SALAH satu tantangan yang mesti dihadapi kelompok milenial, yakni generasi berusia 20-35 tahun, yakni kehadiran teknologi informasi. Di satu segi sanggup mempunyai efek positif, yakni kian cepatnya generasi milenial mengakses banyak sekali informasi, pengetahuan yang pada ujungnya terjadinya kenaikan pengetahuan dan pengetahuan.
Namun, di segi lain, teknologi warta itu sanggup mempunyai efek negatif dengan gampangnya generasi milenial mengakses pornografi, kekerasan, radikalisme, dan banyak sekali warta menyesatkan lainnya, yakni hoax.
Survei yang dilansir laman Sahabat Keluarga Kemendikbud itu menyebutkan hasil survei bertajuk Indonesia Millennial Report 2019 menunjukkan, 94,4 persen milenial Indonesia sudah terkoneksi dengan internet. Hingga ada anekdot bahwa keperluan dasar milenial yakni Sandang, Pangan, dan Colokan.
Survei yang dilaksanakan IDN Research Institute berhubungan dengan Alvara Research Center selama 3 minggu, yakni 20 Agustus-6 September 2018. Dilakukan kepada 1400 generasi milenial, yakni anak muda yang berusia 20-35 tahun di 12 kota besar Indonesia. Sampel pada survei itu diambil secara random dari banyak sekali jenjang pendidikan, gender, status sosial, status ekonomi, dan profesi.
Hasilnya memperlihatkan, 45 persen anabawang milenial, yakni yang berusia 20-27 tahun mengakses internet, baik lewat desktop maupun ponsel selama 4-6 jam sehari. Sedangkan senior milenial yang berusia 28-35 tahun sebanyak 49 persen.
Selain itu, ada sebanyak 13,4 persen senior milenial dan 6,5 persen anabawang milenial yang mengakses internet selama 7-10 jam sehari. Bahkan anabawang milenial yang menghabiskan waktu lebih dari 11 jam untuk menggunakan internet meraih 9,6 persen. Sedangkan senior milenial cuma 5,2 persen.
Hasil survei ini menunjukkan, lebih banyak didominasi milenial Indonesia sudah mengalami kecanduan dan ketergantungan kepada internet. Sebanyak 79 persen milenial dikenali membuka ponsel 1 menit sehabis berdiri tidur.
Namun, perkembangannya yang lebih baik, golongan milenial mulai bijaksana dalam menggunakan media sosial, utamanya dalam menghadapi warta hoax. Mereka tidak mudah share atau memajukan warta sebelum menganalisa kebenarannya. Kian banyak milenial yang aktif selaku distributor penjelasan informasi.
Survei itu memperlihatkan, ada sebanyak 79, 5 persen milenial yang melakukan update status antara 2-5 kali sehari, bahkan 6-8 kali (52,5 persen).
Temuan survei ini juga, 97 persen milenial menonton televisi paling tidak 1 kali dalam sebulan terakhir, 55 persen mengakses media online, 16 persen menyimak radio, 13 persen membaca koran, dan cuma 3 persen yang membaca majalah atau tabloid.
Namun, bertambah banyak milenial yang mengakses media secara multi-platform. Artinya, sembari menonton televisi, mereka juga tetap mengawasi media sosial. Sedangkan membaca koran masih dilaksanakan alasannya yakni orang bau tanah sudah kadung berlangganan. Survei itu menyimpulkan, salah satunya, yakni bahwa media televisi dan media digital paling efektif untuk meraih milenial.
Survei Indonesia Millennial Report 2019 itu berencana untuk mengetahui abjad dan sikap millennial. Pemahaman akan hal itu menjadi dasar untuk menyusun taktik mendorong kaum milenial biar menjadi roda pelopor ekonomi Indonesia menjelang satu kala Indonesia di tahun 2045, dan menuju negara dengan pendapatan tinggi.
Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kelompok milenial berusia 20-35 meraih 24 persen atau 63,4 juta dari penduduk klasifikasi usia produktif (14-64) yang jumlahnya yakni 179,1 juta jiwa (67,6 persen). Sumber https://www.parentnial.com/
Namun, di segi lain, teknologi warta itu sanggup mempunyai efek negatif dengan gampangnya generasi milenial mengakses pornografi, kekerasan, radikalisme, dan banyak sekali warta menyesatkan lainnya, yakni hoax.
Survei yang dilansir laman Sahabat Keluarga Kemendikbud itu menyebutkan hasil survei bertajuk Indonesia Millennial Report 2019 menunjukkan, 94,4 persen milenial Indonesia sudah terkoneksi dengan internet. Hingga ada anekdot bahwa keperluan dasar milenial yakni Sandang, Pangan, dan Colokan.
Survei yang dilaksanakan IDN Research Institute berhubungan dengan Alvara Research Center selama 3 minggu, yakni 20 Agustus-6 September 2018. Dilakukan kepada 1400 generasi milenial, yakni anak muda yang berusia 20-35 tahun di 12 kota besar Indonesia. Sampel pada survei itu diambil secara random dari banyak sekali jenjang pendidikan, gender, status sosial, status ekonomi, dan profesi.
Hasilnya memperlihatkan, 45 persen anabawang milenial, yakni yang berusia 20-27 tahun mengakses internet, baik lewat desktop maupun ponsel selama 4-6 jam sehari. Sedangkan senior milenial yang berusia 28-35 tahun sebanyak 49 persen.
Selain itu, ada sebanyak 13,4 persen senior milenial dan 6,5 persen anabawang milenial yang mengakses internet selama 7-10 jam sehari. Bahkan anabawang milenial yang menghabiskan waktu lebih dari 11 jam untuk menggunakan internet meraih 9,6 persen. Sedangkan senior milenial cuma 5,2 persen.
Hasil survei ini menunjukkan, lebih banyak didominasi milenial Indonesia sudah mengalami kecanduan dan ketergantungan kepada internet. Sebanyak 79 persen milenial dikenali membuka ponsel 1 menit sehabis berdiri tidur.
Namun, perkembangannya yang lebih baik, golongan milenial mulai bijaksana dalam menggunakan media sosial, utamanya dalam menghadapi warta hoax. Mereka tidak mudah share atau memajukan warta sebelum menganalisa kebenarannya. Kian banyak milenial yang aktif selaku distributor penjelasan informasi.
Survei itu memperlihatkan, ada sebanyak 79, 5 persen milenial yang melakukan update status antara 2-5 kali sehari, bahkan 6-8 kali (52,5 persen).
Temuan survei ini juga, 97 persen milenial menonton televisi paling tidak 1 kali dalam sebulan terakhir, 55 persen mengakses media online, 16 persen menyimak radio, 13 persen membaca koran, dan cuma 3 persen yang membaca majalah atau tabloid.
Namun, bertambah banyak milenial yang mengakses media secara multi-platform. Artinya, sembari menonton televisi, mereka juga tetap mengawasi media sosial. Sedangkan membaca koran masih dilaksanakan alasannya yakni orang bau tanah sudah kadung berlangganan. Survei itu menyimpulkan, salah satunya, yakni bahwa media televisi dan media digital paling efektif untuk meraih milenial.
Survei Indonesia Millennial Report 2019 itu berencana untuk mengetahui abjad dan sikap millennial. Pemahaman akan hal itu menjadi dasar untuk menyusun taktik mendorong kaum milenial biar menjadi roda pelopor ekonomi Indonesia menjelang satu kala Indonesia di tahun 2045, dan menuju negara dengan pendapatan tinggi.
Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kelompok milenial berusia 20-35 meraih 24 persen atau 63,4 juta dari penduduk klasifikasi usia produktif (14-64) yang jumlahnya yakni 179,1 juta jiwa (67,6 persen). Sumber https://www.parentnial.com/
0 Komentar untuk "Hasil Survei: Bangkit Tidur Kaum Milenial Pribadi Buka Ponsel"