja dan berumah tangga. Salah satu pembelajaran pertama anak untuk sanggup bangkit diatas kaki sendiri yaitu dilema makan.

Melatih anak makan sendiri seolah menjadi PR yang tidak menggembirakan bagi orangtua. Pasalnya, pada permulaan mencar ilmu makan sendiri akan menghabiskan waktu lama, meninggalkan kotoran dimana-mana serta tidak akan habis dimakan.

Namun tanpa orangtua sadari bahwa dikala anak menjajal berlatih makan sendiri, anak sedang mempelajari 5 hal berikut ini:

Pertama, motorik halus anak makin terasah dengan baik

Saya telah membiasakan anak makan sendiri sejak anak berusia 11 bulan. Awalnya saya mengajarinya makan nasi, sayur dan lauk menggunakan tangan. Tanpa menggunakan sendok.

Betapa terlihat terang rasa bahagianya dikala menyaksikan kuliner di piring. Tangannya eksklusif mengambil satu kepal nasi kemudian memasukkannya dalam mulut. Namun sebab terlalu banyak, ia mengeluarkan sebagian nasi dari mulutnya.

Berceceran? Sudah pasti! Namun, saya senang menyaksikan bersemangat anak saya untuk bisa makan sendiri. Hingga dikala ini anak saya telah berusia dua tahun. Ia makin lihai dikala makan dengan tangan. Ia mengambil sedikit lauk atau sayur, kemudian mengepalnya bareng dengan nasi. Ia pun telah memahami bagaimana teknik makan dengan tangan agar tidak berceceran.

Sama menyerupai makan menggunakan tangan, dikala berlatih makan dengan sendok pun ia telah cukup lihai. Ia tahu bagaimana lauk mesti dipotong, seberapa besar lauk dipotong, sampai menyendok nasi berbarengan dengan lauk pun ia telah bisa melakukannya sendiri.

Saat kesusahan menyendok, maka tangan kirinya akan maju untuk menahan kuliner agar bisa disendok tanpa terjatuh dari piringnya. Dari kedua hal ini, saya sanggup mengambil kesimpulan bahwa motorik halus anak sanggup terasah dengan baik. Salah satu waktu yang pas untuk mengasah motorik anak tersebut yaitu dikala anak makan sendiri.

Kedua, melatih anak untuk fokus 

Ajak anak untuk duduk bareng dikala ia makan sendiri. Hindari mainan di sekeliling anak. Jauhkan pula gawai dan televisi jikalau anak sedang makan. Tujuannya agar anak bisa konsentrasi dengan makanannya.

Sesekali anak niscaya akan makan sambil menceritakan sesuatu yang ia senangi. Tanggapi dengan singkat saja. Lalu ingatkan anak agar makan tidak sambil berbicara. Ingatkan pula agar anak bisa menghabiskan kuliner dengan segera, tetapi bukan bermakna mesti makan dengan cepat.

Ketiga, mengasah rasa kasih sayang 

Hal ini saya rasakan dikala anak saya sedang menikmati makan siangnya. Saya siapkan kuliner di piring plastik kesayangannya. Anak saya memberi instruksi kalau ia saja yang menjinjing piring makanannya itu.

Saya pun mengatakan piring itu sambil berkata, ”Bawa piringnya hati-hati, Nak! Anak saya pun kemudian menjinjing piring itu sambil berlangsung dengan sungguh pelan. Ia duduk dan makan di atas tikar, kemudian meminta saya untuk duduk di sebelahnya. Saya pun duduk.

Tiba-tiba anak saya memberikan sesuap nasi dari piring. ”Uapin Nda!” (Suapin bunda!). ”Wah, Alifa mau suapin?” Anak saya pun tersenyum gembira. Ia terlihat senang dikala saya mau menyanggupi permintaannya untuk mau makan dari suapan tangannya.

Saya pun mencicipi bahwa anak saya itu berupaya menampilkan rasa kasih sayangnya pada saya lewat satu suapan nasi itu.

Keempat, mengetahui takaran makan anak 

Setiap anak tentu memiliki takaran makan yang berbeda-beda. Bahkan saban hari pun kadang kala nafsu makan serta takaran makannya busa berubah-ubah. Sama menyerupai anak saya.

Sebelum usianya genap dua tahun, takaran makannya masih sedikit daripada bawah umur lain seusianya. Mungkin sebab dikala itu ia masih minum ASI. Namun, berlainan halnya sehabis usianya menginjak dua tahun. Porsi makannya bertambah. Ia pun kadang kala minta makan sebelum saya menawarkan.

Hal ini menampilkan bahwa anak saya itu telah bisa mengetahui takaran makan untuk dirinya sendiri. Ia juga telah mulai tahu kapan dikala lapar dan mesti makan. Semua itu bukan diperoleh secara instan. Namun dengan melatih anak untuk sudah biasa makan sendiri.

Kelima, anak mencar ilmu memecahkan masalah 

Masalah yang timbul di saat anak mencar ilmu makan sendiri yaitu bagaimana cara menyendok makanan, cara memasukkan kuliner dalam ekspresi dengan benar, serta bagaimana cara memotong kuliner dengan sendok.

Anak mungkin mulanya akan mengalami kegagalan dikala menyendok nasi yang menghasilkan nasi berceceran di luar piring. Anak mungkin juga akan gagal memasukkan kuliner yang telah ia sendok ke dalam mulutnya, sebab makanannya jatuh sebelum masuk mulut.

Atau, juga mungkin anak kesusahan memotong lauk yang ada di piringnya sehingga konferensi antara sendok dengan piring membuat bunyi yang nyaring.

Semua kesusahan itu membuat anak kita mencar ilmu memecahkan masalahnya sendiri. Tunjukkan cara yang benar. Kemudian biarkan anak mencobanya kembali sampai ia sukses melakukannya sendiri. 

Ayah dan Bunda, mulai dikala ini buang jauh-jauh pemikiran bahwa membiarkan anak makan sendiri yaitu PR yang tidak menyenangkan. Di balik hal yang mungkin menghasilkan kita repot, kecapekan serta tak jarang menyedot emosi, ternyata banyak pelajaran yang dapat kita ajarkan pada anak dengan mengatakan kebiasaan makan sendiri sejak anak usia dini. (Agustina Wulandari).


Sumber: Sahabat Keluarga
Sumber https://www.parentnial.com/

Related : 5 Faedah Tersembunyi Anak Menuntut Ilmu Makan Sendiri

0 Komentar untuk "5 Faedah Tersembunyi Anak Menuntut Ilmu Makan Sendiri"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close